13 September selanjutnya,
Pukul 23:59 satu panggilan masuk, belum sempat aku mengeluarkan kata, pemuda disebrang telpon lebih dulu mengeluarkan suara
"HAPPY BIRTHDAY RAAA,
CIEE MAKIN TUAA,
EEHH MAAF PAK MAAF, GAK JELAS BANGET BAPAK-BAPAKNYA,..."
Aku hanya diam mendengar celotehannya"Raaa... Nanti mau kemanaa?? Bilang cepett
Eh aku belum balik kerja kayaknya balik jam 3 ini masih mau ngurus event buat nanti...
Tapi tenang aku udah ijin jadi kerjaanku bisa di handle sama yang lain... Kalau nanti jam 8 pagi aku belum bangun kamu bangunin ya? Aku jemput terus kita jalan... Raa? Kok diem??"Kamu ngomong terus"
"Hehe maap, jangan marah marah, masa iya lagi ulang tahun marah marah, Aira mau kado apa?"
"Ga mau apa-apa"
"Donat greentea se box mau gak?"
"Mau"
"Gacoan mau gak?"
"Mau"
"Nikah sama aku mau gak?"
"..."
"Yah ga dijawab, padahal itu kado termahal"
"Kamu mau kemana?"
"Mau balik ke kantor dulu nyiapin bahan dan alat buat event"
"Yaudah matiin dulu telponnya, yang bener bawa motornya jangan ngebut"
"Iyaaa... Eh Ra"
"Apa?"
"SAYANG AIRA HAHAHA"
"ga jelas"
***
Tadinya aku berharap itu telpon dari Sadam tapi ternyata bukan hahaha, aku ngarepin apa sih?
Di pagi harinya ada banyak ucapan selamat dari teman-teman dan tak ada satupun pesan dari Sadam,
Sadam
Kamu lupa atau sengaja?"Ra" panggilan itu mengagetkan ku yang tadinya melamun
"Eh, kenapa?"
"Mikirin apasih?"
"Ga ada"
"Ohiya kamu mau kemana? Hari ini aku temenin kemana pun itu"
"Mau ke Purwakarta" balasku dengan cepat
"Purwakarta tuh dimana?"
"Jawa barat"
"Gada yang lebih jauh lagi?"
"Ada tapi maunya disitu"
"Emm 2jt cukup gak buat kesana?"
Namanya Sagara, dia selalu menganggap serius semua kemauan aku
"Aku becanda, kepantai yuk?"
"Ayok"
***
Sehari setelah aku ulang tahun pun tidak ada pesan dari Sadam.
Aku terlalu berharap.
Menjelang siang hari setelah 13 September yang aku dapat hanya Sadam yang sedang memamerkan gadisnya.
Cukup lama aku terdiam menatap layar ponsel yang menampilkan Sadam dan gadisnya.
Purwakarta dan Sadam hanya akan menjadi kenangan yang tidak bisa aku ulang lagi.
***
"Ra"
"Hm?"
"Kamu mau ke Purwakarta karna tempat lahir kamu ya?"
"Kok tau?" Tanyaku bingung, pasalnya aku tidak pernah memberi tahu Sagara tentang itu,
Tanpa menjawab pertanyaan ku Sagara melanjutkan ucapannya "Doain ya semoga aku bisa bawa kamu kesana, 3 hari mau gak?"
"Gak usah Aga"
"Aku mau"
"Kamu pergi sendiri"
"Gabisa, harus sama kamu"
"Liat nanti"
"Aku maksa"
***
Rasanya berat kalau harus menginjakkan kaki di tempat itu lagi, Bandung, Purwakarta dan Karawang.
Seluas Bandung, Purwakarta dan Karawang aku takut Tuhan mempersempit ruang untuk kita bertemu,
Bukan tidak senang, hanya saja takut ada hati yang tersakiti,
Mungkin aku ataupun kamu senang bisa bertemu lagi tapi bagaimana dengan "mereka"?
***
Sampai September berakhir pun tak ada pesan dari Sadam.
Ah, akhirnya kita benar-benar usai.
Selamat berkelana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadam
Teen FictionSadam mungkin tidak tahu kalau dia jatuh cinta terhebat yang pernah aku rasakan, Lalu, patah hati yang tak berujung.