PROLOG

360 46 64
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Tatapan Sammy langsung tertuju pada ketujuh orang yang kini sedang duduk bersama di gazebo--yang letaknya tak jauh dari bangku taman--saat mendengar Ruby mengatakan soal 'mendapat pekerjaan'. Begitu pula dengan Sandy dan Olivia. Meski saat ini keduanya menatap secara diam-diam dari jauh, namun sudah pasti mereka sedikit ingin tahu soal pekerjaan yang akan disampaikan oleh Ruby.

Hanya Niki yang saat itu memilih untuk duduk bersama Ibunya, karena Rere memang sedang mengobrol bersama Ziva, Tari, dan yang lainnya. Ia sama sekali tidak ingin ikut campur dengan urusan pekerjaan, meski Iqbal ada di dalam tim yang Ruby pimpin. Karena menurutnya, tidak mencampuri urusan pekerjaan mereka adalah bagian dari menghormati privasi ketujuh anggota dalam tim tersebut.

Di gazebo, Revan meminta semua yang akan berkumpul agar duduk melingkar. Tujuannya agar para anggota tim bisa saling menatap wajah satu sama lain. Semuanya mengeluarkan ponsel masing-masing dari dalam saku, agar bisa mencatat hal-hal penting yang akan mereka bicarakan kali itu. Samsul baru saja akan tiba di gazebo. Pemuda itu tersenyum penuh cinta saat melihat Ruby yang sedang sibuk menatap i-Pad.

"Dek Ruby ...."

Reva dan Revan langsung menutup telinga. Karel dan Iqbal segera meraih rebana yang ada di ujung gazebo, untuk mengiringi nyanyian Samsul kali itu. Sementara Nadin--yang ada di samping Ruby--hanya berusaha menahan tawa sekuat tenaga.

"Kucinta kau suka, jadinya sama-sama. Kau rindu kukangen, jadinya satu sama. Kalau sudah begini sayang, berpisah ku tak kuat. Jangankan satu minggu sayang, sehari kurindu berat*."

Reva segera meraih rebana yang dimainkan oleh Karel dan Iqbal, lalu hendak melemparnya ke arah Samsul. Samsul berjengit ngeri dan hampir melarikan diri, andai saja Ruby tidak segera menghalangi pandangan Reva ke arah Samsul.

"Va ... tahan, Va. Tahan," bujuk Nadin.

"Yang sabar, Va. Tolong maklumi Samsul. Kali ini, saja," mohon Ruby.

"Mana tahan aku, Nad? Aku bukan kamu yang selalu bisa kuat mendengar nyanyiannya Samsul untuk Ruby. Pengar kupingku, Nad. Pengar," ungkap Reva, apa adanya.

Karel dan Iqbal pun segera menarik Samsul agar duduk di tengah-tengah mereka. Revan mengambil rebana dari tangan Reva, lalu dikembalikan ke ujung gazebo agar tidak perlu melayang ke kepala Samsul. Ruby--sambil menahan-nahan tawanya--mencoba untuk memulai rapat kali itu.

"Baiklah, mari kita langsung saja bicarakan soal pekerjaan yang akan kita tangani kali ini," ujar Ruby.

"Apakah ada yang menghubungi kamu, By? Lewat telepon atau e-mail?" tanya Reva, dengan tatapan sengit yang masih terarah kepada Samsul.

"Aku dihubungi lewat e-mail, Va. Kemungkinan besar, yang meminta tolong pada kita tidak ingin terlihat terang-terangan meminta tolong," jawab Ruby.

Karel pun langsung mengalihkan tatapannya dari ponsel ke arah Ruby.

"Kenapa kamu berkesimpulan begitu, By? Apakah ada hal yang memancing pikiranmu agar membuat kesimpulan seperti itu?" tanya Karel.

Ruby pun menganggukkan kepalanya. Ia segera mengirimkan tangkapan layar dari i-Padnya ke ponsel yang lain, agar seluruh anggota timnya bisa melihat sendiri isi dari e-mail yang ia terima. Semua orang kini terfokus pada tangkapan layar yang Ruby kirimkan. Samsul adalah yang paling pertama selesai membaca e-mail tersebut melalui ponselnya. Tatapannya kini langsung tertuju pada Ruby, karena ia juga akhirnya ikut menyimpulkan hal yang sama.

ANJA-ANJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang