Bunga Yang Mekar(0.2)

33 1 0
                                    


Selama pelajaran, Bastian mencuri-curi pandang ke arah Kiza yang sedang fokus melihat guru. Bastian seperti melihat bidadari jatuh dari surga. Tiba-tiba, pengumuman dari ibu guru mendatangkan ide buat Bastian untuk mendekati Kiza. Semoga usaha pendekatannya kali ini berhasil.

"Anak-anak, ibu mau kasih info sama kalian. Kita bakal ada study tour ke kebun teh di daerah Bogor. Nanti bakal ada surat izin yang harus ditandatangani oleh wali kalian. Kita bakal berangkat Senin depan, jadi suratnya dikumpulkan secepatnya." Setelah menjelaskan info tersebut, guru itu melanjutkan pelajarannya.

Waktu begitu cepat berlalu, bel istirahat pun sudah berbunyi. Sebelum teman-temannya keluar, ketua kelas membagikan surat izin untuk study tour. Setelah pembagian surat, anak-anak berlari ke kantin. Bastian melihat Kiza mengeluarkan bekal dan berniat mengajaknya makan di taman belakang.

"Kiza, gue Bastian, anak Tante Putri. Hmm, gue mau ajak lu makan di taman belakang. Gue nggak maksa, kalau lu nggak mau juga nggak apa-apa," ucap Bastian sedikit gugup. Di kehidupan dia sebagai Budi dulu, dia tidak pernah dekat dengan perempuan. Bastian yang asli pun sama.

"Boleh, kalau gitu. Tapi kamu nggak beli makan dulu? Masa kamu nggak makan?" Kiza bertanya dengan heran kenapa Bastian tidak makan.

"Gue lagi nggak mau makan, lagi nggak nafsu. Ayo kita ke taman belakang, keburu rame nanti," ucap Bastian sambil menarik tangan Kiza dengan lembut. Bastian tidak mau melukai tangan "bidadari" satu ini.

Selama perjalanan ke taman, mereka dilihati murid lain. Tatapan mereka berbeda-beda, ada yang iri, ada juga yang julid ke Kiza, merasa "pangeran" mereka direbut. Padahal Bastian belum tentu suka sama "butiran debu" kayak mereka. Dasarnya aja orang gila.

"Lu risih, ya, sama tatapan murid-murid tadi? Kalau iya, maaf, ya, gara-gara gue lu dapat tatapan sinis dari mereka," ucap Bastian karena merasa tidak enak sama Kiza.

"Kenapa kamu yang minta maaf? Kamu nggak ada salah kok. Aku mah bodo amat, nggak risih juga. Asalkan orangnya nggak main fisik, baru aku marah dan risih. Btw, kamu mau? Aku kebetulan bawa roti bakar nih," ucap Kiza sambil menawarkan makanan untuk Bastian.

"Oh, boleh deh ganjel perut. Gue kira lu itu pemalu, rupanya cerewet juga. Soalnya awal pertemuan kita absurd banget. Oh iya, kenapa lu mimisan lihat gue kemarin?" Bastian bertanya, penasaran kenapa Kiza mimisan di pertemuan pertama mereka.

"Aku juga nggak tahu, tiba-tiba aja mimisan kayak gitu. Padahal dulu aku nggak pernah mimisan. Sebelum ke rumah kamu, aku merasa sehat-sehat saja," Kiza menjelaskan apa yang terjadi padanya kemarin di rumah Bastian.

Setelah mendengar penjelasan Kiza, mereka mengobrol tentang kehidupan masing-masing. Bastian mendapatkan fakta bahwa Kiza adalah anak yang ceria dan sedikit pemalu kalau sama orang baru. Fakta kedua, Kiza memiliki senyum yang manis dan wangi parfum candy yang sangat cocok di tubuhnya. Tak terasa, bel masuk pun berbunyi.

"Gurunya nggak masuk, cuma kasih tugas doang. Terserah kalian mau kerjain atau nggak, asalkan jangan ribut. Takut gue ganggu kelas sebelah sama guru datang, paham?" ucap ketua kelas yang diangguki oleh semua murid.

"Lu nanti pulang sama siapa, Za?" ucap Bastian yang menghampiri Kiza di bangkunya.

"Oh, aku pulang nanti dijemput sopir, Bas," balas Kiza apa adanya. Bunda Selena tidak mengizinkan Kiza pulang dengan angkutan umum, takut Kiza kenapa-napa.

"Oh, kalau gitu gue mau minta nomor lu, boleh?" ucap Bastian yang diangguki Kiza.

Mereka mengobrol santai sampai bel pulang berbunyi. Bastian menemani Kiza ke depan, menunggu sopirnya datang.

"Kamu pulang nanti jangan ngebut-ngebut. Di rumah banyak yang tungguin kamu pulang dengan selamat. Aku duluan ya, sopir aku udah datang," Kiza menasihati Bastian agar hati-hati saat pulang, kebetulan sopirnya sudah datang.

"Iya, bawel. Gue selalu hati-hati kok. Pak sopir, hati-hati bawa tuan putri soalnya," ucap Bastian yang mendapat anggukan dari sopir tersebut.

Setelah itu, Bastian pulang membawa motor ke rumahnya. Sayangnya, di perjalanan ada tawuran antara geng motor. Tiba-tiba, Bastian mendapat ide buat ngerjain mereka.

"WOI, BUBAR! TADI ADA POLISI MAU KE SINI!" ucap Bastian. Mereka yang mendengar itu langsung bubar semua, padahal polisi nggak ada.

Bastian melanjutkan perjalanan ke rumah. Dia sudah kangen sama kasur dan lapar, kangen masakan Mami. Mengembut sedikit, sampai deh di rumah.

"Assalamualaikum, Mami. Aku pulang. Harum bener nih masakan," ucap Bastian sambil menuju dapur.

"Waalikum salam, anak ganteng Mami. Pulang gimana hari ini sekolahnya?" Mami mengambil lauk dan nasi buat Bastian karena Bastian sudah terlihat lapar.

"Itu, keponakan Tante Selena sekolah dan sekelas sama Bastian, Mi. Selebihnya, Bastian dan Kiza perkenalan dan ngobrol tipis-tipis doang," Bastian menjelaskan apa saja yang terjadi di sekolah tadi.

"Oh, pantes seminggu lalu Tante Selena tanya tentang sekolah kamu. Ya sudah, kamu harus jadi teman yang baik buat Kiza ya," ucap Mami Putri. Setelah itu, mereka melanjutkan makan siang.

Setelah selesai makan, Bastian bergegas ke kamarnya. Dia ingin tidur, tapi sebelum tidur, dia ingin mengirim pesan buat Kiza.

Percakapan di chat.

Bastian: Halo kiza gue bastian jangan lupa di save nomor gue.

Kiza: Sudahku save bas kamu chat aku ada apa .

Bastian: Gue cuma mau bilang jangan lupa makan dan istirahat soalnya belajar itu butuh tenaga.

Kiza:Kamu juga jangan lupa makan dan istirahat bastian maaf aku pergi dulu mendadak ada acara keluarga bye.

Bastian merasa berbunga-bunga dia berdoa semoga setelah ini mimpinya bisa menjadi mimpi indah.

Vote dan komen ❤️‍🔥

GUE JADI KAYA ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang