BAB 9

56 18 0
                                    

~ °✯Happy Reading!✯°~

~~~~~~~~~~~~''''''''~~~~~~~~~~~~

#Tetaplah di sini, bersamaku.

Naura izin untuk tidak masuk sekolah hari ini, dikarena kan kepalanya sakit sekali, mungkin karena semalam terlalu banyak menangis, suhu tubuhnya pun panas tak turun-turun. Ia hendak memeriksa kan diri ke dokter, sembari menunggu ojek online, ia duduk di depan teras rumah sambil memakan sepotong roti.

"Ternyata begini suasana pagi di komplek depan rumahku, begitu sepi." ucap Naura.

Tak lama kemudian terdengar teriakan dari seorang perempuan, "Sayurr.. sayurr.. sayurnya buu.. sayur," Naura merasa suara itu seperti tidak begitu asing di telinganya.

Dengan kepala yang masih pusing, ia berjalan perlahan, melihat sekeliling dan mencari asal suara itu, terlihat seorang perempuan di sebrang sana, dengan sebuah roda sayur di sampingnya, Naura ingin melihatnya lebih dekat, namun tiba-tiba pandangannya buyar, ia merasakan sakit begitu hebat di kepalanya.

Bruukk

Seorang ibu muda yang tengah berjualan sayur tadi melihat Naura terjatuh, saat itu juga ia langsung menghampirinya. "Astaghfirullah dek, dek kamu gapapa?"

"Tolonggg, tolonggg.. Dek, bangun," teriaknya. Ibu itu terlihat sangat panik, ia terus menerus menggerakkan tubuh Naura, lalu berteriak meminta pertolongan.

Naura mencoba membuka mata, namun sulit sekali, itu membuatnya tambah pusing.

Ibu pedagang sayur tadi berteriak histeris meminta pertolongan kepada siapa saja yang ada. "Tolonggg.. tolonggg.. tolonggg, Ya Allah dek, bertahan sebentar yaa."

Naura dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulance, panggilan dari salah seorang yang lewat tadi, berkat bantuan dari teriakan si ibu pedagang sayur dan bapak yang memanggil ambulance, untungnya Naura selamat.

Seorang dokter keluar dari ruangan serba putih itu, menanyakan di mana keluarga pasien, namun ibu itu tak mengetahuinya.

"Bagaimana keadaanya dok?"

"Kalau boleh tau, ibu ini siapanya ya?"

"Em.. saya bukan siapa-siapanya dok, saya hanya seorang pedagang sayur yang kebetulan sedang berjualan di dekat rumahnya, setelah saya bertanya kepada penghuni rumah sekitar, ternyata anak ini tinggal sendirian dan keberadaan keluarganya tidak ada yang tahu. Jadi saya berinisiatif untuk membantunya pergi ke sini," ucapnya.

"Baiklah kalau begitu, pasien mengalami dehidrasi bu, ia juga mengalami Anemia, kemungkinan selama 2 atau 3 hari ke belakang ia tidak makan teratur, tidak memakan makanan sehat dan tidak minum air putih dengan cukup."

"Astaghfirullah, apakah ia akan segera sembuh dok?" ucap ibu itu dengan raut wajah panik.

"Semoga segera sembuh ya, setelah bangun nanti ia harus makan makanan sehat, bergizi, dan minum air putih yang cukup."

"Baiklah dok."

"Kalau begitu saya pergi dulu."

***

Naura terbangun lalu melihat keadaan sekitar, seluruh ruangan dilapisi lapisan cat berwarna putih, kasur yang empuk, selimut putih, laci kecil berwarna putih beserta pas bunga di atasnya. "Biar ku tebak, tempat ini tidak lain dan tidak bukan yaitu Rumah sakit. Baguslah niatnya pun aku mau ke sini kan," (membatin).

Di samping laci tadi, terdapat sebuah jendela yang langsung menyuguhkan pemandangan langit sore yang indah, ruangan itu berada di lantai atas. Sejenak Naura memandangi langit yang indah itu, ia terhanyut dalam lamunan.

Sisa-sisa HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang