Marah

128 20 1
                                    

" Pangeran Valderan, naiklah ke kudamu perjalanan kita masih panjang " ucap Pangeran Kenzero lelah, sudah puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan kali dirinya mengatakan hal itu, tapi si bungsu tetap saja tidak menggubrisnya.

" Untuk apa kau peduli padaku Pangeran Kenzero, bukankah tadi kau memarahiku " ucap Pangeran Valderan acuh.

" Kami bukan memarahimu, tapi hanya memberi nasehat " ucap Pangeran Jaguar mengejar Pangeran Valderan yang berjalan cepat, kini semua orang terpaksa berjalan kaki karna Pangeran Valderan yang tidak ingin menunggangi kudanya.

" Jangan mendekatiku! " ucap Pangeran Valderan sinis, saat Pangeran Jaguar hampir dekat dengannya.

" Ayolah, tidak ada yang memarahimu, itu hanya nasehat agar kau tidak melakukan hal yang sama di lain waktu " ucap Pangeran Rabazen.

" Dengan cara mempermalukanku di depan semua orang dan bocah itu? Yang benar saja Pangeran Rabazen! " omel Pangeran Valderan semakin marah.

Ya lagi dan lagi masalah menghampiri Pangeran Valderan. Namun kali ini bukan sepenuhnya dia yang bersalah.

Flasback

Sebelum mereka benar-benar sampai ditempat tujuan, mereka harus melalui sebuah pasar atau bisa disebut pusat perbelanjaan di Negeri Selatan.

" Kak lihat ini, bukankah ini bagus? " tanya Pangeran Valderan pada Pangeran Xavier yang ada disampingnya. Dirinya tertarik dengan sebuah giok yang bergambarkan naga putih, saat ingin membayar giok itu, tiba-tiba seorang bocah menabrak Pangeran Valderan.

" Eoh? Berhati-hatilah.. " ucap Pangeran Valderan lembut. Saat berlari tadi, bocah itu membawa makanan yang sangat populer di pasar itu, tapi karna menabrak tubuh Pangeran Valderan, alhasil makanannya terjatuh dan kotor.

Melihat makanan yang sangat dia inginkan sudah tidak bisa dimakan, bocah itu seketika menangis keras, " Ibuu..!! Kakak ini menjatuhkan makanan ku!! " ucap bocah itu sambil menangis.
Pangeran Valderan yang mendengar itu jelas kebingungan, dia yang ditabrak kenapa dia yang salah?

" Salahku? " gumam Pangeran Valderan bingung.
" Heii Kakak jelek! Kau harus mengganti makananku!! " pekik bocah itu lantang, kini semua mata pengunjung telah tertuju kepada mereka.

" Heii tidak baik berkata seperti itu kepada orang dewasa, bagaimana jika aku membelikan lagi kue milik mu? " tanya Pangeran Jaguar.

" Apa-apaan ini, kau yang menabrak tubuhku kenapa aku yang salah? " ucap Pangeran Valderan tak terima.

" Pangeran, jangan seperti itu, dia masih kecil " tegur Pangeran Ellimazen.

" Tidak ada pembenaran untuk suatu kesalahan Kak, baik dia masih kecil atau sudah dewasa yang salah tetaplah salah, jangan membenarkan sesuatu yang salah! " ucap Pangeran Valderan.

" Itu benar, tapi dia belum mengerti tentang itu, jadi mengalah saja " ucap Pangeran Jaguar.

" Cepat ganti makanan ku, Kak! " tagih bocah itu, Pangeran Valderan yang merasa dirinya tidak bersalah jelas menolak. " Tidak akan! " ucap

" Aaaa ibuuu!! Kembalikan kue ku pria jahat! " pekik anak itu kembali menangis. Orang-orang yang melihat anak itu mengangis jelas membicarakan Pangeran Valderan.

" Pangeran, jangan seperti itu " ucap Pangeran Kenzero.

" Aku tidak mau tau, cepat ganti makanan ku pria jelek! "

" Baik, aku akan menggantinya, jadi berhentilah menangis ya? " ucap Pangeran Rabazen.

" Tidak akan! " cegah Pangeran Valderan, para pangeran langsung geleng-geleng kepala karna Pangeran Valderan tetap tidak ingin mengalah. " Dan aku punya nama, nama ku bukan pria jelek, kau mengerti! " sambung Pangeran Valderan dengan wajah kesalnya.

Karna kesal dengan Pangeran Valderan, bocah itu mendekat kearahnya, kemudian menendang kaki Pangeran Valderan.

Aww!

" Heii apa yang kau lakukan? " ucap Pangeran Rabazen langsung menjauhkan bocah itu dari Pangeran Valderan.

" Apa kau baik-baik saja? " tanya Pangeran Baldema khawatir, meskipun tendangan bocah itu tidak sekuat orang dewasa, tapi dia menendang di bagian tulang kaki Pangeran Valderan, otomatis rasanya tetap sakit.

" Sial, kenapa kau menendang ku hah?! " pekik Pangeran Valderan marah.

" Cepat ganti makanan ku! " tagih bocah itu lagi.

" Tidak akan pernah kau mengerti! " ucap Pangeran Valderan kesal. Akhirnya bocah itu kembali memberontak dan memukul tubuh Pangeran Valderan. Karna juga sudah kesal dengan bocah itu, akhirnya Pangeran Valderan membalasnya dengan cara menarik celana bocah itu, para pangeran yang menahan mereka berdua langsung mendengus, bisa-bisanya Pangeran Valderan berbuat seperti itu.

Karna bocah itu semakin menangis, para warga langsung mendekati mereka dan memarahi Pangeran Valderan, demi menyelaatkan Pangeran Valderan, Pangeran Kenzero menyuruh Pangeran Valderan untuk meminta maaf.

Flasback off

" Dia yang memulainya tapi kenapa harus aku yang meminta maaf? " ucap Pangeran Valderan marah.

" Tapi tetap saja, kau tidak boleh seperti itu " nasehat Pangeran Kenzero, lihat? Disaat seperti ini dia tetap membela bocah itu! Batin Pangeran Valderan marah.

" Cih terserah saja! " ucap Pangeran Valderan ketus, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

" Hanya meminta maaf apa yang memalukan bagi mu? " tanya Pangeran Ellimazen heran.

" Memang benar kesalahan tidak menentukan umur, tapi tidak ada salahnya untuk mengalah Pangeran " ucap Pangeran Xavier lembut.

" Cih, menyebalkan! " gumam Pangeran Valderan sambil menendang sebuah batu kecil, tanpa sengaja batu itu mengenai kepala seorang preman di negeri selatan. " Apa ini juga salahku?  batin Pangeran Valderan tertegun.

" Heii, kalian ingin mencari masalah hah! " ucap preman itu marah.

" Tunggu apa lagi, ayo kabur! " pekik Pangeran Baldema, segera mereka menaiki kuda masing-masing lalu kemudian kabur dari daerah itu.

" Berhenti disana! " pekik preman itu.
" Kak ayo cepat!! " pekik Pangeran Valderan mulai tersenyum kembali. Hanya dengan momen konyol itu, Pangeran Valderan kembali tertawa.

" Lagi-lagi kau menemparkan kami dalam masalah Pangeran Valderan! " omel Pangeran Rabazen, tapi hanya dibalas kekehan oleh Pangeran Valderan.

" Hanya dengan masalah baru dia kembali tertawa, apa masalah adalah hidupnya? Cih, mekipun begitu ini menyenangkan " batin Pangeran Baldema, dirinya tanpa sadar mengeluarkan senyumannya.

" Ini kali pertama aku lari dari masalah, ternyata ini menyenangkan " batin Pangeran Xavier.

" Sepertinya aku menyadari sesuatu, hanya dengan Pangeran Valderan hidup kami tidak sekaku biasanya, dia sangat aneh namun menebarkan kebahagiaan " batin Pangeran Kenzero sambil memperhatikan adik-adiknya.

 

Menjaga Aset NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang