RASA ITU

14 6 0
                                    

BAB 2 

Davina masih memandangi kedua wanita itu penuh tanya. Bagaimana mungkin ada dua wanita dengan tampilan seratus persen sama seperti ini. Hanya sedikit yang membedakan keduanya, dari gestur mereka. Wanita yang berdiri di sebelah kiri memasang muka bengis dan yang di sebelah kanan memasang senyuman sadis. Dan senyumannya terlihat aneh. Keduanya tidak enak dipandang.

Kedua wanita itu maju beberapa langkah ke depan. Lalu wanita yang memasang senyuman aneh itu berkata. "Penghuni baru?". Davina menjawab terbata. "I-iya bu"

"Baik. Mari ikut saya", ucapnya masih dengan senyuman yang aneh.

Davina mengikuti wanita dengan senyuman aneh itu. Ketukan langkah kaki wanita itu tidak terdengar sama sekali. Pun kibasan angin saat wanita itu lewat juga tidak terdengar. Sementara wanita yang satunya memandang datar Davina tanpa ekspresi. Kemudian dia memperhatikan kamar kos yang sudah dalam keadaan terang benderang.

"Siapa yang menyalakan lampu-lampu itu", ucapnya dengan suara berbisik.

Gadis itu terus mengikuti wanita dengan senyuman yang aneh. Berjalan ke sebuah ruang yang dijadikan kantor kecil. Di dalam ruangan itu terdapat sebuah filling cabinet. Sebuah meja. Dua buah kursi. Dan sebuah rak kaca. Di dalam rak kaca terdapat tujuh patung kepala sebagai pajangan dengan bentuk wajah yang aneh. Ada sekitar empat patung di bawah dan tiga patung di atas. Wajah patung-patung itu berbentuk bermacam-macam. Dari bentuk tertawa menyeramkan, bentuk wajah sedih, bentuk wajah ketakutan hingga bentuk wajah menangis dengan tetesan air mata berwarna merah. Seakan patung tersebut sedang menangis darah.

"Silahkan duduk", ujar wanita itu. Davina menuruti perintahnya. "Tahu dari mana rumah kos ini?", tanyanya. "D-dari penjual warteg bu" Davina menjawabnya dengan sedikit ketakutan. "Baik saya akan memberikan peraturan dalam kos ini. silahkan dibaca. Peraturan ini tidak boleh dilanggar", ucap wanita dengan senyuman aneh itu seraya memberikan selembar kertas berupa peraturan-peraturan di kos ini.

Hanya ada tiga peraturan saja.

1. Gerbang kos akan di gembok tepat pukul 10 malam

2. Tidak boleh membawa orang lain menginap

3. Tamu hanya boleh menunggu di ruang tamu, tidak boleh masuk ke kamar

Setelah membaca peraturan tersebut Davina menyanggupinya. Namun ada hal menggelitik yang ingin di tanyainya. Ia penasaran dengan keadaan kos ini.

"Bu penghuninya ini pada kemana ya?"

Wanita itu menatapnya. Lalu hendak menjawab tapi wanita yang berwajah dingin masuk dan menjawab, "Kamu tidak perlu bertanya-tanya penghuni kos yang lain. Nanti kamu juga akan bertemu dengan mereka". Setelah menjawabdengan ketusnya, wanita berwajah dingin itu keluar ruangan. Lalu berkeliling memeriksa semua kamar yang masih dalam keadaan tertutup dan gelap.

"Mau kos berapa lama?", tanya wanita dengan senyuman yang aneh itu.

"Saya satu bulan saja"

"Hanya satu bulan?", tanyanya lagi.

"Iya tugas saya di Jakarta hanya satu bulan", jawab Davina sekenanya.

"Kalau satu bulan kenapa banyak sekali bawaannya?", selidik wanita itu. Davina tidak menjawabnya. Ia hanya diam dan mengeluarkan sejumlah uang. Untuk kamar kos yang lumayan besar dengan fasiltas AC dan kamar mandi di setiap kamarnya, rumah kos ini terbilang sangat murah. Di tempat lain harganya bisa dua atau tiga kali lipat dari harga kamar kos di sini.

Davina tidak peduli dengan keanehan harga kamar kos ini. Bukan karena murahnya. Tetapi dia tidak ingin bertanya-tanya lagi. Karena tidak ingin mendapatkan jawaban tidak mengenakan.

LINGKARAN KEMATIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang