BAB 1

133 38 10
                                    

#New life i'm coming, Please be better.

~~~

Naura memutuskan untuk pindah dari panti asuhan, meskipun hal ini menentang peraturan, Naura tetap melaksanakan niatnya. Upaya pencarian jati diri dan ibunya begitu kuat, tekadnya pun sudah sangat bulat, tidak ada siapapun atau apapun yang bisa menahannya. Setelah berpamitan kepada para pengurus panti asuhan serta teman-temannya, dengan perasaan campur aduk, ia melangkahkan kaki kanannya lalu membalikkan badannya seraya melemparkan senyuman kepada semua.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Naura melaksanakan perjalanan panjang yang berawal dari tenangnya suasana pedesaan menuju riuhnya suasana kota. Kala pengap terasa dalam taxi yang ia tumpangi, senyuman terukir indah dalam wajahnya, sepanjang perjalanan ia celingak-celinguk melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi mencakar langit, kekaguman dan rasa syukur tak henti-hentinya terucap dalam hati Naura.

Dari kejauhan terlihat komplek perumahan, taxi itu memasuki gerbang dan parkir tepat di depan sebuah rumah minimalis berwarna lilac yang rapi, bersih, serta terawat, dengan sebuah taman kecil di depannya. Berkat bantuan dari pengurus panti yang telah menyimpan uang asuransi peninggalan almarhum ayah Naura, ia bisa memiliki rumah sendiri dsn bekal untuk bertahan hidup.

Setelah banyaknya cacian, makian, dan hal-hal tidak adil yang ia dapati, akhirnya ia bisa keluar dalam zona itu, Naura berniat untuk merubah penampilannya, ia sudah memaafkan dan melupakan semua kejadian buruk yang dialaminya.

Sebuah cermin tinggi dengan lampu menghiasi setiap sisinya, Naura berdiri memandangi dirinya, rambut yang selama ini dikepang kini terurai indah, senyuman kecil mengembang sempurna. "Semangat! Tumbuhlah lebih baik, hiduplah lebih lama, dan berbahagialah."

~~~

Hari pertama menjadi murid SMA, semua berjalan dengan lancar, semua terasa biasa-biasa saja bagi Naura, sejauh ini belum ada hal yang menyenangkan baginya. Menurut orang-orang, jatuh cinta saat masa SMA adalah hal yang paling menyenangkan dan akan sulit untuk dilupakan, namun Naura termasuk orang yang tidak percaya pada Cinta. Bagi dirinya jatuh cinta adalah hal paling konyol dan ia percaya bahwa semua tidak akan berakhir menyenangkan.

Saat hendak pulang, ia melihat kumpulan orang-orang yang dihukum karena tidak menaati peraturan yang telah ditentukan, Na terus melangkahkan kakinya namun pandangannya tetap melihat ke arah lapangan.

Brukkk... "Aww," Naura terjatuh dengan posisi duduk, pandangannya fokus pada luka kecil yang terdapat pada lututnya.

"Makanya kalo jalan tuh liatnya ke depan!" ucap seorang pria yang tengah menabraknya, pria itu pun pergi meninggalkannya.

Naura berdiri, sorotan matanya memandang sadis pada punggung pria tadi, "Minimal kalo salah minta maaf bro! Lo laki bukan sih?"

Pria itu menghentikan langkahnya, ia membalikan tubuhnya lalu menatap Naura dengan tatapan tajam khas mata elangnya, "Lo yang salah, kok gue yang harus minta maaf?"

Naura mendecak kesal, "Ckk.. Terserah lo." ia membalikan badan dan berjalan ke arah lain.

"Dih aneh," teriak pria itu.

Naura masih mendengarnya meskipun jarak mereka cukup jauh, "Lo lebih aneh." ia kembali melangkahkan kaki tanpa menoleh ke belakang lagi, tiba-tiba langkahnya terhenti, ia kembali mengingat kejadian minggu lalu. "Eh, bentar-bentar... Kok muka dia kayak gak asing ya? Tapi... Gue pernah liat dia di mana yaa?" Naura kembali melangkahkan kakinya sembari berpikir keras "di manaa yaa? Hmm.. udahlah! ngapain juga gue mikirin dia."

Sisa-sisa HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang