15. Bad Day Ever

449 118 27
                                    

Bianca memasuki gerbang sekolahnya dengan bingung. Ada yang aneh kah sama penampilan gue hari ini? Monolognya dalam hati. Pasalnya, siswa siswi SMA Bintang Buana yang berpapasan dengannya terlihat menatap gadis itu dengan tatapan aneh. Seperti menelisik penampilan si gadis dari atas sampai bawah. Seperti mencemooh atau merendahkan.

Bisikan demi bisikan yang entah apa maksudnya bisa Bianca dengar saat gadis itu melangkah melewati koridor.

"Gak malu apa ya dia?"

"Gila, masih punya muka buat nampakin diri di sekolah."

"Jujur, gue gak expect sih sama kelakuannya. Ternyata polos begitu gak menjamin kalau di luar sekolah, ya."

"Muka tembok banget."

"Tebel amat tuh muka, pake foundation berapa lapis?"

"Yakin yang beginian yang kepilih buat jadi sampul majalah sekolah? Haduhh, yang ada malu-maluin."

"Pantes bisa masuk Bintang Buana, gak heran lagi sih."

Dan masih banyak lagi bisikan dengan nada merendahkan. Serius, Bianca betulan bingung dengan apa yang terjadi saat ini.

Langkahnya seketika terhenti saat netranya tidak sengaja melihat papan mading— degub jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya setelah membaca highlight poster disana— disana, terpampang potret dirinya yang tengah mencium pipi seorang laki-laki paruh baya. Bukan soal jepretan kamera kurang ajar itu yang membuat Bianca naik pitam, tapi kata-kata yang digunakan terkesan sangat menggiring opini publik ke arah yang negatif.

Salah Satu Siswi SMA Bintang Buana Menjadi Simpanan Om-Om?

"Brengsek!" umpatnya. Gadis itu baru saja hendak merobek poster yang ada dihadapannya sebelum akhirnya mengurungkan niatnya. Gue yakin ini ulah Kanaya, dan dia bakalan kesenengan kalau liat gue mencak-mencak kaya orang kesetanan. Oke, kita main cantik aja. Bianca lantas menghela napas panjang. Berusaha menetralisir amarahnya yang sudah berada dipuncak. "Keep calm Bianca. Lagian berita ini gak bener, buat apa juga gue marah-marah. Buang-buang tenaga," pungkasnya dengan senyum manisnya.

"CACA!"

Seruan dari balik tubuhnya membuat gadis yang masih berada di depan mading itu menoleh seketika. Aah, Amora dan Cherry ternyata.

"Lo—"

"—Hai! Good morning sayang-sayangkuuu~"

Amora dan Cherry sontak saling bertukar pandang. Bingung. Kenapa Bianca terlihat santai sekali begini?

"Ca, you good?" tanya Cherry.

"All good. Kenapa sih— ooh soal ini?" tanyanya seraya menunjuk papan mading yang dibalas anggukan kepala oleh keduanya. "Ck! Berita gak bener ini. Bokap gue itu, ya kali anjir gue jadi sugar baby? Duit bapak gue udah banyak."

"Lo gak marah? At least kesel kek gitu."

"Marah-marah cuma bikin cepet tua," ucap Bianca santai. Gadis itu lantas merapatkan tubuhnya pada Amora dan Cherry. "Gue udah punya rencana. Tenang aja, okay?"

Amora lantas mengangguk paham dengan senyum kecil. "Gue tunggu gebrakan baru lo."

"Lagian, orang-orang nih kenapa cepet banget gitu loh percaya sama berita murahan kaya gini. Minimal cari tau dulu siapa yang ngirim dan nyebarin. Pantes gak maju-maju ini warga negara Konoha," ujar Cherry.

Bianca tertawa kecil. Mengabaikan tatapan dan cibiran seluruh siswa siswi SMA Bintang Buana yang ditujukan padanya. "Tapi, sayang gak sih kalau udah DITUDUH yang enggak-enggak tapi gak dilakuin sekalian? Gak totalitas dong," celetuknya dengan raut wajah super tengil.

ᴄʀᴀᴢʏ ᴄʀᴜsʜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang