2. Don't Mess With Them

470 99 6
                                    

Nah! Ini mie ayam paling recomended alias paling enak sejagat raya— eh, Bintang Buana maksud gue," ujar Cherry begitu Mang Asep selesai mengantarkan pesanan mie ayam.

Amora memutar bola matanya malas. "Kan, lebaynya kumat."

Cherry tidak merespon cibiran Amora, gadis itu dengan lahap menyantap makanannya. Bianca tertawa melihat itu semua.

"By the way," ujar Amora memulai percakapan. "Berhubung lo baru banget join jadi anak Bintang Buana, gue bakalan jelasin sedikit hal-hal penting yang harus banget lo tau dan lo hindari, kaya apa yang gue bilang tadi di kelas," Bianca menoleh, menatap Amora serius— siap mendengar petuah gadis itu. "Liat ini— fokus ke muka orang-orangnya," ujarnya seraya menunjukkan foto dilayar ponselnya yang terdapat tiga orang gadis. "Udah?" tanya Amora, Bianca mengangguk singkat. "Yang tengah, dia ini pentolan gengnya. Namanya Kanaya, she is our senior. Sama kaya dua cewek disampingnya, Aletta sama Stella. Mereka bertiga ini adalah hal utama yang harus lo hindarin, oke? Pokoknya jangan cari masalah sama mereka, bakalan ribet nanti kedepannya," jelas Amora.

Bianca masih kurang mengerti tapi gadis itu tetap menganggukkan kepala sebagai respon.

Cherry meneguk lemon tea ice miliknya. "Bapaknya mereka ini donatur tetap SMA Bintang Buana," celetuknya.

"Ahh," Bianca mengerti sekarang. "Kekuasaan? Serius, disini masih ada senioritas gini? Buset, gue kira udah gak zaman. Disekolah lama gue gaada soalnya."

"Intinya, don't mess with them. Hidup lo gaakan nyaman kedepannya di sekolah ini," peringat Amora. "Dari kejadian yang udah-udah, after they did something 'big', anak-anak yang sempet punya problem sama mereka bertiga, selang satu hari langsung di keluarin dari sekolah ini."

"Its so creepy," gumam Bianca.

Sejujurnya, Bianca agak sedikit menyesal. Kenapa Papa dan Mamanya menyekolahkan dirinya di sini, bukan! Bukan karena ia takut dengan eksistensi Kanaya, Aletta dan Stella, gadis itu tidak takut pada siapapun kecuali Tuhan dan kedua orang tuanya. Ia hanya malas dengan adanya fakta kalau sekolah ini masih membiarkan senioritas tetap berjalan tanpa ada teguran. Seperti terkesan menormalisasikan perundungan.

"Sebenernya ada sih yang berani ngelawan mereka bertiga, gaada takut-takutnya. Dan Kanaya pun juga gaakan marah atau ngancem aneh aneh," celetuk Cherry.

Bianca mengernyitkan dahinya. "Who?"

"Anak-anak AMORFOS."

"AMORFOS?" tanya Bianca. Bingung, karena nama itu baru ia dengar pertama kali. "Anak sini?"

"Iya," Amora mengangguk.  Gadis itu mulai menjelaskan.

Seperti namanya, AMORFOS— yang dalam bahasa Yunani berarti tampan. Geng yang paling fenomenal di Bintang Buana ini beranggotakan 6 anggota inti— Raden Gyanendra selaku ketua sekaligus pencetus terbentuknya AMORFOS ini, serta Orion, Victor, Samudra, Elang dan Baskara.

Itu yang Bianca baru saja dengar dari Amora. Well, sejujurnya agak sedikit menggelikan setelah mendengar nama sekumpulan cowok-cowok populer di sekolah ini. "Jujur," Bianca mulai membuka suara. "Nama gengnya agak alay. Kesannya kaya narsis banget, gak sih? Emang beneran seganteng itu?" tanyanya kemudian.

Amora lagi-lagi menggulir layar ponselnya, kemudian menunjukkan pada Bianca. Ada 6 cowok dengan jersey basket berwarna biru bergaris kuning tanpa lengan, di lapangan. "Look at this. Rate satu sampai sepuluh, berapa?"

"Wow," gumam Bianca. Netra beningnya langsung terpaku pada  satu cowok disana. "Yang ini ganteng banget anjirr! Bening bener buset, kaya porselen. Siapa namanya?" ujarnya dengan sorot mata penuh kagum.

ᴄʀᴀᴢʏ ᴄʀᴜsʜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang