BAB 20

14 3 0
                                    


Masih jam setengah empat subuh lea sudah sibuk sendiri di dapur menyiapkan berbagai makanan, termasuk makanan kesukaan bima untuk ia bawa kerumah sakit. Bahkan hana dan zahra tidak diperbolehkan membantunya. Wajahnya sangat ceria, mata sembab itu sudah hilang, senyum selalu terulas di bibirnya.

Usai sholat subuh lea dan hana juga zahra sudah siap berangkat kerumah sakit, sekalian Zahra membawa peralatan sekolahnya, jadi dia tidak bolak-balik lagi nanti, langsung berangkat ke sekolah setelah membesuk bima.

Saat hendak berangkat tepat jam lima pagi tiba-tiba lea mual seperti ada yang mengganjal di perutnya "mungkin hanya masuk angin" begitu ia menyimpulkan

"Kenapa nak" tanya hana sambil mengelus lembut punggung lea

"Nggak papa bunda, mungkin lea masuk angin"

Hana mengangguk meski merasa penasaran

Sampai di rumah sakit mereka sedikit panik melihat dua orang berlari keluar dari ruang ICU menuju bagian informasi

"Tolong hubungi keluarga dari pasien yang bernama ABIMA PIRDAUS" pinta salah satu dari mereka sedangkan yang satu lagi terus berlari menuju sebuah ruangan

Segera lea,hana dan zahra berjalan cepat menuju ruang ICU saat kedua orang itu kembali bersama seorang dokter yang berjalan tergesa-gesa dan menerobos masuk ke ruangan

"Ada apa dokter?" Tanya lea panik tapi tidak mendapat jawaban

Tidak sempat satu menit dokter kembali keluar ingin menyampaikan berita duka pagi ini

"Maaf benar ini keluarganya ABIMA PIRDAUS"

"iya bener dokter"
Mereka bertiga mengangguk serentak

"Maaf kan saya, saya ingin menyampaikan bahwa beliau telah meninggal dunia"

Sepertinya ini masih mimpi lea berusaha bangun, menampar pipinya kuat, tapi ia merasakan sakit. Rantang yang berisi makanan kesukaan bima itu jatuh dari tangannya segera ia menerobos masuk

"Abi"

"Abi bangun, lea datang" lea masih berusaha meyakinkan bahwa itu mimpi

"Abi" menggoyang-goyangkan lengan bima

"Lea di sini abi,abi bangun dulu sebentar nanti baru tidur lagi"

Zahra dan hana menyusul masuk tak mau percaya ucapan dokter

Hana mencoba menyentuh hidung bima berharap di sana masih ada hembusan napas, namun sayang itu hanya sebatas harapan, benar bima telah meninggalkan mereka semua.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun" ucap hana di barengi isak tangis dan tersungkur di lantai, begitu juga dengan zahra

"Bunda, abi hanya tidur pasti juga bangun kalau tau lea ada disini" lea protes pada hana yang mengucapkan kalimat di atas

"Abi"

"Abi ayo bangun" kini menggoyang-goyangkan kedua pipi bima

"Abi.." tak kuasa lagi menahan tangis

"Abi bangu..n" menangis sejadi-jadinya dan memeluk tubuh yang sudah tak bernyawa itu
Seribu pertanyaan muncul di benaknya, kenapa, kenapa dan kenapa. "Kenapa secepat ini?" kenapa harus begini?" Kenapa sesingkat ini?? "Kenapa Dan kenapa??

"Bunda tolong bangunkan abi"

Hana berdiri dan memeluk lea dengan erat "nak, Allah sayang abi, biarlah dia mengambil orang yang dia sayang ini"

"Nggak bunda.."
"Lea juga sayang abi bunda" air mata semakin tumpah

"Tapi Allah lebih sayang"

"ABI.." melepas pelukan hana dan kembali menggoyangkan kedua pipi lelaki itu"

"Tuhan.. kenapa?? Kenapa??"
"Baru saja melihat senyuman itu sudah hilang untuk selamanya"

"Boleh saya sedikit menjelaskan" ucap seorang perawat perempuan yang baru saja masuk

Mereka bertiga hanya diam tak menjawab

"Tepat lima menit selesai adzan subuh berkumandang, saya meninggalkan beliau sedang sholat, dan saat kembali saya tidak percaya apa yang saya lihat segera saya memanggil satu orang untuk memastikan, dan ternyata beliau sudah di panggil oleh yang maha kuasa, entah beliau sudah selesai sholat atau tidak tapi saya menemukan ini di sebelah tangannya.

Terlihat itu sebuah kertas yang terlipat segera lea menerimanya dan perlahan membukanya

"Jika aku meninggalkan sesuatu yang memberatkan mu mintalah bantuan pada Allah, dia yang selalu kamu anggap baik. Dan benar, DIA memanglah MAHA BAIK. kamu tidak akan menemukan yang lebih baik dari-NYA, aku bersumpah atas nama Allah bahwa DIA akan membantumu melewati hal berat itu."

_sangat mencintaimu lagi!_
Jadilah bidadari ku di surganya sang MAHA BAIK itu

_Aleyaku_

Itu adalah isi dalam kertas tersebut dengan tinta yang terlihat masih hangat, menandakan itu baru saja di tulis

"Nggak, nggak abi"
"Abi bangun, tuhan tolong bangunkan dia"
"Aku ingin bercerita banyak padanya"
"Tiga hari lagi saja ya Allah, ayo bangunkan dia!"
"Banyak sekali yang harus aku sampaikan padanya"
Semua ucapan itu luas dengan napas yang memburu di iringi isak tangis yang semakin tak terbendung

"Nak" Sinta dan Akbar yang baru saja sampai segera memeluk erat lea, mencoba menenangkan.

"Mama tolong bangunkan abi"

"Sayang kamu tenang dulu, istighfar nak"

"kenapa bahagia ini begitu singkat
Masihkah ada kebahagiaan setelah ini, sungguh aku belum siap ya Allah, ini jauh lebih menyakitkan di banding kehilangan kedua penglihatanku yang sekarang telah kau kembalikan, akankah orang yang aku cintai ini bisa kembali lagi! Tapi bagaimana mungkin."

Semua bercampur aduk di kepala perempuan malang itu

"Beri aku alasan untuk tetap berprasangka baik pada takdir ini"

"Kasih tau aku bagaimana caranya mengikhlaskan"

"Ajarkan aku bagaimana caranya memiliki rasa sabar melebihi rasa sakit ini"

"Yakinkan aku ada kebahagiaan di balik semua ini ya Allah, ya Allah, ya Allah."

Hari itu _Jum'at subuh tanggal sekian bulan sekian dan tahun sekian ABIMA PIRDAUS di kabarkan meninggal dunia, berita duka itu tersebar ke seluruh keluarga, kampus, pesantren dan semua yang mengenalnya, para ustadz dan muallimnya.

•••

Sore itu bima segera di makamkan
Lea berjalan setengah sadar di tuntun oleh sinta dan hana, senja yang indah di ujung sana tidak lagi ada artinya bagi seorang Alea

HADIAH DARI LANGIT  __revisi__Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang