BAB 26

6 2 0
                                    

Bintang dan anggi dengan santai memasuki gang
"Kau tau bintang aku pernah di marahin sama ibu liam karena aku mengajak liam mengaji dan aku tidak pernah lagi mengajaknya sampai sekarang" bicara tanpa titik koma dan napas yang memburu serta suara yang nyaring anggi sangat yakin bintang mengerti ceritanya

"Kau pelan-pelan aja anggi, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan"

Anggi mendengus kesal, masih berpegangan pada bahu bintang di atas sepeda, mereka baru saja pulang mengaji setelah selesai sholat magrib. tempat mengaji mereka ialah di masjid, tidak jauh, lima menit naik sepeda sudah sampai , jalan di penuhi lampu tidak gelap sama sekali meskipun sepanjang malam.

"Kau tidak perlu teriak dan terburu-buru begitu, aku pasti dengar"

"Nanti kau tidak mengerti"

"Siapa yang tidak mengerti kalau kau bicara dengan jelas"

Anggi hanya terdiam, jalanan sepi mereka terus melaju memasuki gang

"Besok aja kau cerita anggi" putus bintang

Anggi memajukan bibirnya sedikit kesal, masih tetap diam.
Satu menit kemudian mereka sudah sampai bintang mengantar anggi sampai di depan rumahnya

"Terimakasih langit" sembari turun

"Iya sama-sama"

"Apa besok aku boleh lagi ikut denganmu!" Bertanya dengan penuh harap

"Tidak, kau berat"

Wajah yang ceria itu seketika murung ia memegang perutnya yang penuh dengan lemak

Bintang tertawa "aku hanya bergurau, kau boleh ikut kapan saja asal ibumu mengijinkan"

"Apa kau tidak bergurau lagi sekarang" wajah anggi kembali ceria

Bintang menggeleng segera memutar sepedanya

"Yei" anggi bersorak riang, berlari jingkrak-jingkrak langsung masuk kedalam rumah sampai lupa mengucap salam

"Anggi, sebelum masuk ucap salam nak, kamu jangan lupa lagi" tegas ayahnya yang duduk di sofa ruang tamu sibuk membaca buku, Muhammad Malik namanya.

Anggi tersipu"assalamualaikum" ucapnya sembari menghampiri sang ayah

"Maaf ayah besok anggi tidak lupa lagi"

"Amin" malik meletakkan buku di atas meja dan menatap anggi dengan seksama

Sikap manja si bungsu itu langsung kambuh ia meloncat ke pangkuan ayahnya, segera malik membawa gadis kecilnya ke pelukan ternyaman.

"Besar nanti kau mau jadi apa nak" mengikuti gaya bahasa si ompung

"Jadi kebanggaan ayah" jawab anggi penuh yakin dan percaya diri

"Ayah percaya itu nak" mengecup ujung kepala anggi
"Sampai mana hapalanmu nak, ayah mau dengar"

"Hari ini anggi sudah selesai juz tiga puluh ayah" berhenti sejenak mengatur napas
"Besok anggi akan mulai menghapal juz satu"

"MasyaAllah anak cantik ayah, tidak usah menunggu nanti kamu sudah jadi kebanggaan ayah nak"

"Makasih ayah" anggi masih nyaman di pelupuk ayahnya

"Langit sudah juz tiga ayah, sebentar lagi dia akan masuk juz empat"

"Langit siapa nak?"

"Teman baru anggi ayah" anggi mengerutkan dahi kenapa ayahnya tidak tau teman anaknya pikirnya.

"Ayah tidak tau siapa langit nak"

"Yaudah besok anggi kenalin" beranjak dari pangkuan ayah

"Tunggu dulu, kau mau kemana?"

"Mau menyetor hapalan pada uma, soalnya langit bilang dia selalu menyetor hapalannya pada ibunya" seperti biasa tarik napas dulu kemudian lanjut bicara
"Anggi juga mau menyetor hapalan pada uma"

Ya, bintang memang sempat cerita pada anggi kalau dia selalu aktif menyetor hapalan pada ibunya, begitu juga dengan ibunya yang menyetor hapalan padanya. Kalau soal hapalan bintang juz berapa, dia tau saat ditanya sama guru mengaji mereka sore tadi.

