Kawasan itu terlihat sepi, karena hari sudah malam. Namun, kesepian itu berubah menjadi cukup ramai ketika salah satu mobil van sampai di depan sebuah rumah yang terlihat cukup besar. "Apa benar disini alamatnya?" terdengar sayup-sayup suara lelaki yang terdengar hingga keluar dari mobil. "Ya." sahut seorang temannya yang menyetir, ia memarkir mobilnya di garasi yang tersedia.
Mereka semua keluar dari van lalu mengambil barang-barang mereka.
"Kata PD-nim, rumah ini sudah dilengkapi studio rekaman dan studio tari sendiri. Jadinya kita latihan dan membuat lagu tidak perlu jauh-jauh ke gedung."
Salah seorang dari mereka yang menggunakan jaket lantas melepas jaketnya. "Woah, aku heran kenapa PD-nim membeli rumah ini dengan harga murah. Apalagi rumah ini sudah berisikan studio." katanya. "Entahlah..." kata seseorang di sebelahnya.
"Ekhm, permisi."
Sesosok orang muncul di hadapan mereka, dan ia cukup mengagetkan 7 orang itu. "Oh, maafkan aku telah mengagetkan kalian. Aku adalah Hoder Woo, penjaga rumah sekaligus perawat kebun di sini. Mari, saya antarkan kalian masuk." kata Hoder sambil membantu mereka mengangkat bawaan. Mereka semua memasuki rumah itu.
"Besar sekali..." gumam mereka. "Memang besar, dan rumah ini adalah rumah yang dibangun tahun 1935." kata Hoder. "Wah.... jauh sebelum kemerdekaan." gumam salah satu dari mereka. "Benar sekali. Nah, disini terdapat 8 kamar tidur." kata Hoder sambil mengantar mereka menuju tangga melingkar.
"Wah, 1 kamar untuk tamu." kata mereka. "Tidak ada tamu, karena satu kamar tidak boleh dibuka." kata Hoder. "Apa katamu barusan?" tanya salah satu dari mereka yang sedari tadi hanya diam.
"Ada satu kamar yang tidak boleh dibuka. Yaitu kamar ke-8."
Semuanya menatap satu sama lain.
"B-baiklahㅡkami tidak akan membuka kamar ke-8."
"Nama kalian siapa?" tanya Hoder. "Oh, kami lupa menyebut nama. Namaku Kim Namjoon, ini Kim Seokjin, Park Jimin, Min Yoongi, Jeon Jungkook, dan Kim Taehyung. Kami adalah Bangtan Boys." kata Namjoon. Mereka semua membungkuk 90 derajat ke arah Hoder. Hoder hanya mengangguk lalu tersenyum ke arah mereka. "Kalian boleh beristirahat, kalian pasti lelah karena perjalanan jauh dari Seoul menuju Busan." kata Hoder. Semuanya mengangguk. "Benar sekali, kami lelah." kata Seokjin. "Baik, sini kubantu mengangkat barang-barangnya." kata Hoder. Semuanya menaiki tangga sambil membawa barang-barang mereka dan akhirnya mereka sampai ke lantai 2.
"Aku ingatkan kepada kalian sekali lagi, jangan sekali-sekali membuka kamar ke-8."
***
Tok tok tok
Sebuah ketukan terdengar di kamar Yoongi. "Masuklah."
Terlihat Jimin membawa sebuah guling. "Kau tidak bisa tidur?" Jimin mengangguk. Yoongi bergeser lalu menepuk tempat tidurnya. "Sini." katanya. Jimin merebahkan dirinya di atas ranjang. "Memangnya kenapa kau tak bisa tidur?" tanya Yoongi.
"Entahlah, pintu kamar ke-8 seolah-olah menggangguku." kata Jimin. "Maksudmu apa?" tanya Yoongi. "Hyung, kau tahu tidak? Aku mendengar suara pintu dibuka dan ditutup lagi. Awalnya aku kira Jungkook, tapi saat aku membuka pintu, pintu kamar ke-8 terbuka." kata Jimin. "Mungkin itu Hoder. Berpikirlah positif." kata Yoongi. Jimin mengangguk lalu memejamkan matanya di sebelah Yoongi.
"Hyung, aku tidak bisa tidur." Jimin membangunkan Yoongi. "Aish, sekarang maumu apa?" tanya Yoongi. "Temani aku untuk mengobrol." kata Jimin. Yoongi duduk di tempat tidurnya, lalu menatap Jimin. "Kau mau berbicara apa memangnya?" tanya Yoongi. "Aku khawatir dengan rumah ini.." Jimin mengucapkannya dengan nada sedih. "Khawatir bagaimana?" tanya Yoongi. "Kamar ke-8 itu, membuatku sungguh penasaran." kata Jimin. "Kau gila? Kan sudah dibilang. Kamar ke-8 itu tidak boleh ada yang membukanya." kata Yoongi.
Jimin menghela nafas. "Semoga tidak ada terjadi apa-apa di antara kita semua." katanya. Ia terdiam. "Rumah ini memberikan kita teka-teki." kata Yoongi. "Benar sekali, aku tidak mengerti kenapa Bang PD-nim menempatkan kita semua di sini." kata Jimin. "Kan aku sudah bilang, berpikirlah positif." kata Yoongi santai.
"Baiklah, selamat tidur, hyung. Aku tiba-tiba mengantuk." kata Jimin sambil meringkuk di dalam selimut. "Selamat tidur juga, Jimin." Yoongi memejamkan matanya.
Namun, sebelum ia benar-benar memejamkan matanya.
"Astaga!"
"Kenapa, hyung? Kau mengagetkanku."
"Kau tidak melihat sesuatu?" tanya Yoongi. Jimin menggeleng. "Mungkin itu bayangan Hoder, hyung. Berpikirlah positif." kata Jimin, yang mengulang kata-kata Yoongi yang barusan didengarnya.
"Baiklah, aku akan tidur." kata Yoongi.
***
"Bagaimana hari pertama kalian tidur di sini?" tanya Hoder sambil menyajikan makanan yang dimasak oleh dirinya dan Seokjin. "Aku tertidur begitu saja ketika melihat kamarku, nyaman." kata Jungkook. "Akupun juga begitu, tapi makhluk bernama Park Jimin ini menggangguku semalam." kata Yoongi, disusul oleh cengiran khas Jimin. "Kami semua bisa tidur dengan lelap tanpa halangan." kata Taehyung. "Baguslah kalau begitu, semoga rumah ini dapat memberikan kenyamanan untuk kalian." kata Hoder sambil tersenyum ramah pada mereka.
"Terima kasih, Hoder. Kau banyak berjasa untuk kami." kata Namjoon. Hoder mengangguk lalu mengucapkan sesuatu.
"Sama-sama."
ㅡtbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Room No. 8
FanfictionBoy-group ini baru saja menuai kesuksesan mereka, dan mereka berpindah ke sebuah rumah yang dibelikan oleh pihak manajemen mereka. Rumah itu besar, megah, dan mewah sekali. Rasanya tidak bisa dipercaya kalau rumah itu bisa dibeli dengan harga yang s...