BAB 23

11 2 0
                                    


TUJUH TAHUN KEMUDIAN

Tujuh tahun empat bulan
Malaikat kecil yang bernama ALBIMA LANGIT BINTANG itu tumbuh menjadi seorang anak yang sholeh dan rajin. Sekarang usianya tujuh tahun tiga hari, sekarang ia tengah asik main hujan-hujanan di depan rumah bersama dua temannya, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan

"Bintang udahan" teriak hana dari balkon rumah
Sekarang mereka tidak lagi tinggal di rumah bunda hana, melainkan tinggal di rumah oma sinta dan akbar. Meskipun setahun lalu hana sangat bersikukuh tidak mengijinkan tapi lea  tetap membujuk, karena bagaimana juga rumah mereka tidak begitu berjarak jauh, jadi kapanpun mereka bisa berkunjung.

"Langit kau di panggil ibumu" teman perempuannya memberitahu, namanya ANGGI NAMORA memiliki darah batak dari ibunya tapi wajahnya tidak lagi memiliki khas Batak karena ayahnya adalah lelaki pribumi, tapi dia sangat suka mengikuti gaya bahasa Ompung (nenek) nya. Dia adalah anak bungsu dan satu-satunya perempuan dari enam bersaudara, tumbuh di bawa asuhan ayah yang sudah berumur empat puluh dua tahun dan ibunya berumur tiga puluh empat tahun.Jika membahas lebih lanjut anggi baru sebulan pulang ke rumah lama mereka karena Ompung yang sudah sepuh tidak betah lagi tinggal di luar kota. Anggi tidak seumuran dengan kedua teman lelakinya itu, sepuluh hari lagi barulah genap usianya lima tahun. Berulang kali bintang meminta anggi untuk memanggilnya dengan sebutan ka bintang, tapi anggi tidak pernah mendengarkan, jadilah ia selalu menyebut nama langit, katanya karna dia suka langit. Entahlah gadis kecil berdarah Batak ini sangat suka beralasan

Mendengar ada yang memanggil namanya spontan bintang menoleh ke arah pemilik suara, lalu anggi menunjuk ibu bima yang berdiri di balkon rumah menatap mereka dengan antusias

"Umaa" panggil bintang sambil melambaikan kedua tangannya

"Udahan nak" teriak lea

"Lima menit lagi ya uma, please"

Anggi dan liam ikut menatap lea seakan membenarkan permintaan bintang, sempat bima me motret pemandangan indah itu.
"Yaudah" putus lea

Akhirnya mereka bertiga lega
Sambil menunggu lima menit lae mengintip masuk ke kamar dan mengintip dari jendela
Ketiga anak kecil itu sangat asik berlari-lari di bawah hujan

"Sudah lima menit bintang!"

Mendengar teriakan itu bintang segera pamit pada kedua temannya"aku udahan ya"

"Aku juga" sambung liam

"Jadi aku sama siapa" Tanya anggi mengernyitkan dahi

"Kau pulang" tukas bintang mengikuti gaya bahasa anggi

"Anggi.." teriak seseorang dari teras rumah yang tak lain adalah abangnya

Rumah anggi hanya berjarak saru rumah dengan bintang sedangkan rumah liam tepat di samping rumah bintang, mereka bertiga sangat akrab dua Minggu ini.

Anggi hanya diam mendengar namanya di panggil, bintang dan liam sudah meninggalkannya

Tama abangnya anggi segera berlari menengahi hujan tanpa mengenakan payung ataupun penutup kepala
"Kau tidak tau jalan pulang!" Tama menarik tangan anggi dan mengajaknya pulang

Anggi yang sudah menggigil hanya pasrah, dengan langkah yang amat kecil tama tidak sabaran segera ia menggendong gadis kecil itu bagaimanapun dia sudah basah kuyup.

"Darimana sajanya kau anggi?" Tanya Ompung perempuannya saat dia sudah mandi bersih dan berpakaian rapi.

"Mandi hujan Ompung" saut anggi

Rintik hujan di atap rumah mulai sepi
Anggi bersiap untuk berangkat mengaji

"Ayo anggi" ajak tama yang sudah siap untuk mengantarnya
Kemudian anggi menggendong tas merahnya dan berlari menghampiri tama

"Kita ajak langit dulu ya bang" ucap anggi sambil menaiki motor tama di bagian depan

"Kau ajaklah sekarang" tama mendongak ke arah langit di atas

"Langit teman anggi, bukan langit beneran" jelas gadis kecil itu dengan serius

Tama tertawa dan melajukan motornya

"Langi..t" panggil anggi setelah sampai di depan pintu rumah bintang

"Iya" saut bintang dan berlari membuka pintu

"Ayo ngaji" ajak anggi

"Uma bintang berangkat ngaji bareng anggi ya" teriak bintang membuat nyaring seisi rumah

"Tunggu nak" lea segera menghampiri nya
"Kalian mau sama siapa nak?"

"Ada abangku tante" jawab anggi dengan cepat

"Saya akan antar mereka tante" sambung tama

"Yaudah terima kasih ya nak" ucap lea takjim
"Bintang ingat apa pesan uma!"

"Ingat uma, dengarkan gurunya dan jangan buat dia marah" bintang segera meraih tangan lea untuk ia cium

Lea mengangguk lalu  mempersilahkan mereka berangkat

Selagi dalam awasannya Lea tidak pernah melarang siapapun untuk berteman dengan bintang, ia tidak ketat dalam mendidik bintang tapi mungkin ini tepat. Membiarkan bintang berbaur dengan anak-anak sepantarannya

Pulang mengaji, sekarang waktunya menyetor hapalan pada umanya begitu juga sebaliknya. Ya, anak dan ibu itu selalu menyetor hapalan satu sama lain, sekarang mereka baru masuk juz tiga. Bintang tumbuh dengan kasih sayang yang tidak kurang sedikitpun

"Ayo uma, siapa duluan" tanya bintang

"Uma aja kali ya"

"Boleh"

Lea mulai menyetor balapan nya, terdapat tiga halaman.
Alhamdulillah di umur bintang yang baru tujuh tahun ini ia sudah fasih dalam membaca Al-Qur'an baik itu makhroj, tajwid dan waqaf. Di samping itu lea sama-sama belajar dengan putranya ini.

Dan sekarang giliran bintang yang menyetor terdapat empat halaman
Semakin hari suara bintang semakin mirip dengan suara ayahnya, sampai lea senyum-senyum sendiri mendengarnya dan membuat bintang bingung

"Ada apa uma" tanya bintang setelah selesai menyetor hapalannya

"Nggak papa sayang, uma bangga sama kamu"

Bintang semudah itu percaya ia nyengir mendengar ucapan itu

Usai sholat isya bintang langsung tidur setelah dibacakan dongeng dan di tutup dengan surat-surat pendek
Sepertinya dia sangat kelelahan.

HADIAH DARI LANGIT  __revisi__Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang