"Apa benar ini peta menuju Majestika?" tanya Hoseok setelah melihat Jimin yang membaca petanya. Jimin mengangguk antusias.
"Sepertinya Majestika tempat yang bagus. Setidaknya tidak ada monster seperti tadi yang dikatakan Hoder." kata Jimin sembari mengusap peluhnya yang sudah membanjir.
"Ah, tapi siapa yang harus kita selamatkan?" tanya Hoseok. Hoder yang masih berpikir keras langsung mengambil kertas sandi yang sedari tadi dibawa oleh Jimin.
Asing
Hoder berpikir sejenak. "Asing? Kalian punya member yang berasal dari luar? Atau kalian ada yang pernah ke luar negeri sebelumnya?" tanya Hoder. Jimin dan Hoseok lalu menerawang.
"Jungkook, dia dulunya sempat dilatih di Los Angeles, karena dance-nya sama sekali tidak ekspresif." kata Jimin, tapi ia ragu tebakannya benar.
Hoseok langsung berhenti sejenak.
"Duduk yuk, nggak capek jalan?" tanya Hoseok. Jimin mengikuti sarannya. "Ayo duduk, kita berpikir lagi. Kita harus istirahat." kata Hoseok sambil mengambil beberapa kantong makanan yang (ternyata) ada di ransel milik Jimin, lalu ia membagikannya ke arah Jimin dan Hoder.
"Lalu, apa ada kendaraan?" tanya Hoseok. "Hyung, plis deh. Kami ini udah jalan kaki mendaki gunung lewati lembah. Demi dirimu loh, ya." cerocos Jimin sambil mengunyah Turkish Delight-nya.
"Ya aku kira ada, siapa tahu..." kata Hoseok sambil mengunyah roti Prancis yang ia sedari tadi pandangi.
"Jadi, kita harus melewati jembatan besi yang di ujung sana. Jembatan itu, rapuh." kata Hoder sambil menunjuk jembatan besi yang sudah berkarat dan lapuk dimakan usia, kalau saja ada mobil atau kendaraan yang melintas, tentu saja jembatan itu sudah jatuh. Jimin dan Hoseok menatap Hoder penuh tanya.
"Kau yakin? Kau tidak salah lihat? Aku yakin pasti ada jalan lain."
Hoder menggeleng. "Tidak, hanya ini saja. Aku sudah pernah ke Majestika." kata Hoder. Jimin menghela nafasnya berat. Kapan semua ini akan berakhir?
"Sudahlah, ayo jalan lagi." kata Hoder sambil mengulurkan kedua tangannya untuk membantu Jimin dan Hoseok bangkit berdiri.
"Ha, lebih cepat lebih baik." kata Hoseok sambil menepuk pundak Jimin, membuat batin lelaki itu sedikit lega.
"Ayo jalan, demi Bangtan!" kata Hoseok penuh semangat.
***
"Aku ngantuk..."
"Aku juga..."
"Hoder, apa kau tidak mengantuk?"
Hoder menoleh ke arah mereka. Ia mendadak teringat sesuatu.
"KALIAN.... Aish!" Hoder menghela nafas berat. Oh Tuhan, udara di sini sangatlah tidak sehat!
"Ya ampun! Kau kenapa tidak mengatakan apapun?!" tanya Hoder sambil bergegas ke arah Jimin dan Hoseok yang sedikit lagi sudah pasti akan tertidur pulas.
"Kami ngantuk..."
Hoder menepuk kepalanya. "Udara yang kalian hirup disini, mengandung penambah rasa kantuk!" kata Hoder sambil menarik pergelangan tangan mereka berdua lalu berjalan secepat mungkin menjauhi kabut itu.
"Itu apaan sih?" tanya Jimin. "Itu udara penambah rasa kantuk. Asal kalian tahu aja." kata Hoder. "Wahem....." Hoseok mulai oleng.
"Aih, tahan nafas kalian! Sebentar lagi kita sampai!"
Jimin meringis sembari berjalan tertatih-tatih. "Ya Tuhan....." gumamnya. Mereka langsung berlari menerobos kabut itu, dan akhirnya mereka bebas.
Hoseok yang sedari tadi menutup matanya akhirnya membuka matanya.
"Hoder, kita dimana?"
Hoder berpikir sejenak. "Ah, kita sudah sampai."
***
Mereka berjalan melintasi hutan yang menjadi pagar ayu di Majestika.
"Jungkoooook!"
Jimin dan Hoseok memanggil-manggil Jungkook sepanjang hutan. "Eh, lihat! Ada rumah!"
Jimin dan Hoseok mengikuti arah pandangan Hoder. ".......... itu rumah siapa?" tanya Jimin. "Entahlah.." gumam Hoseok. "Sepertinya yang punya rumah ini baik hati." kata Jimin. "Aku nggak yakin sama ucapanmu." ujar Hoseok. "Sudahlah, kalau kalian berdebat terus kita nggak akan tau kalau rumah itu punya siapa."
Jimin dan Hoseok akhirnya bungkam lalu memasuki areal halaman rumah itu dalam diam. "Bersih amat...." gumam Hoseok.
Jimin yang penasaran langsung mengetuk pintu. Dan terdengar suara nenek-nenek dari dalam.
"Sebentar ya~~~"
Pintu dibuka, dan terlihat seorang wanita paruh baya yang muncul di hadapan mereka.
"Maaf kami mengganggu, tapi.... kami butuh tempat untuk berlindung."
Hoder mewakili ucapan mereka.
"Ah, kalian pasti lapar. Masuk ya.."
Wanita itu memasuki rumah tersebut lalu ia menghidangkan berbagai jenis olahan daging sapi yang sangat enak.
"Terima kasih, ajumma." kata Jimin. "Ah, tidak masalah. Kalian pasti kelaparan." kata wanita itu.
Wanita itu langsung pergi ke belakang dan terdengar suara rintihan seseorang yang diiringi oleh teriakan dari wanita itu. Jimin langsung membelalakkan matanya.
"Taehyung!!!!!"
-tbc.
Boom! Sorry banget saya baru muncul di kehidupan FF ini dikarenakan kehidupan kuliah yang sangat menyibukkan jiwa.
Anyway, selamat Natal bagi teman-teman readers yang merayakan🎄🎅🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Room No. 8
FanfictionBoy-group ini baru saja menuai kesuksesan mereka, dan mereka berpindah ke sebuah rumah yang dibelikan oleh pihak manajemen mereka. Rumah itu besar, megah, dan mewah sekali. Rasanya tidak bisa dipercaya kalau rumah itu bisa dibeli dengan harga yang s...