"HODER!!!!"
"Jimin..." Hoder membantu Jimin bangun dari posisinya. "Ini di mana...?" tanya Jimin. "Kau sampai di rumahku, Jimin." kata Hoder. "R-rumah?" tanya Jimin. Hoder mengangguk.
"Aku menggendongmu yang tak sadarkan diri tadi. Sakit sekali punggungku."
"Teman-temanku dimana?" tanya Jimin. "Aku rasa mereka tersesat." gumam Hoder. "Aih, Hoder... Bagaimana caranya?" tanya Jimin. "Cara untuk apa?" tanya Hoder balik. "Aku ingin teman-temanku kembali..." kata Jimin. Hoder menghela nafas.
"Yang kamu temui tadi.... itu adalah The Queen." kata Hoder. "Queen? Ratu?" tanya Jimin. "Ya, Ratu." kata Hoder. Mereka berjalan menyusuri hutan.
"Ratu macam apaan? Malah kayak nenek sihir." ujar Jimin. "Dia iblis, ratu kami yang sebenarnya dipenjara. Ular yang tadi kau lihat di kamar rahasia, itu adalah peliharaan The Queen." kata Hoder. "Yang tadi itu kamar rahasia?" tanya Jimin lagi. Hoder mengangguk.
"Lantas... teman-temanku...."
"Seokjin dikurung bersama Ratu yang sebenarnya."
Jimin membatin.
Ratunya cantik nggak ya....?
Mayan tuh kalo cantik....
Sesegera mungkin, ia membuyarkan pikirannya.
"Teman-temanku bagaimana...?" tanya Jimin. Hoder mengedikkan bahunya.
"Entahlah." gumamnya.
"Oh Tuhan.." Jimin merogoh kantongnya dan membuka HP-nya. Percuma, tidak ada sinyal.
Tak lama kemudian...
BRUG!!!!
Sebuah peti jatuh di hadapan mereka berdua. Jimin dan Hoder langsung tiarap.
"Apaan nih?" tanya Jimin. "Buka aja. Aku tidak tahu itu apa." kata Hoder.
Jimin membuka petinya, terlihat sebuah ransel dan beberapa kantong. Hoder membuka ransel itu.
"Isinya beberapa baju, makanan, dan..."
Hoder merogoh ransel itu dalam... dalam sekali...
"Kenapa lenganmu bisa masuk ke ranselnya..." Jimin menatap Hoder dengan takut. "Dalam sekali, Jimin. Seluruh badanku rasanya bisa masuk ke sini." kata Hoder. Jimin mencoba merogoh ranselnya. Memang benar, dalam sekali ransel itu.
"Ini sih bisa dijadiin bekal hidup sampai akhir hayat." kata Jimin. Hoder membuka kantong pertama.
"Jarum....?"
Jimin melirik Hoder, Hoder melirik Jimin juga, mereka lirik-lirikan.
"Jarum apaan nih...." tanya Jimin. Hoder membuka kantong kedua.
"Batu......?"
Jimin memegang batu itu lagi. "Nggak ada istimewanya nih..." gumam Jimin. Hoder menggelengkan kepalanya.
"Siapa tau ada pesan tersembunyi dari semua ini."
Mereka memutuskan untuk tidak membuka kantong selanjutnya. Jimin langsung membuka secarik kertas berisikan beberapa tulisan yang aneh. Jimin tidak bisa membacanya, dan Hoder menerjemahkan untuknya.
1. Lembut
2. Asing
3. Bersinar
4. Manis
5. Menakutkan
6. Menakjubkan
"Apa arti dari semua ini?" gumam Jimin. Hoder menggelengkan kepalanya. "Aduh.... IQku jongkok banget nih, mana tau beginian..." gumamnya. Hoder terkekeh.
"Kalau kamu ada kemauan, pasti ada jalan. Walaupun secarik kertas ini tidak menjelaskan apapun kepadamu." kata Hoder. "Tapi, kalau untuk ke Istana, biasanya kita harus ngapain?" tanya Jimin. Hoder berusaha mengingat-ingat semuanya.
"Pertama, kita harus ke Gua Barhen." kata Hoder. Jimin berpikir sejenak.
"Kita harus ke Gua Barhen." kata Jimin. Hoder membelalakkan matanya. "Jangan!" katanya.
"Kenapa?" tanya Jimin.
"Gua itu berbahaya..."
"I will risk my life for my friends." kata Jimin dengan yakin.
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Room No. 8
FanfictionBoy-group ini baru saja menuai kesuksesan mereka, dan mereka berpindah ke sebuah rumah yang dibelikan oleh pihak manajemen mereka. Rumah itu besar, megah, dan mewah sekali. Rasanya tidak bisa dipercaya kalau rumah itu bisa dibeli dengan harga yang s...