Chapter 7

15 2 0
                                    


"Masya Allah kamu cocok banget pakai baju ini!" Seru Bunda memuji Abang yang memakai jubah gamis putih untuk ia pakai di acara pernikahannya nanti. Sekarang aku sudah terlatih untuk tidak sedih lagi, karena 2 Minggu lagi Abang akan melangsungkan pernikahannya dengan Kak Ladya.

"Ya jelas dong Bun!" Beonya.

"Kamu juga cocok banget pake baju itu Zi, pokoknya udah kayak nau tunangan sama Rey Bong!" Puji Abang yang beralih menatapku.

"Ih Abang bisa aja! Aku masih kecil lho!" Tukasku tak terima bila harus dipuji-puji seperti itu.

"Ga papa dong Zi, ucapan kan adalah doa! Siapa tau emang bener!" Seru Bunda penuh senyum. Entah kenapa Bunda ini sangat amat ramah setiap jam dan menitnya.

Aku hanya bisa terkekeh mendengar seruan Bunda.

"Terus ga ada yang puji Abah nih?" Tanya Abah dengan nada menggoda, sambil mengusap-usap dagunya yang sedikit ditumbuhi rambut.

"Masya Allah tabarokallah Abah tampan sekali!" Seru kami serempak hingga mengundang perhatian para pengunjung lain yang kebetulan sedang fitting baju juga. Kami hanya bisa terkekeh, seakan-akan dunia ini milik kami.

***

"Kamu besok udah mulai ujian kan?" Tanya Abang di tengah makan malam yang tenang.

"Iya. Emang kenapa?" Tanyaku kembali sambil meneguk air di gelas yang tak jauh dariku.

"Ga kenapa-kenapa." Jawab Abang.

"Ga jelas banget!" Cibirku.

"O iya! Abah besok pagi mau ke pesantren, soalnya mau ngasih undangan ke para ustadz dan ustadzah." Kata Bunda.

"Abang ikut!" Seru Abang.

"Ga usah! Masa yang mau nikah ikut bagiin undangan." Kekeh Abah.

"Emang ga boleh ya Bah?" Tanya Abang.

"Bukannya ga boleh, tapi katanya Pamali." Jawab Abah tak yakin.

"Kok katanya?" Tanya Abang lagi.

"Ya Abah juga ga tau. Soalnya kata Bundamu ini lho, secara kan Bunda keturunan Jawa." Jawab Abah sambil melirik Bunda.

"Ya Bunda juga ga tau, soalnya waktu Bunda nikah sama Abah, kata nenek kalian pengantin ga boleh keluar rumah." Ucap Bunda seakan mengerti lirikan Abah.

Serempak mulutku dan Abang membentuk O sempurna.

"Kok bisa Bunda sama Abah nikah sih?". Tanyaku spontan.

Aku memang benar-benar ingin tau tentang itu sejak masih kecil. Entah kenapa seakan pertanyaan itu kini terlontar begitu saja di malam ini.

"Ya karna jodoh lah Zi!" Tukas Abang.

"Ya maksudnya awalnya gitu!" Kataku dengan canggung.

"Kebetulan banget! Bunda sama Abah tadinya mau cerita tentang pertemuan kami. Secara kan Bunda sama Abah juga belum cerita ke kalian." Seru Bunda bersemangat.

"Sekaligus buat motivasi kamu buat kedepannya! Kamu kan sebentar lagi mau menikah!" Goda Abah sambil menunjuk Abang.








assalamu'alaikum all
beri cerita ini vote sebanyak mungkin!
tinggal pencet aja sih aelah sulit amat tuh tangan...

plis aku jadi kasar gini gara-gara marah sama kalian yang pelit banget ngasih vote ke cerita ini!
padahal bahagianya author itu cuma dikasih vote!
sebegitunya kalian ga ngehargai karya author?!

‼️ jadikan Al-Qur'an adalah sebaik-baiknya bacaanmu!

‼️ vote, koreksi, dan follow!

‼️ follow akun ig:
@zvaq_3_at
@firts.love_

aku up sekarang karena aku masih sayang sama kalian!
tapi kayaknya besok ga up, entahlah!

First Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang