Ryujin tersenyum lebar begitu asistensi nya menangkap lili sedang bermain di atas karpet tebal diruang tamu. Tentu saja bersama pengasuh nya, main Boneka serta berbagai macam mainan mengelilingi tubuhnya si balita yang berusia delapan bulan."Hihi lili aunty pulang" dengan suara merdu khas dirinya yang di buat ceria, ryujin mempercepat langkah kakinya menghampiri lili.
Kemudian menggendong tubuh mungil itu dan menciumi pipi gembul nya. Lantas mengalihkan atensi pada pengasuh lili yang duduk tidak jauh dari mereka.
"Bagaimana lili hari ini sus? Apa dia rewel lagi?"
"Tidak nona, hari ini lili begitu baik" Jawab sang pengasuh dengan senyuman sopan.
"Syukurlah, aku masih tidak mengerti mengapa dua hari kemarin lili benar-benar rewel" Katanya, sambil membelai sayang rambut lili.
Walaupun lili bukan anak kandungnya, tapi ryujin begitu mencintai balita itu jauh melebihi dirinya sendiri. Bahkan ia rela berkerja paruh waktu hanya untuk menghidupi lili.
"Biasanya nona, jika anak rewel seperti itu, mungkin terjadi sesuatu dengan ibu kandungnya, kontak batin antara anak dan ibu itu sangat kuat non"
Lantas ryujin terdiam sejenak dengan masih memperhatikan fokusnya pada lili. Benar ini sudah dua Minggu semenjak terakhir kali ia bertemu rosé, entah kenapa ia merasa memang akan ada sesuatu atau sudah terjadi? Ryujin tidak tahu, tapi ia merasa ikut resah beberapa hari ini.
"Kau benar, aku seharusnya mengenalkan lili pada ibunya kemarin" Ada nada kesedihan begitu ryujin berucap demikian, sebelum mengukir senyum tulus disana.
"Kalau begitu temui mereka, lili harus bertemu ibunya Non, walaupun bagaimana pun juga lili pasti akan membutuhkan ibunya"
"Tidak semudah itu, ibu dari lili tengah sakit, entah kapan akan sembuh" katanya. Ryujin mulai menerawang perlakuan ganjil rosé dari awal bertemu sampai sekarang.
Suster mengangguk mengerti ia tidak berbicara apapun lagi sebelum ingatan mundur beberapa jam lalu pada seorang laki-laki yang selalu mengamati apartemen ryujin selama ia bekerja dengan ryujin.
"Nona, sebenernya ada yang ingin saya sampaikan" Lirih sang pengasuh,membuat ryujin mengalihkan asistensi nya pada sang suster.
"Ya? Kenapa sus?"
"Sebenarnya—" Suster menggantung kalimatnya, ia merasa bingung harus mengungkapkan bagaimana.
"Kenapa sus?"
"Sepertinya apartemen kita sering di awasi nona, tidak sekali dua kali, aku melihat seseorang di luar dan hanya mengamati apartemen saja"
Kerutan di dahi ryujin bertambah banyak begitu mendengar suara suster tersebut, ia mulai berekspektasi yang tidak-tidak. Apakah itu suruhan ayahnya? Atau—