11. Girls Things

471 111 23
                                    

Bianca dibuat melongo saat tim basket SMA Bintang Buana terlihat memasuki lapangan pertandingan siang ini, terutama pada eksistensi Raden yang begitu mencuri perhatian— jersey tanpa lengan berwarna biru tua yang memamerkan otot lengannya, dada bidang, dan kulit seputih susunya benar-benar membuat Bianca seperti lupa dunia. Raden betulan mengalihkan perhatiannya pada sorakan-sorakan heboh dari siswi-siswi satu sekolahnya. Ditambah dengan tatanan rambut yang dibelah tengah dengan poni teracak. Aura cowok dengan ketampanan diatas rata-rata itu membuat Bianca tak berkedip sama sekali.

"Tiati, kering tuh gigi," tegur Amora yang sedari tadi memperhatikan Bianca— terpesona dengan wajah rupawan milik Raden.

Cherry sontak tertawa seraya bertepuk tangan kecil saat mendengar teguran dari Amora barusan. "Kedip Ca kedip. Gak akan kemana-mana kok, Mas Raden lo itu," imbuhnya masih dengan kekehan geli.

"Tapi beneran ganteng banget anjirrr. Sumpah, pulen banget badannya. Itu kalau gue peluk kayanya gak bakalan gue lepas dah," ucap Bianca, masih dengan memandangi eksistensi Raden yang tengah melakukan pemanasan bersama teman-teman satu timnya. "Gue pelet aja apa ya biar dia naksir gue balik," ujarnya ngawur.

"Ngaco! Mana ada pelet-pelet dah Ca. Mending lo minta sama Tuhan, ibadah kencengin. Siapa tau jalur langit lebih manjiw," ujar Amora, memberi saran yang lebih waras dan masuk logika. Bianca ini emang kadang kiding.

"Nah bener tuh apa kata Amora. Berdoa, bukannya mau minta bantuan dukun," timpal Cherry seraya meneguk air mineralnya.

"Yeee, bercanda doang kali gue. Ya kali pake cara begituan, norak," sahut Bianca cepat. "Lagian juga, kalau pun gue mau melet Raden, nyari dukunnya dimana anjir? Kita hidup di kota cuyy, susah. Kecuali kalau gue hidup di pedesaan gitu dah baru, cinta ditolak dukun bertindak. Anjayyy," pungkasnya dengan kekehan kecil. Tengil sekali.

"Nyebelin banget muka lo Ca, asli. Sebel banget gue liatnya," cibir Amora.

Cherry terlihat memperhatikan sekitar, dan netranya tidak sengaja bersitatap dengan netra coklat milik Kanaya. Gadis itu dengan cepat mengalihkan pandangannya seraya menepuk-nepuk lengan Bianca dan Amora bergantian.

"Apaan sih, Cher? Ada apaan?" tanya Bianca.

"Sakit kocak! Udah napa nepuk-nepuknya, bisa memar nih lengan gue," gerutu Amora seraya mengusap-usap bekas tepukan Cherry. Perih juga.

Cherry mengendikkan dagunya. "Noh liat, Kanaya ngeliatin ke arah kita mulu daritadi. Lebih tepatnya ke Bianca sih, tajem bener udah kaya macan bunting."

Bianca tertawa. "Macan bunting banget?" tanyanya. "Udahlah, gak usah dipeduliin. Gak penting tau gak? Eksistensi dia dimuka bumi ini cuma bikin sakit mata doang," tandasnya seraya balas menatap Kanaya dengan bombastic side eyes.

"Trash will be trash," seloroh Amora dengan tatapan sinisnya.

Cherry mengangguk setuju. "Gue bakal ketawa paling kenceng, kalau perlu depan muka dia, disaat dia nanti dapet ganjaran dari Tuhan. Belom aja ini."

"Udah ah. Stop bahas itu cewe, okay? Gue mau fokus buat ngeliat calon pacar gue main basket," sela Bianca, meminta obrolan seputar Kanaya dan problematikanya terhenti.

Pertandingan basket pun dimulai..

Ngomong-ngomong, turnamen basket tahun ini digelar di SMA Pelita Bangsa. Dan tim basket dari Raden alias dari SMA Bintang Buana harus berhadapan dengan SMA Garuda.

"Itu namanya Galang— yang nomor punggung satu," celetuk Amora memberi tau Bianca seraya menunjuk cowok dengan nomor punggung satu, dari SMA Garuda. "Dia kapten basket SMA Garuda. Mainnya keren sih, cuma selama dua tahun turnamen basket ini diadain, sekolah mereka belum pernah bisa menang. Skornya pasti jauh, apalagi tiap tanding lawan SMA Merpati— sekolahnya Eros itu," sambungnya.

ᴄʀᴀᴢʏ ᴄʀᴜsʜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang