BAB 7

67 17 0
                                    

~°✯Happy Reading!✯°~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

#Jalan menuju sebuah mimpi?

Terlihat sepasang anak kecil tengah bermain di sebuah ladang samping persawahan, pemandangannya begitu indah, langit biru terpampang nyata, hembusan angin berhasil melambungkan rambut sang anak perempuan.

Keduanya mengendap-endap di balik pohon bunga yang tidak terlalu tinggi. "Happ.. yeayy berhasil," ucap anak lelaki yang berhasil menangkap seekor capung berwarna merah terang.

"Yeaayy berhasil, kerenn!" ucap sang anak perempuan. Mereka kembali berlari, bersama capung yang ekornya telah bertali benang berwarna putih.

Braakk.. Tangan Naura terbentur keras pada dinding kamarnya. "Aww.." ia melihat sikutnya, untungnya ia tidak terluka. "Tunggu.. kenapa mimpi kedua anak itu lagi?"

Naura melihat jam, waktu menunjukkan pukul 06.25. "Hahhh? waduh gue kesiangan," ia pun bersiap-siap untuk sekolah.

Sepulang sekolah Naura menyusuri lorong sekolah sendirian karena tadi ia harus piket dulu, Meyra dan yang lainnya pun pulang terlebih dulu.

Terdengar suara hentakan kaki yang tengah melangkah, tepat berada di belakang Naura. "Halo, apa kabar Naura?"

Naura menoleh ke arah belakang, terpampang wajah tampan dengan sebuah senyuman tipis. "Kak Leo, baik kak. Kakak gimana?"

"Baik juga. Sendiri aja?"

"Iya nih."

"Ikut yuk," ajak Leo.

"Ke mana kak?" tanya Naura.

"Ikut aja dulu."

Naura mengikuti langkah kakinya, entah apa sebabnya, ia merasa nyaman berada di dekat Leo, ternyata perjalanan ini menuju ke ruang OSIS. "Ayo," ucap Leo.

"Aman kok," sambil terkekeh "Sepatunya pake aja yaa," sambungnya.

"Iya Kak," jawab Naura.

Mereka berjalan semakin ke dalam ruangan, melewati ruang perkumpulan, ruang rapat, ruang ketua, dan tersisa satu pintu, Leo membuka pintu itu. "Ayo masuk," ajaknya.

Melihat raut wajah Naura yang terlihat ragu, Leo mengembangkan senyumnya, "Jangan takut, sini liat dulu."

Meski sedikit ragu, Naura tetap memberanikan diri untuk melihat apa yang Leo katakan.

Ternyata itu adalah sebuah tangga yang tidak diketahui tembusan ke arah mana, Naura penasaran, ia mengikuti menaiki satu persatu anak tangga yang terbuat dari kayu jati, Leo menuntun Naura."Kayunya sudah mulai rapuh, takutnya nanti kamu terjatuh," ucap Leo. Naura mengangguk mengiyakan.

Sesampainya pada anak tangga terakhir yang paling atas, terlihat sebuah pemandangan indah sekali, ia menyuguhkan awan putih seperti kapas yang bergerak perlahan, langit biru terang disinari mentari, angin berhembus perlahan membawa kedamaian di antara riuhnya kota.

"Wahh ternyata di sini ada rooftop juga ya," ucap Naura.

"Iyaa, kamu baru tau ya?"

"Iya kak, aku baru tau. Ternyata di atas sini pemandangannya indah banget."

"Ini termasuk salah satu rooftop yang bisa di akses oleh siswa, yang lain penjagaannya ketat sekali," ucap Leo.

"Iyakah? Tapi di sini pun aksesnya lumayan sulit ya kak, mungkin cuma orang-orang spesial yang bisa ke sini."

Sisa-sisa HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang