6 | Kejadian Serupa

419 61 48
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Nadin, Ruby, dan Risma pun langsung menatap kompak ke arah Reva dan Iqbal, setelah mereka mendengar soal arti memar yang ada pada kening Rizal. Karel merasa senang, karena Iqbal dan Reva bisa cepat memahami tanda-tanda yang ada pada diri Rizal sebagai bagian dari usaha hisap darah setan anja-anja.

"Aku baru selesai membaca pesan dari kamu soal setan anja-anja, Va. Tapi, aku masih belum paham, apa hubungannya antara teror setan anja-anja yang hendak menghisap darah salah satu pengantin baru dengan memar yang ada pada kening Pak Rizal?" tanya Nadin.

"Begini," Karel memutuskan untuk mengambil alih, "apakah di antara kalian ada yang pernah di kulitnya tiba-tiba muncul lebam, padahal sebelumnya enggak pernah terbentur sama sekali?"

"Aku enggak pernah, sih," jawab Ruby.

"Aku pun sama, Rel. Enggak pernah," tambah Nadin.

"Uhm ... dulu Kakak saya pernah mengalami hal seperti itu, Dek. Kulit pada salah satu bagian tubuhnya mendadak memar, padahal dia tidak terjatuh dan tidak terbentur," Risma memberi jawaban berbeda.

Karel pun tersenyum.

"Dan apakah setelah itu Bu Risma pernah mendengar ada yang mengatakan, bahwa hal itu adalah akibat dari 'dijilat setan' ketika sedang tidur?"

Risma mengangguk seraya menyeka sisa-sisa airmatanya.

"Ya ... beberapa orangtua memang sering mengatakan begitu. Tapi saya tidak menganggap itu adalah hal yang benar. Rasanya, cukup aneh kalau hal seperti itu dihubungkan dengan 'dijilat setan'."

"M-hm, karena itu memang bukan hal yang benar, Bu Risma. Wajar jika Bu Risma beranggapan bahwa itu adalah hal yang tidak perlu dipikirkan. Yang benar adalah, itu adalah upaya setan anja-anja ketika ingin menghisap darah korbannya. Hanya saja setan anja-anja itu gagal melakukan aksinya, sehingga hanya menimbulkan jejak berupa memar pada kulit korbannya," jelas Karel.

"Coba Ibu ingat-ingat lagi. Apakah dulu saat Kakaknya Bu Risma mengalami itu adalah ketika Beliau berstatus pengantin baru yang baru saja melewati malam pertama?" pinta Reva.

Ruby dan Nadin membolakan kedua mata mereka akibat kaget, setelah Reva menanyakan pada Risma tentang hal yang seharusnya hanya boleh diketahui oleh orang dewasa. Iqbal dan Karel pun ikut menoleh ke arah gadis itu, setelah mendengar permintaannya pada Risma. Risma sendiri saat ini terlihat sedang memikirkan kejadian yang pernah dialami Kakaknya. Kemungkinan besar, wanita itu jelas ingin segera mendapat jawaban atas teror setan anja-anja yang didapatnya selama tiga hari terakhir.

"Tadi katanya kamu enggak mau tanya-tanya soal itu," bisik Iqbal, mengingatkan.

"Tadi kamu memohon untuk dimengerti oleh kami, bahwa usiamu baru delapan belas tahun. Kok sekarang malah kamu sendiri yang tanya-tanya pada Bu Risma?" tambah Karel, ikut berbisik.

Reva tersenyum dengan wajah memerah. Ia memejamkan kedua matanya sekejap, demi menetralkan rasa malunya di hadapan Iqbal dan Karel.

"Pada akhirnya aku merasa penasaran, guys. Susah bagiku untuk bertahan. Enggak enak rasanya mulutku, kalau enggak menanyakan ke arah sana pada Bu Risma," aku Reva, lirih.

"Dan soal usiamu, Va?" Iqbal ingin kejelasan.

"Lupakan saja, Bal! Anggap saja aku sudah berusia lebih dari delapan belas tahun saat ini. Karena mau tidak mau, pekerjaan kita memang akan menuntut untuk mempertanyakan perkara kehidupan orang dewasa pada saat-saat tertentu."

Risma pun kini kembali menatap ke arah Reva, karena dirinya berhasil mengingat kapan tepatnya kejadian yang dialami oleh Kakaknya.

"Kamu tampaknya benar. Memar yang terjadi pada salah satu bagian tubuh Kakak saya itu terjadi saat dia baru saja menikah dan menjadi pengantin baru. Dia menemukan bekas memar itu saat akan mandi junub, setelah melewati malam pertama dengan suaminya," tutur Risma.

Kini mereka berlima pun saling menatap satu sama lain, setelah mendengar penuturan Risma. Mereka menyadari sesuatu, namun belum berani memberikan spekulasi dari apa yang mereka sadari saat itu. Mereka jelas butuh bukti, agar bisa mengutarakan spekulasi yang tengah mereka pikirkan saat itu.

"Kakak saya menunjukkan bekas memar itu pada Ibu dan saya setelah dia selesai mandi junub. Dia mengeluh bekas memar itu terasa sakit, namun saat ditanya apa sebabnya dia menjawab tidak tahu. Apakah mungkin hal itu adalah usaha setan anja-anja, seperti yang terjadi pada saya dan suami saya? Kalau memang, iya, kenapa setan anja-anja itu meneror sampai separah ini terhadap saya dan suami saya? Karena seingat saya, Kakak saya dan suaminya saat itu tidak pernah mendapatkan teror seperti yang saya dapatkan."

Nafas Risma kembali naik-turun, akibat mencoba menahan perasaan sedihnya atas kondisi Rizal. Ruby pun segera mencoba menenangkannya kembali, agar keadaan Risma tetap baik-baik saja.

"Tenang, Bu Risma. Tenang. Ayo, kembali beristighfar seperti tadi," tuntun Ruby.

Risma berusaha sebisa yang ia mampu. Wanita itu tampak berusaha sangat keras untuk mengendalikan diri dan perasaannya. Seakan ia begitu takut ada yang merasa tidak nyaman apabila dirinya mengungkapkan kesedihan secara terang-terangan. Hal itu membuat Nadin segera memikirkan sesuatu yang mungkin saja akan bisa sedikit membantu Risma bertahan.

"Bu Risma, apakah Ibu sekarang bisa menceritakan soal kronologi kejadian yang menimpa suami Ibu sebelum akhirnya tidak sadarkan diri?" tanya Nadin?

Risma kembali mengangguk. Karel, Reva, dan Iqbal kini memilih untuk mendengarkan saja.

"Awalnya suami saya hanya akan pergi ke kamar mandi, Dek. Dia baru saja selesai bekerja di ladang, jadi memutuskan ingin bersih-bersih dulu sebelum tidur siang. Saya sendiri ada di dapur, saya sedang memasak. Dia pergi ke kamar untuk mengambil handuk, baru setelah itu dia pergi ke belakang menuju kamar mandi. Meskipun saya masih saja gelisah karena memikirkan teror dari setan anja-anja itu, saya tidak ada kepikiran bahwa suami saya akan diteror saat siang hari. Maka dari itulah saya tenang-tenang saja dan tidak mencoba mengawasi keberadaannya. Tapi ternyata, hanya beberapa menit setelah suami saya pergi ke kamar mandi, dia mendadak berteriak minta tolong. Saya keluar dari dapur dan hendak menyusulnya, tapi suami saya sudah muncul lebih dulu di pintu itu dan kemudian dia jatuh serta tidak sadarkan diri."

BRUAKHHH!!!

"Argh!"

Arah pandang mereka mendadak teralih ke dalam kamar, yang mana saat itu Samsul baru saja terlempar dari sisi samping tempat tidur akibat mencoba memasuki alam bawah sadar Rizal. Karel dan Iqbal langsung masuk ke kamar itu untuk membantu Samsul bangkit dari lantai. Nadin seketika merasakan energi negatif yang begitu kuat dari arah belakang rumah itu.

"Ada yang datang! Energi negatifnya terasa kuat sekali dari belakang sana!" seru Nadin, seraya merangkul Risma.

Reva dan Ruby pun mengeluarkan senjata masing-masing, agar bisa mengamankan Risma yang masih berada di sisi Nadin. Setelah Samsul dirasa baik-baik saja, Karel pun ikut keluar dan menatap ke arah bagian belakang rumah itu.

* * *

ANJA-ANJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang