~tergantung cara kita menyikapi dunia~Pusing kembali, entah kenapa belakangan ini rasa sakit kepala itu terus datang padaku. Bahkan ini adalah hari ketujuh aku ditinggalkan oleh Abah, jadi bisa dibilang rasa pusing ini sudah berawal dari lima hari yang lalu.
Abang. Cowo yang merupakan kakakku itu belum memberi tahu ku tentang penyakitku, bahkan aku merasa sifatnya semakin hari semakin aneh. Jujur saja, Abang jadi makin posesif. Aku tak pernah telat makan dimulai dua hari yang lalu, karena Abang selalu datang ke kamar ku di saat waktu makan dan menegurku jika aku enggan makan.
"Zi!" Panggil Abang. Tuh kan, sudah kubilang dan kuduga, Abang akan memanggil ku karena ini jam makan siang.
"Iya mana makanan nya?" Tanyaku enggan untuk memulai sebuah perdebatan.
"Nih!" Sodor Abang dengan makanan yang ia sodorkan yakni sayur bayam!
Aku melahap sayur itu dengan suatu tarikan nafas dan ogah-ogahan. Setelah aku menyisakan sayur itu separuh, Aku menyimpan nya di meja kecil tepat di samping kasurku. Lalu aku mengambil alih gelas berisi air yang Abang pegang dari tadi.
Namun gelas itu dipegang rapat oleh Abang, sehingga aku tak kuasa menarik nya secara paksa, karena sudah jelas, toh aku tak punya tenaga untuk bersikeras.
"Habisin!" Tegur nya dengan tatapan tajam.
Aku menggeleng dan dibalas tatapan yang semakin tajam.
"Ayolah Zi, biar kamu cepet sembuh, bayam itu bagus buat-"
"Sebenarnya Zizi sakit apa sih Bang?!" Sela ku seraya menatap lekat ke arahnya.
Hening. Abang tak diam tanpa menatap ku dengan tatapan tajamnya yang baru saja tadi terpampang jelas di wajah handsome nya.
"Kenapa Abang selalu diem disaat Zizi ngasih pertanyaan itu?" Tanyaku lagi dengan menautkan kedua alis. Ihs sudah seperti bos aku nih, bakat drama ku mengalahkan drakor ternyata.
"Ya udah nih!" Sodor Abang.
Aku semakin menautkan alisku. Kenapa tiba-tiba saja Abang seperti cupu begini?
Arghh, erangku sambil memegangi kepala. Ini pusing ko lama-lama bikin aku kesel ya? Aku padahal sedang serius ini!
"Tuh kan!" Tukas Abang sambil setengah panik dan mengusap keningku.
"Jawab pertanyaan Zizi Bang!" Elak ku sambil menepis tangannya dari keningku.
"Huft... Zi, bisa ga sih jangan bahas ini dulu." Tegurnya dengan halus, ya itu adalah sebuah teguran.
"Kenapa? Zizi ini sakit apa sih Bang? Zizi hampir setengah mati ngerasain pusing kayak gini, terus Abang gak ngasih tau penyakit Zizi, membuat Zizi ini makin pusing tau gak?!" Bentak ku sedikit berlebihan.
Abang menarik nafasnya perlahan dan menatapku dengan lekat.
"Kamu gak sakit Zi!" Sanggah nya masih dengan nada lembut.
"Gak sakit? Terus aku pusing gini, itu namanya gak sakit?!" Tepis ku.
Abang menggeleng pelan dengan kepala yang menunduk.
"Bagus! Gak ada yang kasih tau Zizi sakit apa, terus tiba-tiba Zizi mati siang ini, bahkan buat arwah Zizi penasaran dan-"
"Cukup Zi!" Bentar Abang, dan berhasil membuat ku terhentak dan menunduk.
"Kamu gak sakit Zi!" Teriaknya lagi.
Lagi, lagi dan lagi Abang tak mau memberi tahu tentang penyakitku.
assalamualaikum readers
author kembali lagi...
jangan lupa vote dan koreksi atuuuu
sedii tau ga ada yang vote🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
First Brother
Genç KurguFOLLOW, VOTE, DAN KOMEN DARI KALIAN YANG AUTHOR HARAPKAN ; ) Selamat membaca (◕ᴗ◕✿) Dekat dan akrab sekali bersama abangnya dari dulu/kecil, membuat Azizah As-Sayyidah menjadi lebih bahagia. Namun cepat atau lambat pasti abangnya itu akan menik...