Chapter 21

2 1 0
                                    

~seharusnya kamu sendiri yang harus mengaca.. bukan orang lain~


"Kamu itu cuma kecapekan Zi." Elak Abang masih dengan tundukan kepalanya.

Baru kali ini melihat dan mengalami seseorang yang menyayangi ku, sampai berbohong padaku.

"Hm iya kecapekan!" Sindir ku.

"Apa susahnya sih bilang aja aku sakit apa, biar aku gak- aww!" Ringis ku kemudian.

Abang dengan sigap memegang bahuku membantuku menidurkan ku. Setidaknya ternyata Abang masih khawatir, tapi ini berlebihan menurutku! Biasanya Abang tak se perhatian ini.

"Jawab pertanyaan Zizi Bang!" Pintaku dengan bersikeras.

"Nanti Zi" Jawab Abang.

"Beneran nih Zizi gak dijawab pertanyaan Zizi? Oke jangan harap Zizi bangun lagi setelah tidur siang!" Ancam ku  sedikit berlebihan.

"ZI!"Teriak Abang yang membuatku sedikit menunduk karena terkejut. Asli, bukan maen! Teriakkan Abang sangat menusuk gendang telinga ku.

"Abang sayang sama kamu! Abang ga mungkin kasih tau kamu tentang penyakit kamu! Abang gak mau kamu makin kepikiran!" Belum sempat aku menantangnya, Abang sudah membentak ku dan kurasa itu sebuah tamparan bagi hati dan pikiranku yang dari tadi bersikeras.

"Za kamu ini kenapa?" Tegur Bunda sambil menghampiri aku, pastinya Bunda takut aku dan Abang kenapa-kenapa.

Tes
Air mata dan rintihan Abang terdengar dan terlihat jelas oleh mata, kepalaku sendiri. Sumpah! Baru kali ini aku melihat Abang menuturkan air mata. Sebelumnya aku hanya mengira Abang adalah manusia yang tegar.

Bukan berarti aku mengatai Abang cengeng, tapi aku merasa sangat tersentil saat Abang menundukkan kepalanya dengan lirih.

Aku tak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa menunduk dan sesekali melihat Abang yang menangis sambil di usap pundaknya oleh Kak Ladya. Sedangkan Bunda duduk di tepi kasur sambil memeluk ku.

"Maafin Zizi Bang!" Lirih ku sambil menunduk penuh penyesalan.

Abang tak menjawab, dia malah keluar dari kamarku dan menuruni setiap anak tangga, disusul oleh Bunda yang terlebih dahulu mengisyaratkan Kak Ladya untuk menemani ku menggantikan posisi Bunda.

Akh!

Kenapa hanya karena sifat bersikeras ku semuanya jadi begini?

"Kamu ga papa kan?" Tanya Kak Ladya khawatir.

Aku menggeleng dan menundukkan kepala, aku ingin sekali mengetahui ini, tapi aku gak boleh bersikeras. Namun aku juga harus tau aku ini sebenarnya sakit apa? Ingin sekali aku menanyakan hal ini kepada Kak Ladya, mungkin Kak Ladya mengerti aku, ya sudahlah aku tanya saja.

"Kak" panggil ku sambil mendongakkan kepala.

"Ya?" Sahutnya menatap ku.

"Zizi sakit apa ya?" Tanyaku pelan-pelan.

Diam, Kak Ladya tak berkutik sama sekali, namun pandangannya masih tetap ke arahku.

"Zizi sakitnya serius ya?" Tanyaku lagi.

Kak Ladya menarik nafas dan membuangnya secara kasar. Itu mungkin sebuah pertanda dia akan menjawab pertanyaanku.

"Kamu benar-benar mau tau?" Tanya Ladya memastikan. Aku mengangguk antusias.

"Kamu masih terlalu dini untuk vertigo Zi, tapi Kak Ladya yakin kamu bakal sembuh ko!" Jawabnya tanpa basa-basi namun memberikan sebuah semangat.

Lho, ternyata aku cuma vertigo. Apa salahnya sih dengan penyakit itu? Selagi aku masih diberi perawatan di rumah, harusnya aku ini bisa sembuh untuk beberapa hari ke depan. Kenapa Abang begitu menghawatirkan aku secara tak biasa?

Lagian juga, aku ini masih kuat ko! Sedikit mengalami sakit kepala tak membuat ku khawatir. Itumah Abangnya saja yang terlalu posesif.

"Cuma itu?" Tanyaku meremehkan.

"Astaghfirullah Zi! Kamu ini yang mengalami sakitnya, masa malah meremehkan soal penyakit sih." Tukas Kak Ladya sambil menggelengkan kepalanya.

"Efeknya cuma pusing doang Kak! Jadi itu menurut Zizi ga kenapa-napa, tapi pertanyaannya, kenapa Abang sebegitu khawatirnya sama Zizi?" Tanyaku.

"Itu tandanya Abang kamu sayang kamu Zi!" Jawab Kak Ladya dan berhasil membuatku merasa bersalah.



come back💋
maaf ngilang muluu🙏🏻

First Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang