7. Till we meet again

402 84 15
                                    

Suasana hati Jungkook benar-benar kacau sejak semalam. Wajah murungnya masih tampak begitu jelas pagi ini sesampainya ia di sekolah.

Sebenarnya pagi ini adalah jadwal Jungkook bertemu dengan dokter Yoona untuk cek up rutin tapi karena ada hal yang sangat penting sehubungan dengan Bambam, maka Jungkook memaksa Seokjin, Ayahnya, untuk mengganti jadwal cek up di lain hari.

Sayang sekali, dokter Yoona tidak bersedia mengganti jadwal cek up Jungkook di lain hari namun wanita itu bersedia mengganti jam berkunjung Jungkook yang semula pada pukul 9 pagi lalu diubah menjadi pukul 12 siang.

Terpaksa. Jungkook akan absen dari sekolah hari ini. Ia hanya datang untuk bertemu dengan Bambam lalu setelah itu menuju Rumah Sakit.

"Udah ga usah cemberut gitu mukanya. Gak ganteng nanti, mana rambutnya bulet kayak gini" ujar Seokjin. Tangan kanannya terulur untuk merapikan rambut baru bergaya mangkok milik putranya.

"Emang kenapa kalo rambut dedek bulet?"

"Nanti dikira ada anak TK lagi ngambek"

"Ayaah!!" Pekik Jungkook dengan wajah memerah. Sementara Seokjin berusaha sekuat tenaga menahan senyumnya.

"Heh, apasih teriak-teriak?"

"Ayah tuh kenapa sih hobi banget membully anak sendiri? Heran deh. Aku bukan anak TK. Aku tuh udah SMA ya"

"Iya, iya. Dede bukan anak TK tapi anak SMA. Udah sana masuk. farewell party nya selesai jam 10 kan?"

Jungkook mengangguk. "Nanti Ayah jemputnya jam 10 kan?"

"Ya iyalah Jungkook. Mau dijemput jam berapa emangnya? Jam 3 sore?"

Jungkook hanya berdecak kesal. Ayahnya memang sejahil itu terhadapnya. Sebenarnya, Jungkook sendiri juga sering bersikap jahil terhadap Ayahnya sampai-sampai tak jarang membuat mereka gelut karena persamaan sifat itu.

"Bye Ayah.." pamit Jungkook sambil keluar dari  dalam mobil.

"Bye Dedek. Hpnya  jangan dimatiin"

"Iyaa.."

. . . .

Benar. Hari ini adalah farewel party mendadak kelas 10-1 untuk melepas kepindahan Bambam yang akan kembali pulang ke kampung halamannya di Bangkok, Thailand. Berita mengejutkan yang membuat Jungkook sulit tidur semalaman.

Bagaimana Jungkook tidak terkejut. selama ini sahabatnya itu tak pernah menyinggung sedikitpun tentang rencana kepindahan namun tiba-tiba tadi malam, remaja berhidung mancung itu menulis pesan di grup chat 'Five Runners' bahwa karena terjadi sesuatu dengan bisnis keluarganya di Thailand, maka hari ini adalah hari terakhir Bambam datang ke sekolah untuk berpamitan karena tepat pukul 1 siang, dia dan keluarganya sudah harus terbang menuju Bamgkok, Thailand.

Dengan wajah yang tampak pucat dan lelah, Bambam berujar lirih dihadapan Jungkook, Eunwoo serta Yugyeom di taman belakang sekolah tempat mereka berlima biasa berkumpul.

"Sebenernya udah 3 hari ini gue berharap rencana kepindahan itu bisa dibatalin makanya gue ga kasih tahu kalian dulu tapi ternyata... Maaf kalo gue harus kasih tahu lewat chat semalem karena gue ga sanggup ngomong langsung ke kalian.  jujur gue ga bisa berpisah dari sahabat-sahabat terbaik gue disini..."

Eunwoo yang maju lebih dulu dan menepuk-nepuk bahu Bambam. "Bam, kita semua kaget banget denger kabar ini, kita masih ga percaya lo beneran berangkat siang ini ke Bangkok. Tapi kita juga ngerti kalo lo juga ada di posisi yang sulit. It's okay Bam, kita semua berharap masalah keluarga lo bisa terselesaikan"

"Iya Nunu bener, Bam. meskipun gue juga ga rela banget harus kehilangan satu dari sahabat terdekat gue, tapi ini semua demi keluarga lo. Kita semua pasti bakalan tetep support lo, Bam" ujar Yugyeom.

"Thanks Nu, Gyeom.." ucap Bambam.  Senyum pedih sekaligus lega terulas tipis karena melihat ketulusan teman-temannya.

