"Hyung.."
Hoseok mengganggu Seokjin yang sedang menelepon seseorang. "Hyung...."
Seokjin masih menelepon. "Apaan sih?" tanyanya sambil menutup telepon. "Nelpon siapa sih?" tanya Hoseok. "Dosen. Kenapa emangnya?" kata Seokjin. "Nggak. Mau nanya dong..." kata Hoseok. "Apaan?" tanya Seokjin. "Boleh nggak aku tidur di sini?" tanya Hoseok. "Eh? Kau kan sudah punya kamar." kata Seokjin. Hoseok merebahkan dirinya di kasur Seokjin.
"Aku melihat bayangan wanita, hyung."
"Bagus dong lihat cewek. Apalagi kalo cewek itu lagi mandi. Kan seger."
"IH HYUNG NIH PERVERT SEKALI. AKU KAN LAGI SERIUS."
"Kayak kamu gak pervert aja. Ya sudah, bayangannya itu bagaimana?"
"Aku tidak melihatnya, tapi yang aku lihat selain bayangan itu adalah banyak sekali cairan hitam berceceran di kamarku. Aku jadi takut."
Seokjin menghela nafasnya. "Kau mau kita tukeran kamar?" tanya Seokjin. "Tidak! Jangan! B-bahaya!" kata Hoseok. "Apaan sih, bahaya gimana." kata Seokjin. "P-pokoknya bahaya!" kata Hoseok. "Ya sudah, kita berbagi kamar saja."
Hoseok bernafas lega. "Hyung.." katanya sambil menghadap ke arah di mana Seokjin berdiri. Namun Seokjin sudah menghilang. "Hyung?" Hoseok mencari Seokjin. "Apaan? Aku lagi di luar nih." katanya. "Ngapain?" tanya Hoseok mencari Seokjin yang sedang berada di depan pintu kamarnya. "Meneliti kamarmu lah." katanya. "Apa yang harus diteliti?" tanya Hoseok, ia keluar kamar lalu melihat Seokjin.
"Ada apa sih, Hyung?"
"Kau mainan tinta ya semalam?"
Hoseok melihat cairan hitam yang berceceran di pintu kamarnya. "Bukan aku! Aku kan tidak pernah menulis." kata Hoseok. "Lantas ini apa?" tanya Seokjin. "Sepertinya bukan tinta." gumam Hoseok. Seokjin langsung mencium bau aneh.
"Hoseok, sepertinya kita harus pergi dari sini."
Dan pintu kamar ke-8 langsung terbuka dengan sendirinya.
Tanpa memerhatikan sekitarnya, mereka langsung pergi menuju dapur dan menemukan Jimin yang sedang memasak telor di dapur. "Jimin!" Seokjin memanggil Jimin. Namun Jimin tidak menyaut.
"Jimin!" Hoseok memanggilnya dengan keras.
"Apaan?" Jimin muncul dari toilet dekat dapur, lalu mendatangi 2 hyung-nya.
"J-Jimin?" Seokjin menatap ke arah kompor. Tidak ada siapapun, tidak ada Jimin. "Kenapa? Aku kan sedari tadi di toilet." kata Jimin. "Siapa yang memasak telor tadi? Bukan kamu?" tanya Hoseok. "Telor? Kau kan tahu aku alergi pada telor." kata Jimin menyanggah pernyataan Hoseok.
Mereka semua bertatapan, lalu berusaha untuk tidak memikirkan kejadian tadi.
***
"Jungkook-ie." Seokjin, Hoseok, dan Jimin menggedor kamar Jungkook. Jungkook membuka pintu kamarnya. "Ada apaan sih?" tanyanya. "Kami boleh tidur di kamarmu tidak?" tanya mereka. "Oke. Masuklah. Aku ada beberapa bantal." kata Jungkook.
Mereka memasuki kamar Jungkook dan duduk melingkar. "Banyak sekali kejadian aneh di sini." kata Hoseok. "Kemarin Taehyung-hyung juga mengeluhkan hal yang sama. Apa yang terjadi?" tanya Jungkook. "Entahlah, kami tidak ingin mengingatnya lagi!" kata Seokjin.
BRUK!!
Suara pintu didobrak terdengar dari kamar ke-8. Semuanya menjauh dari tempat mereka berdiri lalu merebahkan diri di tempat tidur. "PD-nim kenapa memberikan kita tempat seperti ini...."
"Kau jangan menakutiku dong!" kata Jungkook. "Kamar ini nakutin tau!" kata Jimin. "Udahlah, kita pindah kamar ke kamarku saja, sepertinya lebih aman." kata Seokjin.
Mereka berjalan keluar pintu, namun nihil.
Mereka terkunci dari luar.
ㅡtbcㅡ
![](https://img.wattpad.com/cover/44598321-288-k771916.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Room No. 8
FanfictionBoy-group ini baru saja menuai kesuksesan mereka, dan mereka berpindah ke sebuah rumah yang dibelikan oleh pihak manajemen mereka. Rumah itu besar, megah, dan mewah sekali. Rasanya tidak bisa dipercaya kalau rumah itu bisa dibeli dengan harga yang s...