Panji terbangun di gerbong kereta yang melaju dengan pelan. Kepalanya terasa begitu sakit. Untuk sesaat, dirinya menguap sambil melihat keadaan gerbong kereta yang tidak begitu ramai. Setelah kereta perlahan berhenti di stasiun tujuan. Tanpa menghabiskan banyak waktu, dia segera turun dari kereta dan berjalan di atas peron.
Dari arah belakang ada seorang laki-laki berkacamata yang datang dengan menaruh tangannya di atas pundak Panji. Ada hembusan napas kecil yang keluar dari mulut Panji. Dia meminta Rian untuk segera melepaskan tangannya dari pundak Panji.
"Lemes banget lu hari ini?" sapa Rian dengan senyum lebar, "Ini adalah hari terakhir di bulan desember. Sekaligus hari kedua dan terakhir dalam pelaksanaan Festival Sekolah. Semangat dikit, lah!"
"Justru karena hari ini adalah jadwal gue buat bagian jaga kasir. Makannya gue gak semangat," keluh Panji sambil mengendurkan kedua pundaknya.
Panji adalah laki-laki yang tidak menyukai keramaian. Dia lebih suka menyendiri untuk tidur atau membaca buku yang dia lihat. Walau umurnya sudah beranjak delapan belas tahun. Dia harusnya sudah mengerti kalau menjadi seorang penyendiri adalah hal yang buruk di mata masyarakat.
Dengan kedua pasang langkah kaki yang cepat. Panji dan Rian berjalan keluar dari stasiun. Keduanya berbaur dengan beberapa orang yang mengenakan seragam putih abu-abu serta logo dari SMA Pelita Hebat. Sekolah itu yang menjadi tujuan Panji dan Rian.
Melewati jalan menanjak yang sepi dari kendaraan. Panji mendadak terdiam mematung di jalanan. Dia melihat keadaan di sekitarnya. Jalan raya yang berada di depan sekolah menuju stasiun seperti milik pribadi. Selain jarang dilalui oleh kendaraan. SMA Pelita Hebat berdekatan dengan beberapa blok perumahan yang damai.
Kedua mata Panji melirik ke seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang terlihat elegan. Jarak diantara keduanya sekitar sepuluh meter. Panji mengingat kalau gadis itu adalah Ketua OSIS di sekolahnya.
Seingat Panji, gadis itu bernama Gaby. Panji pernah melihatnya diantar menggunakan mobil. Apalagi dia memang berasal dari keluarga konglomerat. Namun, baru kali ini, gadis itu datang dengan berjalan kaki.
Melihat semua yang terjadi saat ini. Panji seperti pernah melihatnya. Namun, kalau membicarakannya pada Rian. Panji tahu kalau dia akan ditertawai bahkan diledek karena membicarakan hal takhayul seperti perasaan pernah mengalami keseharian ini.
"Lu kenapa? Muka lu kek belum makan," celetuk Rian, "Lu gak sakit, 'kan?"
"Enggak. Gue cuma ngerasa pusing sedikit."
Rian langsung mendecapkan bibirnya, "Ayolah. Gue tahu kalau lu benci dengan keramaian. Tapi, kalau bikin alasan receh kek gitu buat bolos sekolah karena malas bantuin kelas. Menurut gue, bukan lu banget."
"Lu benar. Mungkin gue terlalu kebanyakan memikirkan sesuatu."
***
Panji menghembuskan napas yang panjang setelah Festival Sekolah berakhir. Pihak OSIS memberitahukan kalau akan ada pesta membakar api unggun di belakang sekolah sebagai simbol berakhirnya akhir tahun. Berbeda seperti tahun sebelumnya, Panji berniat untuk mengikuti semua kegiatan sekolah sampai selesai.
Kedua mata Panji melirik ke arah Hani yang menutup buku novelnya. Gadis itu meregangkan tubuhnya setelah puas membaca buku tersebut. Melihat diperhatikan oleh Panji. Hani tiba-tiba menjatuhkan buku novelnya ke lantai karena terkejut. Sontak penjaga perpustakaan meminta Panji dan Hani untuk tidak berisik saat sedang berada di perpustakaan.
Panji langsung meminta maaf pada penjaga perpustakaann dengan suara yang lantang. Disisi lain, Hani mengambil buku novelnya yang jatuh di lantai. Buku novel yang dibaca oleh Hani tentang perputaran waktu tanpa akhir yang menimpa sekumpulan remaja.
Ponsel Panji yang sedari awal sedang berada dalam mode getar mendapatkan pesan dari grup kelas. Rian menuliskan untuk kepada anggota kelas agar segera kembali ke kelas.
"Ah, kita disuruh kembali ke kelas," gumam Hani ketika melihat layar ponselnya.
Panji berdiri dari kursi dan mengangkat kedua bahunya, "Yah, mau bagaimana lagi? Jika kita tidak segera kembali ke kelas. Nanti Ketua Kelas kita akan berisik."
"Kau benar," senyum Hani.
Panji dan Hani segera keluar dari perpustakaan. Keduanya tidak lupa menyapa penjaga perpustakaan yang sedang memperhatikan monitor laptopnya dengan kedua mata tajam.
Langit sore yang berwarna oranye membentang di atas langit. Panji tahu kalau saat itu sudah pukul lima sore. Namun, dia masih ingin bisa bersantai-santai di sekolah. Untuk hari ini, Panji tidak ingin pulang ke rumah.
Kedua langkah kaki di koridor yang sunyi membuat bagian belakang leher Panji bergidik kedinginan. Di koridor lantai empat hanya ada Panji dengan Hani yang berjalan di belakangnya. Panji melihat keramaian yang ada di lantai tiga. Semua orang saling bekerja sama untuk merapihkan kelas.
Dengan cepat, Panji mengajak Hani untuk kembali ke kelas dan membantu teman-temannya. Sekali lagi, Panji hanya ingin bermalas-malasan dan tidak ingin pulang ke rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hari Terakhir Di Bulan Desember
FantastikFestival sekolah adalah acara yang dinantikan semua orang. Apalagi saat acara tersebut dilaksanakan pada hari terakhir di bulan desember. Saat semua orang sedang bersenang-senang dengan festival sekolah. Apa jadinya, jika ada segelintir orang yang m...