3. Bitter Memories

447 79 13
                                    

Jungkook terheran kenapa dirinya ada di tempat ini lagi.

Dari pandangannya sekarang adalah dia mendapati dirinya berdiri disebuah jalan sempit, becek dan minim penerangan.

Satu tempat yang selalu membuatnya merinding dan takut.

Pemandangan itu lagi!

Matanya kembali terbelalak dengan pemandangan yang sama!

Seorang pria tergeletak di jalan becek itu dalam keadaan tak sadarkan diri dengan tubuh bersimbah darah.

"Ayaah!!" Jungkook menjerit sekuat tenaga dan tangisnya pun pecah.

Meski ia tak bisa melihat dengan jelas wajah sang Ayah karena luka lebam yang cukup parah dan penuh darah, tapi Jungkook tahu itu adalah Ayahnya.

Dia mengguncang keras tubuh pria itu namun tak membuahkan hasil. Pria itu sama sekali tak bergeming.

"TOLOOONG! TOLOOONG!!" Jungkook merasa ia sudah mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengeluarkan teriakan kencang namun nyatanya tak ada satupun manusia yang datang.

"Ayaaahh!! Bangun Ayah!!!" Jungkook meraung-raung dalam tangisannya seraya kembali mengguncang tubuh sang Ayah.

"Toloooong! Tolooong...."  Jungkook mencoba untuk kembali berteriak namun tetap saja tak satupun yang datang.

Jungkook pun menyerah.

Dalam isakan tangis yang semakin dalam, Jungkook memeluk erat tubuh sang Ayah. Dia bahkan tak peduli jika wajah dan pakaiannya kini dipenuhi noda darah. Airmata Jungkook terus mengalir membasahi dada Ayahnya yang terbalut sweater rajut yang terkoyak disana-sini.

Entah berapa lama Jungkook berada dalam keadaan seperti itu hingga akhirnya, kedatangan beberapa orang membuat tubuh Jungkook yang juga mendingin itu terkesiap. Beberapa orang mencoba menolong Ayah Jungkook sementara seseorang yang lain menggendong tubuh kecil Jungkook dan membawanya menepi.

Dan di tepi jalan sempit itu Jungkook pun bergelung dengan nyaman dalam dekapan orang yang menolongnya.

Sungguh, kini tubuh Jungkook terasa lebih hangat dalam pelukan dengan kepala bersandar di dada lebar orang itu. Setidaknya, ia tak lagi merasa sendiri dan ketakutan.

Jungkook ingin berterimakasih. Hal itulah yang membuatnya mendongak, menatap wajah si penolong yang kini sedang tersenyum kearahnya. Wajah laki-laki itu begitu tampan dengan hidung mancung yang sempurna.

"Dedek sabar ya, kita tunggu ambulans datang" ucap laki-laki itu sambil mengusap lembut kepala jungkook.

"Ka-kak..." hanya sempat memanggil pemuda itu dengan sebutan Kakak tanpa sempat mengucapkan terimakasih tiba-tiba semuanya gelap dan Jungkook jatuh pingsan karena shock dan kelelahan.

....

"Dedek! Bangun nak.."

Mata Jungkook terbuka seketika. Mengalihkan pandangan kearah kiri ranjang dan mendapati Seokjin sedang menatapnya dengan raut khawatir.

"A-ayah?" Ucap Jungkook lirih. Nafasnya tampak memburu sementara keringat dingin membasahi keningnya.

"Mimpi itu lagi ya?" Tanya Seokjin.

Tanpa menjawab, Jungkook segera bangkit lalu memeluk Seokjin dengan erat. Meski lirih, isakan tangis Jungkook terdengar jelas oleh pendengaran sang Ayah.

"Udah, udah. It's okay. Itu cuma mimpi.." ujar Seokjin seraya mengusap lembut punggung Jungkook.

Jungkook masih terus terisak dalam dekapan Seokjin sementara pria itu terus memberikan kata-kata penenang.

Tuna KimbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang