12

1.7K 183 32
                                    

Halo. Maaf Blue baru update, ya ... Blue lagi kena flu karena di tempat Blue lagi ujan terus, lagi musim, ya, kayaknya.

Ini bisa update karena agak mendingan ...

..

"ngh ..."

Hari sudah pagi, Harry terbangun karena punggung telanjangnya diciumi oleh Draco dan leher depannya yang sudah tidak mulus itu digenggam lembut suaminya. Harry tidak memiliki tenaga untuk bergerak, maupun meminta Draco berhenti. Kegiatan semalam benar-benar menguras tenaganya.

Draco sama sekali tidak berubah dari dulu. Dia selalu berbuat sesukanya saat berhubungan seks.

Harry bahkan tidak ada reaksi apapun saat Draco berpindah posisi menjadi menindih tubuhnya. "Harry ..." tangan pria pirang itu menelusuri rambut berantakan itu. Draco mencium leher Harry yang terdapat bekas kissmark dan cekikan.

"A-ahh ..." desahan Harry terdengar serak akibat kelelahan merintih semalam.

"Omong-omong," Draco berujar serak lalu mencium bahu Harry, "Aku masih belum puas."

Belum sempat Harry membuka suara, Draco menyambar bibir mungilnya dengan rakus seolah besok tidak bisa menciumnya lagi lalu sang suami kembali menyerangnya dengan brutal seperti semalam.

Di bawah, makanan untuk sarapan sudah dihidangkan. Albus mengernyit ketika tidak mendapati Draco dan Harry tidak keluar-keluar dari kamar. Hari ini adalah hari minggu, biasanya di hari Minggu Albus menghabiskan waktu untuk belajar.

Brug!

Suara yang terdengar seperti barang jatuh dari kamar Draco dan Harry, mengalihkan pandangan Lucius, Narcissa, Scorpius, dan Albus.

Lucius kembali mengalihkan pandangan pada santapannya yang berupa roti panggang dan telur ceplok sambil terkikik geli. Jelas dia tahu apa yang terjadi di kamar anak dan mantunya.

Albus mengernyit, "kenapa grandpa tersenyum?"

"Hm?" Lucius menatap Albus sekilas lalu menggeleng lemah, "tidak apa-apa."

"SAKIT! PELAN-PELAN, DRACO!"

Suara teriakan Harry terdengar, hal itu membuat Albus tidak jadi memasukkan spaghetti ke mulutnya dan hendak turun dari kursi jika saja tangan Scorpius tidak menahannya.

"Mau kemana?" tanya Scorpius datar.

Albus mendecih, "tentu saja ke kamar dad dan mom! Sepertinya mereka bertengkar!" serunya. Jelas dia khawatir dan takut ibunya kenapa-napa.

Ah, Albus, kau masih polos, nak. Batin Narcissa yang sedari tadi menahan tawa.

"Mom!" Albus melepaskan diri dari genggaman Scorpius, namun sang kakak mengejar dan kembali menahannya. "Jangan, Albus!"

Scorpius mengalihkan pandangan pada Lucius dan Narcissa, "granny, grandpa, kami berdua makan di luar." ucapnya yang langsung dibalas anggukan oleh sang nenek, sementara Albus melotot tidak percaya.

"Ayo, Albus!" Scorpius mengambil kunci mobil sang ayah yang terletak di atas meja dan menyeret Albus pergi.

Meski baru berusia 15 tahun, Scorpius sudah bisa menyetir sendiri. Terkadang dia suka menongkrong itu mengendarai mobil sendiri, bukan diantar supir pribadi.

"Kita mau ke mana? Bagaimana kalau mommy kenapa-napa?" Albus tidak bisa berhenti mengomel, sementara Scorpius tetap menyetir tanpa mempedulikan ocehan Albus. "Kenapa diam saja?" dia kembali mengomel.

"Kalau kau tidak diam, aku akan menurunkan mu di sini." ujar Scorpius datar. Telinganya sakit mendengar teriakan dan ocehan adiknya.

Albus bersilang dada, pandangannya tertuju pada jalanan kota. Entah kemana Scorpius membawanya, dia tidak tahu. Yang terpenting dia pulang dengan selamat.

Who Is My Father? | DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang