Pagi itu, Jimin terbangun dengan gelisah. Di dalam hatinya, ia hanya memikirkan member lainnya.
"Jimin.."
Hoder membawakan semangkuk bubur ke arahnya. Laki-laki itu melihat paruh muka Jimin.
"Aku tahu, kau pasti kelelahan." kata Hoder. Jimin mengangguk. Matanya sembab dan bengkak. Semalam ia tak bisa tidur karena ia tidak biasa tidur sendirian.
"Terima kasih, Hoder." Jimin memakan bubur itu dengan lahap. "Setelah makan, kita harus ke gua." kata Hoder. "Gua apa sih namanya aku lupa...." kata Jimin. Ia melirik kertas yang berisi tulisan-tulisan yang sudah diterjemahkan.
"Kita ke Gua Barhen." kata Hoder.
***
"Apa Gua itu jauh dari sini?" tanya Jimin sambil berjalan mengikuti Hoder. Mereka melintasi hutan belantara yang sangat panjang.
"Tentu saja." kata Hoder. Mereka berjalan terus. "Jimin, jangan melirik ke arah samping." kata Hoder.
"Kenapa?" tanya Jimin.
"Gak usah lirik-lirik." kata Hoder.
"Memangnya kenapa?" Jimin menghadap ke arah samping dan tak lama kemudian ada seekor beruang menyergapnya.
"HODEEEEEERRRRRR!!!!!"
Hoder menyergap Jimin dari samping. Apa pria ini memiliki jurus seribu bayangan? Entahlah.
"Apa itu....." Jimin memegangi dadanya yang deg-degan. Hoder melirik ke arah beruang yang sudah menjauh dari mereka.
"Itu adalah beruang raksasa. Dia bisa memakanmu sekali kunyahan saja." kata Hoder. Jimin bergidik ngeri. "Aku sudah bilang apa, jangan lirik-lirik. Aku tebak kau ini mata keranjang ya?" tanya Hoder. Jimin terkekeh.
"Nggak juga.... Ayo.... Lanjut lagi....." kata Jimin sembari mengumpulkan nyawanya yang berceceran akibat serangan beruang ini.
Mereka terus berjalan lurus. Jauh, jauh sekali....
"Kau lelah?" tanya Hoder. Jimin menggeleng. "Tidak, memangnya kenapa?" tanya Jimin. "Aku kira kau kelelahan. Maunya kuajak minum kopi." kata Hoder. "Tapi, aku mau menyelamatkan yang lain dulu. Aku tidak mengerti isi kertas ini." kata Jimin sambil meneliti kertas tersebut.
"Ya sudah, ayo lanjutkan jalannya." kata Hoder sambil melemaskan otot-ototnya. Mereka kembali berjalan melewati bukit yang berkabut.
Tak lama kemudian, Jimin merasa Hoder tak ada lagi di sampingnya. Ia tak melihat siapapun di bukit selain dia sendiri.
"H-Hoder? Kamu dimana?" tanya Jimin. "H.... Hoder....?"
Ia melihat sekumpulan binatang yang terlihat tak lazim di matanya.
"Oh Tuhan...." gumam Jimin. Ia merogoh ranselnya, lalu mengeluarkan kantung pertama.
Kelereng.
"Gunanya apaan ya....?" gumam Jimin. Ia berjalan terus dan tak menyadari ada sesuatu yang mengikutinya.
Barulah ia menghadap ke belakang, dan ia menemukan landak berbentuk gigantic alias super besar.
"HUAAAAA!!!! HODERRRRRRR!!!!"
Jimin melemparkan kelereng itu dan alhasil landak tersebut beku seketika.
"Hah? Kelereng apa ini....."
Dan keluarlah 6 landak raksasa yang siap menyergapnya. Jimin berlari kencang sembari melempar beberapa kelereng ke arah belakang, entah beku atau tidak landaknya, masa bodoh!
"HODERRRRR!!!! TOLONG AKUUUUU!!!!!!"
Hoder yang berada tak jauh dari sana, lalu mencari Jimin dengan modal insting yang ia miliki.
"Landak raksasa......"
Ia langsung berlari ke arah suara Jimin. Dan ia berhasil menemukan Jimin, dengan keadaan terkapar. Untungnya, ransel milik Jimin tidak hilang.
"Jimin! Kamu kemana saja!"
"Aku... Aku...."
"Aku sudah melihatnya." kata Hoder. "Landak itu menyeramkan, Hoder... Aku tidak berani...." kata Jimin.
Hoder tersenyum ke arahnya, bermaksud menenangkan.
"Gua Barhen sudah dekat." kata Hoder. Jimin terdiam. "B-benarkah?" tanya Jimin. "Benar." kata Hoder.
"Baiklah, ayo jalan." kata Jimin, semangatnya kembali lagi.
"Jimin, aku rasa.... aku tahu sandi-sandi itu." kata Hoder.
"Sandi? Sandi apa?" tanya Jimin.
"Sandi itu...... Sandi yang ada di kertas itu. Ngerti nggak? Yang lembut, asing..."
"Rasanya, aku mengerti."
- to be continued -
Pertama, maaf banget saya jarang ngelanjutin cerita ini. Karena kesibukan berujung lupa plot twist, sering banget gini. Sekalinya lanjutin juga pendek banget. Saya kalo jadi kalian juga udah geregetan sebenernya. Tapi, makasih banget buat kalian yang udah baca + ngikutin cerita ini. Sampe 1k votes, aku nggak nyangka loh. Hehehe.. Makasih banyak yah~ tunggu lanjutannya terus buat Room No. 8 ya.
Tolong juga di-comment di sini ya, menurut kalian cerita ini kayak gimana sih? Biar saya juga bisa lebih baik untuk ngelanjutin part kedepannya.
Makasih banyak yah, keep vote + comment terus ya, ARMYs. Jangan lupa support Bangtan tersayang ya❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Room No. 8
FanfictionBoy-group ini baru saja menuai kesuksesan mereka, dan mereka berpindah ke sebuah rumah yang dibelikan oleh pihak manajemen mereka. Rumah itu besar, megah, dan mewah sekali. Rasanya tidak bisa dipercaya kalau rumah itu bisa dibeli dengan harga yang s...