BAB 1

38 4 1
                                    

Abima terbangun dari tidurnya saat mendengar pintu kamarnya di ketuk.

"Bang bima, sholat kata bunda" ujar zahra dari luar kamar yang tak lain itu adalah adiknya.

Bima yang masih setengah sadar sekilas menoleh ke arah jam dinding yang ada di kamarnya.

"Udah jam 3 lewat ternyata" ucapnya dalam hati sambil beranjak dari tempat tidur.

"Bang bima, sholat ya!" sedikit teriak ke pintu kamar bima

"Iya" saut bima yang masih terdengar oleh zahra

Bima yang baru seminggu pulang ke rumah setelah beberapa tahun mengabdi di pesantren Al-jabbar, kini ia sebisa mungkin tidak menghilangkan kebiasaan baiknya sewaktu di pesantren. Yaitu mengaji dan muroja'ah setiap selesai sholat tahajud. Memang masih banyak ilmu yang belum bisa ia amalkan, namun yang telah menjadi kebiasaannya terus berusaha ia jaga, hapalannya terus ia ulang-ulang meski tak bertambah ia berharap tidak berkurang. Lelaki yang kini berusia 23 tahun itu berniat ingin melanjutkan kuliah, namun masih bingung dengan jurusan yang akan dia ambil, baginya tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.

     Jam 5 pagi bima turun untuk mengintip sang bunda yang terlihat sibuk di dapur di temani oleh zahra yang hanya duduk di kursi meja makan sambil memainkan Hpnya

"Di bantuin, bukan bukan cuma di temenin" protes bima yang kini ikut duduk di samping zahra

"Orang udah, tadi" jawab zahra singkat

"Mangeya,"lanjut bima dengan nada mengejek

"Iya," sedikit raut wajahnya berubah karna kesal

" Emang iya, bunda? Tanya bima pada bundanya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan ke dua anak kesayangannya itu

"Iya sayang” jawab wanita cantik itu yang tak lain adalah bundanya, bunda hana namanya.

Bima yang mendengar jawaban dari sang bunda spontan menyahut
"Oh ya, "sambil mendekat ke telinga zahra

"Dih, apaan sih" ketus zahra yang sedari tadi udah kesal dengan tingkah bima

"Zahra udah bantu bunda ko tadi bim, masih subuh loh, zahra udah selesai cuci piring yang semalam nggak sempat bunda cuci, trus udah beberes rumah juga, jadi yang masak adalah bagian bunda" jelas sang bunda yang sekarang udah duduk di hadapan mereka berdua sembari meletakkan wadah berisi nasi goreng di atas meja.

"Yuk makan dulu" ajaknya lagi sekilas menatap zahra dan bima

Tanpa menyahut zahra langsung mengambil beberapa sendok nasi goreng ke atas piring yang telah di sediakan

"oh iya, jadi gimana bim soal kuliah kamu, udah ada niat belum mau ambil jurusan apa?" tanya bunda yang sekarang sedang membereskan meja makan

"M..gimana kalau bima ambil jurusan sastra inggris bunda,, bunda setuju nggak?" sambil menunggu jawaban dari bundanya bima kini ikut membereskan meja makan, mengantar piring kotor ke wastafel yang di sana ada zahra sedang mencuci piring yang udah lebih dulu ia antar.

Zahra yang mendengar pertanyaan bima sedikit terkekeh, sontak bima sekilas meliriknya

"Kenapa?" tanya bima

"Gapapa _

"Bunda akan selalu setuju apapun pilihan kamu nak, jika itu baik, dan kamu yakin mampu mempertanggung jawabkan nya, bunda akan selalu dukung anak-anak bunda"

Mendengar jawaban dari bunda_bima kembali duduk

"Tapi kan bang bima lulusan pesantren, gak sejalan dong" zahra tiba-tiba menyahut

HADIAH DARI LANGIT  __revisi__Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang