#10. Ujian Kepercayaan

155 17 0
                                    

Sejak hari itu di pantai, hubungan Anda dan Lookkaew semakin erat. Mereka menjadi lebih terbuka satu sama lain, berbagi lebih banyak momen yang penuh tawa, canda, dan sentuhan lembut. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama.

Di kantor, ada desas-desus tentang kedekatan Anda dan Lookkaew. Beberapa karyawan mulai berbisik-bisik, menyebarkan gosip bahwa CEO mereka yang terkenal dingin telah jatuh cinta pada asistennya sendiri. Berita itu dengan cepat menyebar, dan tekanan mulai dirasakan oleh Anda.

Suatu hari, Anda duduk di ruang kerjanya, wajahnya tegang. Ia baru saja menerima email dari dewan direksi yang menuntut penjelasan atas "kedekatan yang tidak profesional" antara dirinya dan Lookkaew. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja, mencoba menenangkan diri.

Lookkaew masuk ke ruangan, membawa berkas-berkas yang diperlukan untuk rapat hari itu. Namun, dia langsung merasakan suasana berbeda. "Ada apa, Anda?" tanyanya dengan lembut, melihat ekspresi cemas di wajah Anda.

Anda mendesah berat, menatap Lookkaew dengan mata yang penuh kekhawatiran. "Dewan direksi tahu tentang kita... atau setidaknya, mereka mendengar gosipnya. Mereka ingin aku menjelaskan semuanya."

Lookkaew terdiam, merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa yang akan kau lakukan?"

Anda menatap Lookkaew dalam-dalam. "Aku tidak ingin kehilanganmu, Lookkaew. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabku sebagai CEO."

Lookkaew mengangguk pelan. "Aku mengerti. Mungkin kita perlu waktu untuk berpikir... untuk memahami apa yang benar-benar kita inginkan."

Anda menggeleng. "Bukan tentang keinginan kita lagi. Ini tentang apa yang akan kita hadapi jika kita memutuskan untuk tetap bersama."

Lookkaew merasa dadanya sesak. "Kau takut, kan?"

Anda menghela napas, kemudian berkata dengan suara rendah, "Ya, aku takut. Takut kehilangan pekerjaanku, reputasiku... dan takut kehilanganmu."

Lookkaew melangkah mendekat, tangannya menggenggam tangan Anda dengan erat. "Aku juga takut, tapi aku percaya pada kita. Jika kita benar-benar ingin bersama, kita harus kuat, kan?"

Anda tersenyum tipis, meski matanya masih penuh kecemasan. "Ya, tapi ini tidak akan mudah, Lookkaew."

Lookkaew mengangguk. "Tidak, tidak akan. Tapi aku yakin kita bisa melaluinya. Bersama."

Di saat yang sama, sebuah panggilan masuk di telepon kantor Anda. Itu adalah salah satu anggota dewan direksi yang meminta pertemuan mendesak. Anda melihat telepon itu dengan tatapan tegas, lalu mengambil napas dalam-dalam.

"Kita akan bicara lagi nanti," katanya pada Lookkaew. "Aku harus menghadapinya sekarang."

Lookkaew mengangguk, memberikan senyuman kecil untuk menyemangati Anda. "Aku akan selalu ada di sini untukmu."

Anda mengangguk dan menekan tombol angkat di telepon. "Ya, saya akan segera ke sana," katanya singkat sebelum menutup telepon.

Dia bangkit dari kursinya, lalu berhenti sejenak di depan Lookkaew. "Apa pun yang terjadi, ingatlah bahwa aku peduli padamu."

Lookkaew tersenyum dan membalas, "Aku tahu, dan aku juga peduli padamu."

Anda berjalan keluar dari ruangan dengan langkah mantap, menuju pertemuan yang akan menjadi titik penting dalam hubungannya dengan Lookkaew. Hatinya penuh dengan ketidakpastian, namun ada secercah harapan yang membuatnya kuat untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Di sisi lain, Lookkaew duduk di kursi, menunggu dengan cemas. Dia tahu bahwa hari ini mungkin akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar—sebuah ujian bagi cinta mereka, yang baru saja tumbuh, namun harus menghadapi kenyataan keras dunia.

-------

Ke esokan harinya Anda merasa hari-hari yang dilaluinya semakin berat. Hubungannya dengan Lookkaew tampak semakin rumit seiring waktu. Tidak pernah ia merasa begitu bingung seperti sekarang. Sejak di Kantor, di mana percakapan serius antara mereka terjadi, Anda merasakan perubahan yang tak terucapkan dalam hatinya. Perubahan yang membuatnya merasa tak tenang.

Di satu sisi, dia mencintai Lookkaew dengan seluruh hatinya. Di sisi lain, tekanan dari pekerjaan, keluarga, dan ekspektasi sosial terus membayangi. Ketika Lookkaew mencoba mengerti keadaan, Lookkaew justru merasa semakin terpojok.

Hari itu, Anda berada di ruang kerjanya, tenggelam dalam dokumen-dokumen proyek yang harus segera diselesaikan. Namun, pikirannya terus melayang pada percakapan mereka kemarin itu. Perasaan takut kehilangan segalanya kembali menghantui, membuatnya semakin sulit untuk fokus.

Tiba-tiba, sebuah pesan singkat muncul di layar ponselnya. Pesan itu datang dari seorang karyawan baru di perusahaan, seorang pria bernama Alvin yang selama ini mendekati Lookkaew dengan dalih profesionalisme. Pesannya singkat, tapi cukup untuk membuat hati Anda terbakar cemburu.

"Lookkaew terlihat cantik hari ini. Aku beruntung bisa bekerja dengannya."

Anda menggertakkan giginya, berusaha meredam amarah. Loookkaew memang sering bekerja bersama Alvin akhir-akhir ini, karena mereka sedang dalam tim yang sama untuk proyek besar. Tapi, melihat pesan seperti itu membuat perasaannya tak karuan. Apakah Alvin hanya sekadar kolega? Ataukah ada perasaan lebih yang tumbuh antara mereka?

Tanpa berpikir panjang, Anda menghubungi Lookkaew. "Kamu di mana?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih tajam dari yang diinginkannya.

Lookkaew menjawab dengan tenang, "Di ruang rapat, ada presentasi dengan tim proyek."

"Kamu dengan Alvin?" Anda bertanya lagi, suaranya meninggi sedikit.

"Ya, dia bagian dari tim," Lookkaew menjawab, mulai merasa ada yang tidak beres. "Kenapa?"Anda terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku hanya ingin tahu. Aku merasa dia terlalu dekat denganmu. Aku... aku tidak suka cara dia melihatmu."

Lookkaew menghela napas panjang. "Anda, kamu tahu aku hanya mencintaimu. Alvin hanya rekan kerja. Kamu harus percaya padaku."

Namun, ketidakpastian masih menghantui pikiran Anda. Ia merasa ada sesuatu yang berubah. Entah mengapa, rasa percaya yang dulu begitu kuat, kini goyah. "Aku mencoba, Lookkaew... tapi ini sulit," Anda berbisik.

Hari-hari berikutnya, suasana di antara mereka menjadi tegang. Lookkaew merasa bahwa Anda semakin menjauh, sementara Anda merasa bahwa perasaannya tidak dihargai. Suatu malam, ketika mereka sedang bersama di apartemen Anda, pertengkaran hebat terjadi.

"Kamu tidak percaya padaku, Anda!" seru Lookkaew dengan frustrasi. "Aku sudah melakukan segalanya untuk menunjukkan bahwa aku setia padamu, tapi kamu masih meragukan aku karena satu pesan konyol dari Alvin!"

Anda, dengan mata berkaca-kaca, menjawab, "Bukan itu, Lookkaew. Aku hanya... aku hanya takut kehilanganmu. Aku takut kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku."

Lookkaew mendekat, memegang tangan Anda dengan lembut. "Kamu tidak akan pernah kehilangan aku, kecuali kamu memaksaku pergi dengan keraguan ini. Kepercayaan itu adalah fondasi dari hubungan kita. Tanpa itu, apa yang kita miliki?"

Anda menundukkan kepala, air mata menetes di pipinya. "Aku tahu, aku salah. Aku hanya merasa tidak aman, Lookkaew. Tolong, bantu aku memperbaiki ini."

Lookkaew mengangguk, dan dengan suara lembut, dia berkata, "Aku di sini, Anda. Selalu di sini. Tapi kamu harus belajar percaya. Jika kamu mencintaiku, percayalah padaku."

Malam itu, mereka berdua memutuskan untuk membuka hati dan berbicara tentang ketakutan mereka, keinginan mereka, dan harapan mereka untuk masa depan. Mereka tahu, cinta mereka sedang diuji. Ujian yang tidak mudah, tapi juga tidak mustahil untuk dilewati.

Mereka saling berjanji, bahwa apapun yang terjadi, mereka akan menghadapi bersama, dengan hati yang lebih terbuka dan kepercayaan yang lebih kuat. Karena pada akhirnya, cinta sejati hanya bisa bertahan jika dibangun di atas kepercayaan.

COE Dingin Dan Gadis BawelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang