Ilman Memiliki Rasa Dendam kepada Fajar
Setelah memutuskan untuk melanjutkan hidup, Ilman perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Namun, ada satu hal yang terus menghantui pikirannya-nama Fajar. Fajar adalah orang yang ternyata menjadi selingkuhan Hikis selama ini. Seorang teman lama yang dulu pernah dekat dengan Ilman dan Hikis, tapi ternyata diam-diam mengkhianati kepercayaannya.
Semakin hari, meskipun rasa sakit dari pengkhianatan Hikis mulai memudar, Ilman merasa kemarahan terhadap Fajar justru semakin membesar. Ia tak bisa melupakan bagaimana Fajar dengan mudahnya menghancurkan hubungan yang sudah ia bangun dengan susah payah. Fajar, yang dulu Ilman anggap sebagai teman, kini menjadi sumber utama dari kebenciannya.
Suatu hari, saat Ilman sedang duduk di kafe, ia melihat Fajar duduk di sudut ruangan bersama beberapa temannya. Tanpa sadar, darah Ilman mendidih. Hatinya berdebar kencang, dan amarah yang selama ini ia pendam mulai menyeruak ke permukaan. Ilman merasa bahwa Fajar pantas merasakan apa yang ia rasakan-penderitaan dan kehilangan.
Ilman mencoba untuk menenangkan diri, namun pikiran tentang balas dendam terus membayanginya. "Dia harus merasakan sakit yang sama," pikir Ilman. Malam itu, setelah pulang ke rumah, Ilman mulai memikirkan berbagai cara untuk membuat Fajar menderita. Pikiran itu perlahan-lahan menggerogoti kedamaiannya, mengubah dirinya yang dulu berusaha bangkit menjadi seseorang yang terobsesi dengan pembalasan.
Namun, semakin Ilman merencanakan balas dendamnya, semakin hatinya terasa berat. Setiap kali ia membayangkan menyakiti Fajar, ada bagian dalam dirinya yang bertanya: "Apa ini benar-benar akan membuatku merasa lebih baik? Apa ini akan menghapus rasa sakitku?" Pertanyaan itu terus menghantuinya.
Suatu malam, Fatih mengajak Ilman untuk berbincang santai di sebuah taman. Fatih, yang selalu menjadi pendengar setia Ilman, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ilman pun akhirnya terbuka tentang kebenciannya terhadap Fajar dan keinginannya untuk membalas dendam. Fatih mendengarkan dengan tenang, namun di akhir cerita, ia menatap Ilman dengan serius.
"Ilman," kata Fatih dengan suara lembut tapi tegas, "dendam tidak akan menyembuhkanmu. Bahkan, itu hanya akan memperparah luka yang sudah ada. Fajar mungkin sudah menghancurkan kepercayaanmu, tapi jika kamu terus membiarkan amarah menguasaimu, kamu hanya akan menghancurkan dirimu sendiri."
Ilman terdiam. Kata-kata Fatih menamparnya keras. Ia sadar bahwa selama ini, meskipun ia berusaha untuk bangkit, hatinya masih terjebak dalam masa lalu. Dendam yang ia pelihara hanya membuat luka itu semakin dalam. Ilman tidak bisa terus hidup seperti ini-ia tidak bisa membiarkan Fajar menguasai pikirannya, bahkan setelah segalanya berakhir.
Keesokan harinya, Ilman mengambil keputusan besar. Bukan keputusan untuk membalas dendam, melainkan keputusan untuk melepaskan. Ia tahu bahwa memaafkan bukanlah tentang membiarkan Fajar lolos dari kesalahannya, tetapi tentang membebaskan dirinya sendiri dari beban yang tidak seharusnya ia pikul.
Dengan hati yang masih terasa berat namun mulai menemukan kedamaian, Ilman memutuskan untuk tidak lagi membiarkan rasa dendam menguasai hidupnya. Ia ingin melanjutkan hidupnya, meninggalkan masa lalu yang menyakitkan dan fokus pada masa depannya yang masih penuh dengan peluang.
Ilman sadar bahwa kehidupan terkadang tidak adil, tapi dia juga tahu bahwa kebahagiaannya tidak ditentukan oleh orang lain-melainkan oleh dirinya sendiri. Dengan melepaskan dendam, Ilman mulai merasa lebih ringan. Ia memilih untuk melangkah ke depan, dengan kepala tegak dan hati yang lebih lapang.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta di balik pertemanan
Actionada seseorang yang ber inisial i yang sedang dekat dengan h, dan tiba tida sahabat si i datang yang bernama FAJAR, dan diam diam si h dan FAJAR sedang pacaran tanpa di ketahui i