Kekhawatiran Seorang Ibu

501 50 0
                                    

Di Istana Zoelva.

" Ada apa ibu? Kenapa wajahmu sangat gelisah? " tanya Pangeran Valderan pada sang ibu.
" Yang mulia ingin memberikan kalian misi baru.. " ucap Selir Valena lirih.
" Baguslah, lalu apa masalahnya ibu? " tanya Pangeran Valderan bingung, biasanya ibunya selalu bangga jika dirinya diberi tugas oleh sang ayah, tapi kenapa saat ini tidak?

" Misi ini lebih berbahaya dari misi  sebelumnya nak, kau dan pangeran lainnya akan dikirim ke negara selatan, bagaimana ibu bisa tenang? " ucap Selir Valena semakin menampakkan kekhawatirannya. Mendengar itu pangeran Valderan langsung tersenyum hangat dan langsung memeluk ibunya, dirinya selalu saja senang jika sang ibu mengkhawatirkannya.
" Putra ku adalah orang-orang yang kuat sayang.. " ucap Raja Dagala yang baru datang. Melihat sang raja datang, Selir Valena dan Pangeran Valeran langsung memberi hormat. " Untuk menentukan keputusanku ini, tentu aku juga memikirkannya dengan matang, dan setelah aku pikirkan aku yakin mereka semua bisa melakukn tugas ini sebagai pahlawan bangsa " ucap Raja Dagala bijak.

" Yang ayah ucapkan benar bu, sekarang coba lihat aku " ucap Pangeran Valderan sambil menggenggam erat tangan sang ibu. " Bu.. aku Pangeran Valderan, aku seorang Pangeran dari Kerajaan Dagala, apapun akan aku lakukan untuk bangsa ini. Ini adalah kewajibanku sebagai seorang pangeran bu.. " berusaha menenangkan sang ibu, agar tidak terlalu khawatir dengannya.

" Bukan aku ingin membantah titahmu Yang mulia, tapi untuk pergi ke negara selatan itu mereka harus melewati hutan belantara, bukit yang curam, dan perdesaan Ikala, dimana desa itu terkenal akan kejahatannya " memikirkan nasib anak-anaknya jika berada di desa Ikala. " Mungkin bagimu mereka bisa melakukanya Yang mulia, dan bagimu pun, kau bisa melakukan tugas ini nak, tapi tetap saja sebagai seorang ibu aku sangat keberatan menerimanya Yang mulia.. " ucapnya lirih, begitu banyak pemikiran buruk yang memenuhi pikiran Selir Valena saat ini.
" Aku mengerti maksudmu, mereka  semua juga darah dagingku, tapi sperti yang dikatakan Pangeran Valderan, ini adalah tugasnya sebagai seorang pangeran sayang.. " terus berkata lembut untuk menenangkan sang istri.

" Ayah benar bu, izinkan aku untuk menjalankan tugas ini ya? Aku ingin berbakti kepada negeriku ibu.. " memohon pada sang ibu. Melihat itu, Selir Valena langsung tersentuh dengan ucapan sang anak, jika anaknya saja rela berkorban demi rakyat dan bangsa ini, lalu kenapa dia tidak melakukan hal yang sama?
" Setelah pulang dari bertugas, aku akan membawa mu berkeliling bukit diseberang istana (tersenyum menggoda) "

" Kau membujuk ibu dengan bunga-bunga di bukit itu hah? Dasar anak nakal (kembali tersenyum) " Raja Dagala yang melihat interaksi anak dan ibu itu tersenyum senang, dia bersyukur mempunyai istri yang tabah dan anak yang berbakti.
" Kapan aku akan berangkat ayah? Dan.. dengan siapa saja aku akan berangkat? " tanya Pangeran Valderan penasaran.
" Ayah menugaskan semua putra ayah, agar kalian bisa saling melindungi satu sama lain, lagi pula ayah lihat kalian jarang bertemu atau bahkan hampir tidak pernah bertemu bukan? " ucap Raja Dagala. Mendengar dirinya akan pergi dengan semua pangeran, PangeranValderan langsung terdiam.

" Bertemu dengan semua pangeran? Hufhh.. aku bahkan belum pernah berbicara dengan mereka, bagaimana jika misi ini tidak berjalan dengan lancar? " batin Pangeran Valderan, dirinya sedikit takut karna mendengar beberapa rumor tentang sang kakak.
" Apa yang kau pikirkan Pangeran Valderan? Yang mulia sedang bertanya padamu.. " tegur Selir Valena.
" Ahh.. maaf ayah, aku memang jarang bertemu dengan kakak-kakak ku, tapi ayah tenang saja, kami akan saling melindungi " ucap Pangeran Valderan meyakinkan sang ayah. Mendengar itu Raja Dagala langsung tersenyum. " Cerdas dan dapat dipercaya, kau mirip dengan ibumu " tersenyum sambil merangkul Selir Valena.

" Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu, masih ada beberapa tugas yang belum aku selesaikan, salam Yang mulia, salam ibu.. " memberi hormat lalu kemudian pergi.

Di Penjara Bawah Tanah.

" Salam pangeran.. " ucap salah seorang pengawal, menyambut kedatangan pemimpin penjara bawah tanah.
" Bagaimana dengan perampok yang aku bawa kemarin? " tanya Pangeran itu yang bernama Pangeran Baldema.

" Mereka akan segera diadili oleh menteri hukum besok, sebelum matahari tenggelam, Pangeran Baldema " ucap pengawal itu menjelaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


" Mereka akan segera diadili oleh menteri hukum besok, sebelum matahari tenggelam, Pangeran Baldema " ucap pengawal itu menjelaskan.
" Beritahu Yang mulia dengan laporan ini, tikus-tikus itu haus dibasmi sebelum semakin bertambah banyak " ucap Pangaran  Baldema sambil memberikan sebuah gulungan kertas.
" Baik Pangeran, tapi bagaimana dengan narapidana yang dihukum kerja paksa, pangeran? "
" Biar aku sendiri yang mengantarkan mereka ke lokasi pertanian " lalu diagguki oleh pengawal itu, saat ingin pergi, tiba- tiba datang seorang prajurit.
" Pangeran Baldema, anda diminta Yang mulia untuk segera ke istana utama " ucap prajurit itu.
" Aku kembalikan tugasku kepadamu, pastikan mereka sampai dengan selamat "
" Baik Pangeran Baldema " setelah itu Pangeran Baldema segera pergi menuju istana utama.

Tidak hanya Pangeran Baldema, semua pangeran juga dipanggil satu-persatu untuk menghadap kepada Raja Dagala, dan ditanyai tentang kesiapan mereka dalam menjalankan mis ini.

Menjaga Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang