10. Make A Move

504 116 20
                                    

"Gimana? Lo aman, kan? Dianterin sampe rumah dengan selamat tanpa ada lecet, kan? Gak diapa-apain kan lo sama itu orang?"

Bianca menghela napas. Gadis itu baru saja memasuki gerbang sekolah, tapi Amora sudah mencercanya dengan banyak sekali pertanyaan.

"Gue gapapa Amoraa, look at me. Gue baik-baik aja, okay? Gak usah khawatir," ucap Bianca menenangkan. "Lagian, kenapa lo takut banget sih gue diapa-apain sama tu cowo. Dia baik loh, sempet ngobrol juga kenalan. Ramah kok orangnya."

"Lo gak tau dia siapa, Ca masalahnya.." celetuk Cherry.

Bianca mengernyitkan dahinya. Menatap Cherry yang baru saja berbicara. "Emang dia siapa? Orang penting kah?"

Cherry menatap Amora, seolah meminta persetujuan gadis itu terlebih dahulu. Baru setelah Amora mengangguk, Cherry kembali memusatkan perhatiannya pada Bianca. "Dia Eros— Eros Adiwilaga. Pentolan SMA Merpati, sekaligus musuh bebuyutannya Raden."

"HAH?!"

"Dia troublemaker Ca, suka banget ngajakin SMA lain ribut-ribut gak jelas. Balapan liar, mabok-mabokan, tawuran. Track record dia jauh lebih serem daripada Kanaya. Raden pun gak ada apa-apanya," imbuh Amora.

"Tapi kata lo waktu itu, Raden juga suka ribut-ribut gak jelas?" tanya Bianca.

Amora menghela napas. "Yaiya, itu sama Si Eros ini. Yang diributin juga kadang gak penting. Masalah sepele doang. Emang hobi nyari perkara itu orang," jelasnya.

"Ish! Ya mana gue tau kalau dia musuhnya Raden. Tau gitu gak minta bantuan dia gue semalem," sesal Bianca.

Yaudahlah ya, udah kejadian ini. Yang penting, buat sekarang kalau misal lo gak sengaja ketemu dia, tolong jauh-jauh. Bahaya banget dia, "ujar Cherry memperingati.

Bianca mengangguk paham. "Oke. Btw gue mau nyari Samudra dulu, ya? Mau balikin blazer dia soalnya. Lo berdua ada liat dia, gak?"

"Biasanya kalau jam segini dia lagi nongkrong di warung Mbok Sum. Belakang sekolah," jawab Cherry.

"Mau kita anterin?" tawar Amora.

Bianca tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Gak usah. Gue bisa sendiri kok, kalian ke kelas duluan aja, nanti gue nyusul. See ya!"

"Hati-hati!" seru Amora dan Cherry serentak.

"Will do!"

Gadis dengan surai diikat kuda dengan poni yang dibiarkan menjuntai disisi kanan dan kirinya itu, berjalan menuju belakang sekolah. Tempat dimana Samudra berada— bersama Raden dan yang lain tentu saja.

Senyum simpulnya terpatri begitu manis, menyapa siapa saja yang berlalu lalang dihadapannya.

"Hai, Caca! Mau kemana?"

Bianca sontak menghentikan langkahnya. "Oh! Hai, Sakha! Ini," balasnya seraya mengangkat paper bag ke hadapan Sakha— berisi blazer milik Samudra, dan sedikit kue kering sebagai tanda terimakasih untuk cowok yang sudah menolongnya kemarin. "Mau balikin blazernya Samudra, kemarin gue pinjem soalnya."

"Samudra?" tanya Sakha. "Lo kenal sama dia?"

Bianca terkekeh. "Hm, kenal tapi gak yang deketttt gitu. Pokoknya ada lah insiden dikit kemarin, yang sampe bikin dia minjemin blazernya ke gue."

"Oalah..."

"Yaudah, kalau gitu gue duluan ya? Keburu bel soalnya," pamit Bianca pada Sakha.

"Eh! Iya-iya."

Dan Bianca berlalu darisana. Meninggalkan Sakha yang masih setia menatap punggung gadis itu, dengan salah satu sudut bibirnya yang terangkat.




ᴄʀᴀᴢʏ ᴄʀᴜsʜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang