6. Ayah jahat?

468 90 18
                                    

Seokjin menghela nafas panjang dan dalam sambil mengamati bentuk rambut Jungkook yang jadi bulat sempurna seperti mangkok itu.

Pekerjaannya malam itu saja belum selesai, sekarang ia masih harus mengurusi putra semata wayangnya.

"Kamu tuh kenapa ada-ada aja sih, dek?" Tanya Seokjin sambil memilah-milah poni Jungkook yang tampak cukup pendek itu.

"Tadi gatel banget poninya kena mataa"

"Ya tapi kenapa harus dipotong sendiri? kan bisa bilang ke Ayah. Lagian kamu ambil gunting dari mana? Ayah gak pernah kan ngebolehin dedek pake benda tajam tanpa pengawasan?" Ujar Seokjin yang terlihat berusaha tetap sabar meski sangat terkejut.

Bagaimana tidak terkejut. Selama trauma Jungkook belum pulih, Seokjin tidak pernah mengijinkan Jungkook menggunakan benda tajam tanpa pengawasan sesuai saran dokter namun malam ini anak itu justru nekat memotong poninya sendiri.

"Tadi aku nemu gunting di ruang televisi.."

"Di ruang televisi?" Selidik Seokjin.

Jungkook mengangguk. " Tadi Kak Tae pas istirahat makan malam dia ada bungkusin kado gitu disana tapi kayaknya lupa beresin gunting setelahnya" jawab Jungkook lirih sambil menunduk dan memainkan kerah kemeja yang dikenakan Seokjin.

"Astaga..." ini bukan Seokjin yang berucap tapi Namjoon karena terkejut dengan kecerobohan Taehyung.

Laki-laki berlesung pipi itu lalu bergegas keluar ruangan dan memanggil-manggil nama Taehyung. Namjoon berpikir dia harus segera menegur adiknya itu.

Yoongi yang masih ada disana hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela nafas panjang. "Adaa aja kejadian nih. Dede juga kenapa sih nekat pake gunting tanpa diawasin? Nanti kalo kamu kenapa-napa yang susah juga Ayah kamu kan?" Ujar si kulit pucat itu.

Mendengar hal itu wajah Jungkook jadi semakin muram karena merasa semakin diingatkan jika ia telah melanggar aturan karena menggunakan benda tajam tanpa pengawasan.

Dengan perasaan takut, Jungkook lalu menatap wajah Seokjin. Ia tahu, pasti ayahnya sekarang sedang marah terhadapnya namun satu bias emosipun sama sekali tak terlihat dari wajah pria itu.

"Yaudah sana tidur.besok Ayah anter dedek ke salon buat betulin rambutnya. Ayah mau lanjut hitung omset dulu" ujar Seokjin dengan nada yang lembut dan tenang.

Melihat hal itu Jungkook jadi semakin sedih. Ia tahu ia sudah mengecewakan Ayahnya tapi Ayahnya itu selalu bisa sangat bersabar. Jungkook jadi kecewa dengan dirinya sendiri. Alisnya mulai menukik tajam sementara bibirnya tampak maju beberapa senti.

Puk!

Jungkook menepuk dada Seokjin membuat Ayahnya itu terkejut seketika.

"Ayah jahat! Kalo Ayah mau marahin dedek juga ga apa-apa, marahin aja! Kenapa harus dipendem? Ayah kecewa kan sama dedek? Ayah marah kan? Iya kan?? Tapi kenapa Ayah diem aja? Kenapaa? Hiks!"

Dan pecahlah tangis Jungkook sebelum anak itu bangkit dari pangkuan Seokjin lalu berlari keluar ruangan menuju kamarnya.

"Yaampun. Kok jadi makin ruwet masalahnya" ujar Yoongi yang juga terkejut melihat Jungkook berlari keluar sambil menangis.

"Yoon, tolong minta Namjoon buat beresin laporan keuangannya ya? minta dia tanda tanganin sekalian yang buat setor ke bank besok pagi. Gue urus dedek dulu" ujar Seokjin seraya bangkit dari kursinya.

"Kalo lo butuh bantuan buat nenangin Jungkook , sini gue bantu"

"Ngga, Ga apa-apa ko. Lo pulang aja, besok pagi lo ada jadwal ketemu suplier kan? gue keatas dulu ya?" Tanpa menunggu jawaban Yoongi, Seokjin sudah melangkah cepat meninggalkan laki-laki itu sendiri diruangan itu.

Tuna KimbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang