TARGET

7 2 0
                                        

BAB 12 

Davina langsung masuk ke dalam. Pram sempat mengantar sampai di depan kamarnya. Sebelum kembali, laki-laki ganteng itu mengingatkannya untuk selalu mengunci pintu. Waspada terhadap segala kemungkinan yang terjadi di rumah kos ini.

"Kalau ada sesuatu yang mencurigakan langsung telepon aku ya", ujarnya khawatir. Tatapan syahdunya melelehkan hati Davina.

Davina mengedipkan kedua matanya. Tanda ia menuruti saran Pram. "Aku masih penasaran mas. Itu kepala siapa. Apa punya Ayu, Miftah sama Ridwan"

"Aku juga. Makanya aku mau terus cari tahu. Yang penting sekarang kita istirahat terlebih dahulu. Jangan dipikirin yang tadi kita lihat. Sudah sekarang kamu tutup pintunya". Dia menunggu gadis itu sampai menutup pintu kamarnya.

Pram beralih menjauh dari kamar Davina setelah mendengar pintu terkunci. Davina mengistirahatkan tubuhnya. Dia merebahkan dirinya diatas kasur tanpa dipan. Mencerna kembali yang baru saja dialaminya. Melihat potongan-potongan tubuh di dalam tong. Mengerikan. Siapa yang telah berbuat.

Apakah ada penghuni kos yang menjadi perantara dari sebuah sekte. Ataukah menjadi pengikutnya. Lantas kenapa potongan-potongan itu ada di dalam tong di halaman rumah kecil itu. dan aku hanya melihat potongan tangan, kaki dan kepala saja. Potongan badannya kemana. Apa mereka mengambil organ dalamnya untuk diperjual belikan. Apakah rumah itu yang menjadi tempat korban mutilasi. Atau tempat pemujaan setan.

Banyak sekali pertanyaan yang menghimpit benaknya. Dan semua pertanyaan itu belum ada jawabannya. Rasanya mau pecah saja kepalanya.

Davina

Mas kayanya selain kunci pintu

Perlu menggeser lemari ke belakang pintu

Untuk jaga-jaga aja

Pram

Bener Vin

Untuk jaga-jaga

Takutnya ada yang punya kunci kamar kita

Kamu bisa gesernya?

Davina

Bisa mas

Enteng banget kok

Pram

Ya sudah

Habis itu langsung istirahat ya

Davina

Kamu juga mas, istirahat

*

Malam yang membuatnya gusar. Malam yang terasa sangat panjang. Menjelang subuh Davina baru bisa tertidur. Sepanjang malam matanya terus terbuka menatap pintu yang sudah diganjal lemari. Kewaspadaannya meningkat setelah semalam melihat sendiri. Kecurigaannya sedikit demi sedikit terbukti. Ada yang tidak beres dengan rumah kos ini. Tapi belum tahu tujuannya untuk apa. Dan gadis itu masih penasaran, potongan kepala-kepala itu milik siapa. Apakah memang benar milik Ayu, Miftah dan Ridwan yang mendadak pergi tanpa kabar. Bahkan barang-barangnya Ridwan masih di kamarnya.

Davina menggeliat. Meregangkan otot-otot tubuhnya. Masih berbaring menahan kantuk karena tidurnya yang tidak tenang.

Ia bangun dari pembaringannya. Bersandar di dinding kamar, karena kasurnya yang merapat ke dinding. Mengingat kembali apa yang dilihatnya di dalam tong besi itu. Ada keinginannya untuk pindah dari rumah kos ini. Tapi rasa solidaritasnya pada ketiga korban itu, menguatkannya agar tetap tinggal. Keinginan kuatnya bisa membongkar kejahatan di rumah kos ini. Bersama Pram. Lelaki yang membuatnya selalu bersemangat setiap awal pagi.

RUMAH KOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang