9 | Ada Yang Menghalangi

499 63 24
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Karel mengajak Samsul ke teras rumah itu. Iqbal dan Revan mengikuti mereka, karena tahu kalau Samsul sedang membutuhkan banyak dukungan. Di dalam rumah kini hanya ada Reva, Ruby, dan Nadin bersama Risma.

"Sul, kamu harus memahami satu hal dalam pekerjaan ini. Tidak selamanya kamu akan berhasil melakukan keahlian yang biasa kamu lakukan. Ada kalanya keahlian itu memang harus diistirahatkan sejenak. Keadaan memang sedang genting, karena Pak Rizal belum juga sadar dari kondisinya saat ini. Tapi jika kamu memaksa untuk masuk ke alam bawah sadarnya tanpa mencari tahu apakah tubuh Pak Rizal siap atau tidak, maka kemungkinan usahamu akan gagal bisa saja terjadi," jelas Karel.

"Itu benar, Sul. Bapak dan Mamakku pun sering mengatakan, bahwa ada kalanya Tante Ziva mengalami kegagalan ketika sedang menangani teluh. Tapi Tante Ziva tidak langsung kehilangan rasa percaya diri begitu saja. Dia terus berusaha, Sul. Lagi dan lagi sampai benar-benar berhasil. Jadi yang Karel katakan ada benarnya. Sebaiknya kamu coba dulu untuk mencari tahu apakah tubuh Pak Rizal sudah siap atau belum, sebelum kamu berusaha memasuki alam bawah sadarnya," ujar Revan.

"Jika memang gagal lagi, jangan langsung putus asa. Mintalah petunjuk pada Allah. Karena saat ini pegangan terbaik bagi kita hanyalah Allah, Sul. Kamu harus percaya, bahwa Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya dengan cara yang tidak pernah kita sangka-sangka," tambah Iqbal, seraya menepuk-nepuk pundak Samsul dengan  tegas.

Samsul menerima semua masukan itu. Ia mulai menenangkan diri, mencoba untuk membuang semua rasa ragu dan takut yang sejak tadi bersarang di dalam benaknya. Karel, Revan, maupun Iqbal sama sekali tidak salah saat memberinya nasehat. Ia memang membutuhkan nasehat-nasehat itu, agar kebimbangan dan jiwanya yang tidak stabil bisa kembali lurus seperti biasanya.

"Masuklah duluan ke dalam. Aku akan memberi makan Siomay dan Pangsit lebih dulu," ujar Karel.

"Mau ikut Karel, Sul? Siapa tahu kamu butuh bertemu Pangsit dan berkelahi, agar semangatmu kembali membara," saran Revan, sambil menahan senyum.

Samsul langsung menatap ke arah Revan dan memasang wajah sebal setengah mati.

"Membara ... membara ...! Mana ada orang akan membara semangatnya setelah berkelahi sama kucing? Jangan mengada-ada kamu, ya!" omelnya.

Iqbal terkikik geli, usai mendengar adu mulut yang terjadi akibat tawaran dari Revan. Ia sadar betul, bahwa tidak akan ada waktu senggang yang tak terisi, jika Revan dan Samsul sedang tidak bekerja. Kedua pemuda itu pasti akan selalu mencari perkara, agar ada yang bisa diperkarakan.

Setelah beristirahat sejenak untuk menenangkan diri dan mengobrol bersama Karel, Revan, dan Iqbal, Samsul pun kembali bangkit dan berniat segera mengurus Rizal. Reva masih terus berjaga di luar kamar bersama Nadin, seraya menatap ke arah pintu belakang rumah. Kedua gadis itu tampaknya tidak ingin lengah, jika mungkin setan anja-anja itu akan muncul lagi.

"Kalian istirahat saja dulu. Berjaga terus di sini belum tentu ...."

"Langsung masuk saja, Van," potong Reva, sambil memainkan pegangan pedang jarumnya. "Enggak usah melarang kami berjaga. Biarkan kami tetap di sini, agar tidak perlu ada yang disesali nantinya. Kerjakan saja bagianmu. Bantulah Samsul, agar dia bisa lebih konsentrasi lagi untuk memasuki alam bawah sadar Pak Rizal."

"Aku khawatir sama kamu, Va," ungkap Revan, jujur.

"Aku bisa jaga diri, Van. Insya Allah. Kalau Ruby dan Karel saja bisa bangkit lagi setelah terbanting ke lantai, maka aku juga pasti bisa ...."

"Sudah, jangan bertengkar," lerai Iqbal, sangat lembut. "Benar kata Reva, Van, sebaiknya jangan kita larang mereka berjaga di sini. Kita enggak pernah tahu akan ada hal apa yang terjadi nantinya. Jadi sebelum ada yang kita sesali, maka biarkan Reva dan Nadin berjaga di sini bersama Karel."

"Itu benar, Van. Insya Allah aku dan Reva akan bertahan, meski nanti setan anja-anja itu akan kembali menyerang seperti tadi. Akan aku lindungi Reva semampuku," janji Nadin.

Revan pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Pemuda itu langsung masuk ke dalam kamar bersama Iqbal, karena harus membantu Samsul yang akan kembali berusaha memasuki alam bawah sadar Rizal. Karel datang tak lama kemudian, setelah memberi makan Siomay dan Pangsit. Reva tampak sedang mengetik pesan pada ponselnya, sementara Nadin langsung memberi tanda pada Karel untuk tidak bertanya-tanya.

REVA
Aku baru saja berdebat dengan Revan, Pak. Tapi Iqbal dan Nadin langsung melerai kami. Dia melarangku berjaga, karena takut kalau setan anja-anja itu kembali menyerang seperti yang terjadi sebelumnya. Dia khawatir karena tadi sempat melihatku terbanting ke lantai. Tapi aku bersikeras ingin tetap berjaga, karena takut kalau nanti kami tidak sempat melakukan apa-apa jika sampai ada serangan tiba-tiba. Menurut Bapak, apakah aku salah dan Revan yang benar? Atau, aku benar dan Revan yang salah?

Gadis itu memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku, setelah mengirim pesan kepada Bapaknya. Karel ingin sekali bertanya, namun mulutnya terkunci akibat tanda yang ia dapatkan dari Nadin. Di dalam kamar, Samsul kini tengah kembali mencoba untuk memasuki alam bawah sadar Rizal. Risma memerhatikan tanpa berpaling. Ruby ada di sisinya dan tengah menenangkannya agar bisa melalui semuanya dengan tenang.

Samsul menutup kedua matanya seperti tadi, lalu berdoa sebelum mencoba memasuki alam bawah sadar Rizal.

"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma inni a'udzubika minal hammi wal huzni, wal ajzi, wal kasali, wal bukhli, wal jubni, wal dhola'id daini, wa gholabatir rijali," batin Samsul.

Kedua matanya kembali terbuka, ia pun hendak meletakkan kedua telapak tangannya pada dada Rizal untuk memasuki alam bawah sadarnya. Sayangnya, kali itu Samsul harus menghadapi kegagalannya untuk yang kedua kali.

BRUAKH!!!

"Astaghfirullah hal 'azhim!!!" seru semua orang yang menyaksikan.

Samsul kembali terlempar dan terhempas ke lantai. Iqbal dan Revan segera membantunya bangkit. Kali itu, Samsul akhirnya merasakan ada sebuah penghalang yang membuatnya sangat sulit untuk menembus alam bawah sadar Rizal. Risma kembali menangis di pelukan Ruby, karena merasa takut kalau akhirnya Rizal tidak bisa diselamatkan.

"Ada yang menghalangi," ujar Samsul. "Aku harus cari cara lain untuk bisa menembus penghalang itu lebih dulu, jika ingin memasuki alam bawah sadar Pak Rizal."

Karel mendengarkan dari ambang pintu kamar itu bersama Reva dan Nadin.

"Kalau begitu tidak ada cara lain," sahut Reva. "Kita harus membentengi rumah ini lebih dulu, selama Samsul mencari cara untuk menembus penghalang itu. Setidaknya, kita harus yakin kalau rumah ini tidak akan bisa didatangi lagi oleh setan anja-anja selama Pak Rizal belum benar-benar berhasil sadar dari kondisinya saat ini."

"Ya, aku setuju. Dengan membentengi seluruh rumah ini, maka kita akan jauh lebih tenang saat harus fokus mengurus Pak Rizal dan Bu Risma," Nadin mendukung pendapat Reva.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

ANJA-ANJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang