#11. Kecalakaan

180 22 2
                                    

---

Hari itu mendung sejak pagi, dan suasana hati Anda tidak lebih baik. Sejak pembicaraan panjang mereka beberapa hari yang lalu, hubungannya dengan Lookkaew sedikit membaik, tetapi masih ada ketegangan yang menggantung di udara. Mereka sepakat untuk mengambil jeda sejenak untuk menenangkan pikiran, berharap waktu akan membantu mereka menemukan jawaban atas keraguan yang masih ada.

Lookkaew memutuskan untuk menghabiskan hari dengan berkunjung ke rumah orang tuanya di luar kota, sementara Anda memilih tenggelam dalam pekerjaan di kantornya. Anda berusaha sekeras mungkin untuk tidak memikirkan segala kekhawatirannya, tetapi rasa rindu dan ketidakpastian itu terus menghantuinya.

Hingga sore menjelang, suasana hatinya semakin memburuk. Ketika telepon di mejanya berdering, Anda dengan malas menjawab tanpa melihat layar ponsel. "Halo?"Suara tegas dari seorang pria di ujung telepon membuat hatinya mencelos. "Apakah ini saudara Anda? Kami dari rumah sakit. Ada kecelakaan yang melibatkan Lookkaew."

Seketika jantung Anda berhenti. "Apa? Kecelakaan? Bagaimana keadaannya?""Kondisinya kritis. Kami sedang melakukan yang terbaik. Anda bisa segera datang ke rumah sakit?"

Anda langsung berdiri dari kursinya, tubuhnya gemetar dan keringat dingin membasahi telapak tangannya. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil tasnya dan segera keluar dari kantor, berlari menuju mobilnya. Perasaan panik menguasainya, pikiran terfokus hanya pada satu hal: Lookkaew harus selamat.

Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama. Meski Anda mengemudi secepat mungkin, seakan waktu bergerak lambat dan setiap detik berlalu dengan penuh kecemasan. Setiap kenangan bersama Lookkaew melintas di pikirannya senyuman manisnya, tawa kecilnya saat mereka bercanda, sentuhan lembutnya yang selalu membuat Anda merasa aman.

Ketika akhirnya tiba di rumah sakit, Anda langsung berlari menuju meja resepsionis. "Saya Anda, di mana Lookkaew? Bagaimana keadaannya?"

Perawat yang bertugas hanya memberikan pandangan simpati. "Dia berada di ruang operasi. Keadaannya sangat serius. Tolong tunggu di ruang tunggu, dokter akan memberi tahu Anda segera setelah operasinya selesai."

Anda merasa lututnya lemas. Dia tidak bisa duduk, tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya bisa mondar-mandir di depan ruang operasi, berharap keajaiban terjadi. "Tolong, Lookkaew... bertahanlah untukku," bisiknya pelan, air mata mulai menetes.

Waktu terasa begitu lambat. Setelah berjam-jam menunggu yang terasa seperti seumur hidup, seorang dokter akhirnya keluar dari ruang operasi dengan wajah lelah. Anda langsung menghampirinya dengan penuh harap.

"Dokter, bagaimana keadaannya?".

Dokter itu menatapnya dengan serius sebelum menjawab. "Dia mengalami luka parah di kepala dan beberapa tulang rusuknya patah. Saat ini dia dalam keadaan koma. Kami tidak bisa memastikan kapan atau apakah dia akan bangun."

Kata-kata itu menghantam Anda seperti petir. Dunia terasa runtuh di sekelilingnya. Koma. Lookkaew berada dalam keadaan koma. Anda tidak pernah merasa seputus asa ini. Semua ketakutan dan kecemasan yang pernah dia rasakan selama ini tampak tidak berarti dibandingkan dengan rasa sakit yang menghantam hatinya sekarang.

Dia duduk di kursi, tubuhnya terasa kosong. "Kenapa harus terjadi seperti ini?" pikirnya. Baru saja mereka mulai memperbaiki hubungan mereka, dan sekarang... segalanya terasa begitu jauh dari jangkauannya.

Anda tahu bahwa dia harus kuat. Lookkaew membutuhkan dukungannya, bahkan jika Lookkaew tidak bisa mendengarnya sekarang. Anda bertekad untuk berada di sisi Lookkaew, setiap detik, sampai gadis itu bangun. Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Anda duduk terpaku di kursi ruang tunggu rumah sakit, hatinya serasa terhimpit ribuan beban berat. Kabar bahwa Lookkaew dalam keadaan koma masih berputar di kepalanya, menembus logika dan menutup semua pintu harapan. Semua terjadi begitu cepat, dan dia tidak siap untuk menghadapi kenyataan pahit ini.

Di sekitarnya, orang-orang berlalu lalang, tapi Anda merasa seperti terpisah dari dunia. Hanya ada satu hal di pikirannya sekarang: Lookkaew. Gadis yang selalu mengisi hari-harinya dengan tawa, celotehan, dan bahkan kekesalan kecil. Kini, gadis itu terbaring tak sadarkan diri, tanpa jaminan kapan dia akan kembali.

"Kenapa harus begini?" Anda bergumam, menggenggam tangan di atas pahanya erat-erat, seperti berusaha mencari ketenangan di tengah kekacauan emosinya.

Beberapa jam kemudian, Anda diizinkan masuk ke ruangan tempat Lookkaew dirawat. Saat melihat Lookkaew yang terbaring di tempat tidur dengan wajah pucat dan tubuh dibalut perban, air mata Anda tak bisa lagi dibendung. Dia mendekat dengan langkah pelan, duduk di samping ranjang, dan meraih tangan Lookkaew yang dingin.

"Lookkkaew... aku di sini," bisiknya, suaranya bergetar. "Kamu harus kuat. Kamu harus bangun. Aku... aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa kamu."

Anda terisak, menundukkan kepalanya. Semua masalah yang pernah mereka hadapi, perdebatan kecil, cemburu, ketidaksepahaman... semuanya terasa tak berarti sekarang. Yang Anda inginkan hanyalah Lookkaew kembali. Kembali untuk mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan bawelnya, untuk tertawa bersamanya di tengah kesibukan pekerjaan, untuk merasakan hangatnya cinta yang telah tumbuh di antara mereka.

Waktu terus berjalan, hari berganti malam. Anda tidak mau meninggalkan sisi Lookkaew, meski suster menyarankan untuk istirahat. Dia takut, takut jika dia pergi, sesuatu yang lebih buruk akan terjadi. Saat itu juga, dia menyadari betapa dalamnya rasa cintanya pada Lookkaew. Ini bukan lagi sekadar perasaan sesaat; ini adalah cinta yang tulus, cinta yang sanggup mengatasi semua perbedaan.

Semalaman penuh Anda terjaga, duduk di samping Lookkaew. Pikiran-pikiran buruk terus menghantui, tapi dia menolak untuk menyerah pada ketakutan. Dia berjanji pada dirinya sendiri, selama Lookkaew berjuang, dia juga akan berjuang untuk cinta mereka, untuk masa depan yang masih mungkin mereka raih bersama.

Keesokan paginya, dokter masuk untuk memeriksa kondisi Lookkaew. Anda berdiri di ujung ruangan, berharap mendengar kabar baik. Setelah beberapa saat, dokter menoleh padanya dengan wajah serius.

"Tidak ada perubahan signifikan. Tapi jangan kehilangan harapan. Kadang, pasien dalam keadaan seperti ini membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih."

Mendengar itu, Anda mengangguk pelan, meskipun hatinya masih dihantui rasa cemas. Dia tahu ini bukan akhir, tapi awal dari perjuangan panjang. Perjuangan untuk tetap percaya, meskipun semuanya tampak suram.



COE Dingin Dan Gadis BawelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang