Mika masih memperhatikan adiknya yang kini sedang dirias untuk hari besar nya ini. Jujur saja didalam hatinya dia merasa bersalah karena menjodohkan adiknya ini.
Mereka tidak memiliki siapa-siapa lagi karena orang tua mereka yang meninggal karena tragedi kecelakaan beruntun. Mika yang memang sudah menikah akhir tahun kemaren merasa perhatian nya dengan sang adik sedikit teralihkan. Pada akhirnya dia memutuskan untuk mencarikan seseorang yang bisa menjaga adiknya ini.
"Manis banget adik kaka ini" ujar nya saat melihat Fisha yang telah selesai di make up.
"Kak Mika" panggil Fisha sambil tersenyum menatap mata Mika yang terpantul di cermin yang ada didepannya.
"Kamu bentar lagi udah jadi milik orang, maaf ya kalo selama ini kadang Kakak kurang perhatian sama kamu, kamu sering sendirian di rumah. Tapi sekarang udah ada Gibran yang bakalan nemenin kamu"
"Kak apa Gibran itu pilihan yang tepat menurut kakak?" tanya Fisha
"kenapa kamu tiba-tiba tanya? seharusnya kamu udah tau apakah Gibran tepat untuk kamu atau enggak. Selama ini kalian selalu pergi dan pulang bersama? apa belum cukup untuk kamu tau kalo Gibran itu orang yang tepat buat kamu?"
"Kak"
"hmm?" Elusan dibahu Fisha tak berhenti Mika berikan, ia paham adiknya kini sedang bingung entah karena apa, ia hanya ingin meyakinkan apapun pilihan adiknya adalah benar. Entah jalan yang dipilih akan lancar atau banyak hambatan, Mika akan selalu bersama dengan adiknya ini.
"Kemaren aku ketemu kak Nara" setelah kalimat itu terucap elusan pada bahu nya mendadak terhenti, sontak Fisha langsung memutar balikan badannya menghdap sang kakak yang agaknya syok mendengar hal tadi.
"lalu gimana perasaan kamu?" tanya Mika
"sakit kak, masih sakit banget tapi gak tau kenapa aku juga seneng bisa liat dia lagi kak" suara Fisha mulai bergetar.
"Fisha, dengerin kakak ya, rasa sakit yang kamu rasa itu wajar dan juga rasa senang yang kamu rasa juga itu wajar, tapi kalo dengan semua rasa itu bikin kamu ragu sama apa yang lagi kamu jalanin sekarang, coba kamu mikir hal apa yang pada akhirnya membuat kamu memilih jalan ini, jangan ragu Fisha kalo kamu yakin mau terusin ini yaudah terusin, tapi kalo kamu gak mau kita bisa batalin gak papa karena kebahagiaan kamu itu diatas segalanya" Fisha yang mulai menangis saat mendengar kalimat kakaknya ini, dia mulai berfikir hal apa yang memicu dirinya untuk menerima ini semua.
Sampai ada satu kalimat dari Gibran saat pertemuan kedua mereka yang membuat Fisha memutuskan untuk setuju dengan perjodohan ini.
"banyak yang bilang hidup itu pilihan, tapi gue gak nemu pilihan itu. Sampai akhirnya gue sadar gue lah yang bikin pilihan itu sendiri dan gue juga yang harus milih itu, dan pada akhirnya apapun pilihan gue itu gak akan ada yang tau benar atau salah sebelum gue coba, dan gue yakin pilihan yang gue buat sendiri itu masing-masing punya konsekuensi nya sendiri"
Fisha langsung mengusap air matanya dan menatap mata Kakaknya ini dengan yakin. "aku masih mau lanjutin ini semua, ini pilihan aku"
Mika yang mendengat hal itu sontak tersenyum melihat adiknya yang mulai yakin dengan pilihannya ini.
"Ini baru adik aku, udah yuk acara nya mau mulai. Nanti kamu bakalan dianter sama mas Oji ya" ujar Mika sambil merapihkan jas yang dipakai oleh Fisha ini.
Lain Fisha lain pula dengan Gibran yang kini sedang duduk dengan tenang tapi dengan pikiran yang berantakan, apakah dia mampu menjalani ini semua. Gibran khawatir akan sesuatu hal yang bahkan belum terjadi.
Kaki nya tidak bisa berhenti untuk digerakan membuat suara bising didalam ruangan tunggu ini.
"Gibran, ayo acaranya mau mulai" Suara Mami nya mengintrupsi Gibran dengan segala pikirannya.
Mami Gibran tersenyum seperti tau kekhawatiran anaknya ini, dia tau apa yang ada didalam kepala anaknya ini. Mami menghampiri Gibran dan mengelus bahu nya pelan.
"Nak, jangan khawatir okey? semua akan baik-baik saja. Kalo kamu belum mencoba kamu gak akan tau bakalan kayak gimana" Gibran hanya menatap mami nya ini.
"Mi aku takut"
"gak usah takut gak papa dicoba ya nak, apa Fisha sudah tau?" Gibran hanya menggeleng sebagai jawaban membuat mami nya menghela nafas berat.
"mami fikir dengan kamu yang sering pergi berdua dengan Fisha itu udah bikin kamu nyaman, ternyata belum ya?"
"susah mi"
"Dikasih tau ya nak pelan-pelan aja, mami yakin Fisha bakalan ngerti kok. Kalian harus terbuka satu sama lain, mami kira selama kalian persiapan untuk pernikahan ini kalian sudah bisa lebih terbuka nak"
"maaf"
"gak papa gak usah minta maaf, tapi dicoba ya nak? coba untuk terbuka ya agar beban yang selama ini kamu pikul ini bisa lebih ringan" Gibran yang tadi hanya menatap mata maminya kini beralih untun memeluk maminya ini
"doain Gibran ya mi"
"doa mami selalu menyertaimu nak" ujar Mami sambil mengelus pelas rambut anak satu-satunya ini.
Kini Gibran sudah berdiri di altar menunggu Fisha untuk datang. Tak lama pintu terbuka menampilkan Fisha dengan balutas jas Putih dengan bunga berwarna biru di sakunya dan sedikit riasan diwajahnya membuat para tamu undangan terkesima akan kecantikan Fisha.
Fisha di antar oleh mas Oji suami dari Mika.
Setelah Fisha sampai dihadapan Gibran, Oji mengambil tangan Gibran yang gemetar dan menyatukan dengan tangan Fisha yang basah karena gugup.
Fisha memandang Gibran yang tersenyum, Gibran terlihat lebih dewasa dan berwibawa saat mengenakan jas hitam elegant dengan dasi biru serupa dengan warna bunga disaku Fisha.
Prosesi pemberkatan dilakukan dengan khidmat dan sakral, para undangan dan kedua mempelai mengikuti semua prosesi dengan baik dan khusyuk. Sampai beberapa tamu undangan meneteskan air mata termasuk Mika yang melihat adiknya berdiri didepan sana sedang mengucapkan janji pernikahan nya.
"kedua mempelai dipersilhkan untuk berciuman sebagai bentuk bonding dari akhir janji pernikahan kalian"
Gibran sangat gugup sekali tangannya gemetar lebih hebat dibanding tadi, keringat menetes di dahi Gibran matanya seperi tak fokus. Fisha yang melihat Gibran saat ini mengernyitkan dahi nya, baru pertama dia melihat Gibran yang seperti ini.
Apa karena Gibran takut untuk mencium nya? atau Gibran tak mau mencium nya? tangan Gibran yang saat ini sedang menggenggam nya tak berhenti bergetar dan terasa basah, dengan inisiatif Fisha mengelus pelan tangan Gibran mengalihkan atensi Gibran.
"Hey? are you okey?" bisik Fisha pelan
"you don't want to kiss me?" Gibran hanya dia menatap Fisha.
Gibran memaksakan dirinya untuk maju selangkah lebih dekat dengan Fisha dan memajukan kepala nya agar bisa mencium Fisha, tapi rasanya sakit sekali, dadanya terasa sesak, tubuhnya gemetar hebat ingatan itu muncul kembali.
Fisha yang melihat hal ini langsung menarik Gibran dan mengecup bibir Gibran dengan cepat, dan langsung memeluk Gibran erat sambil menahan bobot Gibran yang lemas entah karena apa.
Fisha merasa detak jantung Gibran sangat cepat saat ini, nafas Gibran pun tak beraturan. "hey Gib pelan oke, its okey im here, inhale exhale" Gibran mengikuti arahan Fisha dia seakan tuli dari riuh nya para tamu undangan yang melihat dirinya ini, hanya suara Fisha yang dapat dia dengar.
Setelah sedikit tenang Gibran melepaskan pelukannya dengan Fisha dan menatap Fisha yang kini sedang menatap dirinya dengan khawatir?.
"are you oke?" tanya Fisha, dan Gibran hanya mengangguk sebagai jawaban dan tak lupa senyuman yang Gibran berikan untuk memberitahu bahwa dia baik-baik saja.
Setelah itu mereka bertatap mata lama, seperi menyelami makna dari sorotan mata mereka. Dan sambil kembali meyakinkan diri bahwa pilihan mereka benar.
—
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E R I K A T (GeminiFourth)
FanfictionGemini as Gibran Zahilmi Fourth as Fisha Argewyn Ketika dua raga yang bersatu seharusnya menjadi titik akhir dari kisah sampai melupakan bahwa ada hati yang harus diikutsertakan dalam kisah ini. Gibran dan Fisha dua insan yang bersatu dalam ikatan...