"Tapi kita jadi gak bisa anterin lo ke airport, Bam" ucap Eunwoo.

"Ga apa-apa. Masih ada Mingyu kan yang mau nyamperin gue di Airport nanti"

"Mingyu jadi nyamperin lo nanti siang?" Tanya Yugyeom.

"Iya, Dia udah dapet ijin dari Klubnya. Tadi jam 8 udah berangkat dia dari Daegu" jawab Bambam sebelum kemudian tatapannya beralih kearah Jungkook yang sedari tadi masih diam.

"Lho itu kenapa rambut lo jadi bulet gitu, Kook?" Tanya Bambam yang baru menyadari gaya rambut baru Jungkook sementara Eunwoo dan Yugyeom tak bisa menahan kekehan mereka karena sudah tahu sejak awal tapi belum berani berkomentar.

"Gak usah sok ngelawak, gue lagi sedih"  ketus Jungkook dengan wajah galaknya yang membuat teman-temannya mendadak harus menahan senyum.

"Kan gue nanya, Kook" Jawab Bambam.

"Kalian tuh kenapa sih sama aja kek Ayah? Baru bahagia ya hidup kalian kalo udah ngebully temen sendiri?" Ujar Jungkook.

"Astaga. Siapa yang mau membully sih? Salah kita dimana sih Kook?" Tanya Yugyeom.

"Heh, Gue tuh salah potong rambut. Kalian mau ngetawain gue kan?"

"Lah, mana ada kita mau ketawa? Kan kita lagi sedih" elak Eunwoo.

"Emang gak boleh kita ketawa, Dek?" jawab Bambam.

"Heh, Gaada ya lo panggil gue Dedek!"

"Duh Kook, please. Ini hari terakhir gue ketemu lo disini. Terserah gue lah mau manggil apa. Oke? Dedek? Sayang? Kelinci berotot tapi tembem?"

Sementara Eunwoo dan Yugyeom kembali terkekeh, Jungkook justru hanya bisa menghela nafas panjang dan dalam seraya menggelengkan kepala. Berdebat juga percuma pikir Jungkook.

"Kook, gue mau ngomong serius nih. Dengerin dulu oke?" Pinta Bambam.

"Mau ngomong apa?"

"Jungkook, Gue mau lo inget satu hal ini. Di dunia ini, lo gak pernah sendiri. Banyak yang sayang sama lo. Lo punya keluarga dan sahabat yang selalu ada buat lo. Meskipun nanti gue tinggal jauh di Thailand, tapi lo bisa kontak gue kapanpun. Lo harus pulih dari trauma itu, Jungkook. Lo mau kan janji ke gue kalo lo bakalan pulih?"

Dengan mata berkaca-kaca, Jungkook mengangguk. Sungguh, hati Jungkook memang sehalus itu. Dia begitu tersentuh dengan kata-kata Bambam yang menguatkan.

"Iya, gue janji bakalan pulih dari trauma sialan ini. Gue juga capek kalo kayak gini terus" ucap Jungkook.

Bambam lalu mendekat dan memeluk Jungkook. "Yang kuat ya, Dedek. Lo pasti bisa!" Ucap Bambam.

"Thanks Bam. Lo juga baik-baik ya disana" ucap Jungkook yang sudah meneteskan airmatanya di bahu Bambam hingga membasahi sweater putih tulang yang dikenakan sahabatnya itu.

Tak lama kemudian, terdengarlah bunyi bel tanda para murid harus masuk ke kelas masing-masing.

"Woy! Bam!" Seru seseorang dari atas balkon taman. Itu Kim Chanwoo, ketua kelas 10-1.

"Apa?" Sahut Bambam.

"Lanjut farewell partynya di kelas! Udah bel tuh!!"

"Iya bentar. Ini juga baru mau naik!"

. . . .

Seokjin berjalan pelan sambil membawa karangan bunga yang didominasi bunga berwarna ungu dan biru, memasuki sebuah kawasan pemakaman yang terletak di daerah bukit Hanasan.

Langkah kakinya kemudian terhenti disebuah makam berhias batu nisan yang terbuat dari marmer yang mewah.

Seokjin menaruh karangan bunga diatas makam seraya tersenyum menatap foto sang almarhum yang terukir kokoh di batu nisan tersebut. Foto seorang laki-laki muda yang berwajah sama dengannya yang telah tiada 10 tahun yang lalu.

"Han, ini gue..." sapa Seokjin. tangan kanannya terulur untuk mengusap pelan debu yang melekat di batu Nisan itu.

Batu nisan yang bertuliskan nama Kim Seok Han.

Bersambung

Tuna KimbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang