Setelah malam yang penuh dengan kenangan dan rasa sakit yang menghantui, Ilman tidak bisa lagi menahan perasaannya. Ia merasa terjebak antara dendam terhadap Fajar dan rasa cintanya yang masih tersisa untuk Hikis. Rasa marah dan frustrasi berkecamuk dalam pikirannya, mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar perkelahian fisik.Keesokan harinya, Ilman tidak bisa menenangkan dirinya. Setiap detik terasa seperti bom waktu yang siap meledak. Tubuhnya masih terasa nyeri dari pertarungan sebelumnya, tetapi hati dan pikirannya jauh lebih terluka. Bayangan Hikis bersama Fajar terus menghantui benaknya, memperkuat dendam yang membara dalam dirinya.
Ilman memutuskan untuk bertindak lebih jauh. Dia menyusun rencana yang lebih cerdik, sebuah strategi yang bukan hanya akan melibatkan kekuatan fisik, tetapi juga menghancurkan mental lawannya. Fajar harus merasakan apa yang Ilman rasakan—kehilangan, kesakitan, dan penghianatan.
Di sisi lain, Fajar yang kini tengah menyusun rencana balas dendam juga tidak bisa diam begitu saja. Kalah dari Ilman tidak membuatnya menyerah. Fajar tahu bahwa jika ingin menumbangkan Ilman, dia harus menghancurkan Ilman bukan hanya secara fisik, tapi juga mental. Dan Hikis, menjadi bagian penting dari rencana ini.
Babak Baru Dimulai
Ilman mulai menghindari pertemuan langsung dengan Fajar. Dia berfokus pada menyerang kelemahan Fajar secara emosional. Mengintai dari bayang-bayang, Ilman mulai memanipulasi situasi, membuat Hikis semakin meragukan Fajar, menabur benih keraguan di antara mereka. Setiap kesempatan, Ilman menyelinap ke dalam kehidupan mereka, membuat Fajar merasa selalu diawasi, selalu diserang secara tak terduga.
Pada malam tertentu, Ilman mengirim pesan misterius kepada Fajar: "Kamu akan kehilangan lebih dari sekadar pertarungan." Fajar terbangun dalam ketakutan, merasa bahwa permainan Ilman telah meningkat ke level yang berbeda. Tidak ada yang aman lagi—baik untuk dirinya maupun untuk Hikis.
Sementara itu, Hikis merasa semakin terjebak dalam drama yang semakin berbahaya. Ia mencintai Fajar, namun di dalam hatinya, kenangan tentang Ilman belum sepenuhnya padam. Setiap tindakan Fajar, setiap ketidakpastian yang ditunjukkan Fajar akibat ancaman Ilman, membuatnya meragukan hubungan mereka. Rasa bersalah dan kebingungan menguasai pikirannya.
Pertarungan Emosional
Ilman dan Fajar kini berperang dalam permainan emosi, memperebutkan kendali tidak hanya atas satu sama lain, tetapi juga atas Hikis. Ilman, dengan cara-cara manipulatifnya, berusaha memecah hubungan Fajar dan Hikis. Fajar, yang semakin tertekan, berusaha mempertahankan hubungannya sambil merencanakan serangan balasan terhadap Ilman.
Keduanya terperangkap dalam perang dendam yang semakin intens, semakin dalam, dan semakin berbahaya. Ilman terus meneror Fajar, dan pada akhirnya, mereka tahu bahwa pertempuran yang lebih besar dan lebih kejam sedang menunggu di depan. Tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Dendam mereka telah mengubah segalanya—dan ini baru permulaan.
Misteri Terungkap
Di tengah konflik yang semakin memanas, terungkap bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang bermain di balik layar. Seseorang, yang tak terduga, diam-diam mempermainkan kedua belah pihak, memperkeruh konflik di antara Ilman dan Fajar. Sosok ini memiliki agenda tersembunyi, dan kehadirannya mengubah dinamika konflik menjadi lebih kompleks dan berbahaya.
Dengan semua karakter yang terlibat dalam permainan yang semakin dalam, Ilman, Fajar, dan Hikis menemukan diri mereka terjebak dalam pusaran dendam yang tidak bisa mereka hentikan. Kebenaran-kebenaran yang tak terduga mulai terkuak, membuat mereka semua semakin terperangkap dalam konflik yang tak ada jalan keluarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta di balik pertemanan
Actionada seseorang yang ber inisial i yang sedang dekat dengan h, dan tiba tida sahabat si i datang yang bernama FAJAR, dan diam diam si h dan FAJAR sedang pacaran tanpa di ketahui i