"Ayah juga bisa jadi tempat kamu menyetor hapalan nak"

"Sungguh" mata anggi berbinar

Malik mengangguk

"Tapi ayah sibuk, nanti malah repot" memajukan bibirnya berasumsi

"Tidak nak, sini" meminta anggi untuk duduk di sampingnya
"Ayo mulai" pinta malik

Penuh semangat anggi pun mulai membaca ta'awudz dengan mantap, menyetor hapalannya surah Al-Bayyinah dan Az-Zalzalah. Setelah selesai barulah malik menyampaikan kalau dalam bacaan anggi ada dua kesalahan, yang satu penggunaan waqaf dan yang satunya lagi tajwid. Sejenak malik mengulang bacaan anggi dan memberitahu mana yang salah, anggi yang mendengar penjelasan itu hanya manggut-manggut berusaha paham.

"Kau hebat nak" malik mengacungkan kedua jempolnya, anggi hanya tersenyum simpul seperti memikirkan sesuatu

"Ayah, kapan anggi sekolah?"
Itulah yang dipikirkan oleh anggi tadi

"Usai lebaran nanti kau akan sekolah nak"

"Sungguh ayah" anggi nyengir kesenangan

Ayahnya mengangguk
Sepertinya hari-hari anggi sangat menyenangkan, sekarang ia berlari ingin menyampaikan kabar bahagianya ini kepada ibunya

•••

Usai sholat dzuhur lea mengajak bintang untuk jiarah ke makan ayahnya, mereka sudah siap berangkat di antar oleh pak bobi
"Kita bawa apa untuk abi uma" tanya bintang saat subuh nyaman duduk di mobil

"Bawa Al-Qur'an nak, nanti kita baca yasin di sana"

"Wah, bintang mau baca sebanyak-banyaknya uma, agar abi senang" matanya berbinar menunjukkan kebahagiaan yang teramat

"Iya nak" lea sudah tak kuasa lagi menahan air matanya

"Uma kenapa nangis" wajah bahagia tadi seketika hilang saat melihat umanya menyeka air mata yang membasahi pipinya

"Uma nangis karena bahagia nak, uma senang, sama seperti kamu, kamu juga senang kan kita jiarah ke makan abi?"
"Uma teramat rindu pada abi nak, berbicara tentangnya adalah berbicara tentang kerinduan yang tiada habisnya" batin lea

"Sena..ng bangat uma" wajah bahagia itu kembali lagi saat mendengar bahwa umanya menangis karena bahagia

"Uma, bintang pengen ketemu abi"

"Iya nak" ucapan malaikat kecil ini semakin mengusik ruang rindu yang tak berujung itu

"Bintang berdo'a sayang, minta sama Allah semoga bintang di pertemukan dengan abi di dalam mimpi"

"A, itu ide yang bagus uma" bintang spontan meloncat memeluk umanya

Tidak lama lagi mereka akan sampai di pemakaman, bintang awas menatap keluar melalui kaca mobil

•••

"Ayo uma" bintang bersorak tidak sabaran

"Nak, kita harus mengucapkan salam dulu"

"Assalamualaikum" bintang mengedarkan pandangan keseluruh pemakaman

"Ikuti uma nak"

Bintang mengangguk segera menatap lea

"Assalamu alaika dara qaumi mu'minin, wa inna insya Allahu bikum lahiqun"

"Artinya, Assalamualaikum wahai tempat bersemayam kaum mukmin. Telah datang kepada kalian janji Allah yang sempat ditangguhkan besok, dan kami insya Allah akan menyusul kalian".

Bintang mengikuti dengan mantap
Kemudian barulah mereka memasuki pekarangan makan.

HADIAH DARI LANGIT  __revisi__Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang