BAB 10

69 17 0
                                    

~ °✯Happy Reading!✯°~

~~~~~~~~~~~~''''''''''~~~~~~~~~~~~

Pagi ini Naura terbangun karena mencium aroma sedap yang terhempas angin ke seluruh ruangan, ia bangun dengan perasaan senang dan segera menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur.

Naura menghampiri ke dapur, lalu mencium pipinya. "Selamat pagi ibunda Ratu."

Suci tersenyum hangat, lalu membalas mencium Naura. "Selamat pagi juga tuan putri."

Akhirnya Naura bisa kembali merasakan moment ini, kalau bapak ada ia pasti ikut senang juga.

"Baibaii ibu, mau mandi dulu."

"Yang bersih yaaa," teriaknya.

Setelah selesai, Naura berganti pakaian dan segera kembali ke dapur dengan rambut yang masih basah dan berantakan.

"Aduhh anak gadis, sisir dulu dong rambutnya."

"Hehehe lapar bu."

Suci mengambil mengambil sisir di kamar Naura, lalu merapikan rambutnya, "Sudah panjang sekali, hari ini mau di kepang gak?" tanyanya.

"Boleh bu, sekarang ibu makan dulu."

"Iya nak."

Mereka makan bersama sambil mengobrol dan ditemani suara televisi. Suasana hangat ini sudah sangat lama Naura dambakan, semoga ia tidak pernah kehilangannya lagi. Setelah selesai makan Naura membantu ibunya membereskan, setelahnya Suci pun membuat kepangan di rambut Naura.

"Cantik, seperti putri sungguhan," katanya.

"Ah masa sii," Suci mengepang kecil bagian sisi kiri dan kanan rambut Naura, lalu di satukan di bagian belakang, ini adalah model yang paling Naura suka.

"Iyaa dong, siapa dulu ibunya," ucapnya diiringi senyuman.

"Yaudah, aku berangkat dulu ya bu."

"Iya sayang hati-hati di jalan yaa."

Naura berangkat dengan mood yang sangat baik, sesampainya di sekolah, semua teman sekelasnya menyambut dengan sapaan hangat, seraya bertanya bagaimana kabarnya. Beruntungnya Naura di pertemukan dengan orang-orang baik. Alhamdulillah

Saat waktu istirahat, Naura bersama teman-temannya berjalan melewati sisi lapangan, di sana terdapat para pria yang sedang bermain bola.

Saat Naura melintasi lapangan, ia melihat tali sepatu kirinya lepas, ia pun merapikan nya, sedangkan teman-teman Naura melanjutkan perjalanan tanpa melihat ke belakang.

Bola melayang, terlambungkan oleh sepakan dari salah seorang pria yang bermain bola tadi, seluruh penonton yang menyaksikan tengah melihat ke mana bola itu akan pergi. Blam! ia mendarat tepat di atas kepala Naura dengan pukulan yang cukup keras.

"Aww," Naura memejamkan matanya, ia menahan sakit yang dirasa, terlihat sekelebat bayangan anak kecil yang mengalami hal yang sama dengan Naura. Ia pun kembali membuka matanya.

"Lo gapapa?" tanya seorang pria diantara banyaknya orang yang menghampiri Naura.

Naura menengadah, "Rakha?" Naura menghela nafasnya sejenak. "Nggak."

"Serius lo?" tanya Rakha, tangannya berusaha mengelus rambut Naura, ia merasa bersalah karena bolanya.

"Iya serius," ucap Naura, ia berdiri lalu bergegas pergi.

Rakha dan teman-temannya memperhatikan Naura.

"Nau, lo serius gapapa?" tanya Meyra.

Naura menggelengkan kepalanya.

Sisa-sisa HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang