Pagi itu, Ilman terbangun dengan perasaan yang berbeda. Setelah malam-malam yang penuh dengan dendam dan kemarahan, kini ada rasa asing yang perlahan-lahan muncul—rindu. Sebuah perasaan yang selama ini ia abaikan, tenggelam di bawah lautan emosi negatif yang menenggelamkannya. Rindu yang tak ia sadari masih ada, meski sudah lama terkubur.
Ilman duduk di tepi ranjang, merenung. Kenangan tentang Hikis mulai datang kembali, tetapi kali ini bukan kenangan yang pahit. Dia ingat saat-saat indah mereka—senyuman Hikis yang selalu menenangkannya, cara mereka tertawa bersama tanpa peduli dunia, dan perasaan hangat yang selalu ia rasakan setiap kali berada di dekatnya. Itu adalah kebahagiaan yang sederhana, namun nyata.
Tetapi kebahagiaan itu sudah hilang, dan Ilman tahu itu. Meski begitu, rindu yang muncul tidak bisa ia cegah. Dia merindukan Hikis, meskipun ia tahu bahwa segalanya sudah berubah. Hikis kini bersama Fajar, dan Ilman tidak mungkin mengubah kenyataan itu. Namun, rasa rindu itu tidak hilang begitu saja, malah semakin kuat.
Ilman memutuskan untuk berjalan keluar, berharap udara segar bisa sedikit menenangkan pikirannya. Tanpa sadar, langkah-langkah kakinya membawanya ke tempat-tempat yang pernah mereka datangi bersama—taman kecil di sudut kota, kedai kopi di dekat sekolah, hingga jalanan yang dulu sering mereka lalui. Setiap sudut membawa kenangan yang semakin dalam.
“Aku membawa rindu yang telah lama hilang…” gumam Ilman pada dirinya sendiri, matanya menerawang jauh.
Saat dia berdiri di tempat yang dulu menjadi saksi banyak kenangan bersama Hikis, Ilman menyadari sesuatu. Bukan Fajar atau siapa pun yang membuatnya merasakan kesakitan ini, tapi kenyataan bahwa perasaan cinta dan rindunya belum sepenuhnya pergi. Meski sekarang Hikis sudah tak lagi menjadi miliknya, Ilman tahu bahwa perasaan itu masih hidup, meski terkubur di bawah segala kebencian.
Malam itu, Ilman memutuskan untuk melepaskan. Bukan berarti dia melupakan Hikis atau menghapus kenangan mereka, tapi dia tahu bahwa dia harus melanjutkan hidupnya tanpa membawa luka masa lalu. Rindu yang ia bawa bukan lagi untuk seseorang yang telah pergi, tapi untuk dirinya sendiri—untuk kebahagiaan dan kedamaian yang pernah ia miliki dan yang harus ia temukan lagi, meski tanpa Hikis di sisinya.
Di tengah keheningan malam, Ilman merasakan beban di hatinya sedikit berkurang. Dia mungkin masih membawa rindu, tapi kali ini dia membawa rindu itu dengan cara yang berbeda—rindu yang tak lagi menyakitkan, tapi rindu yang mengajarkannya untuk melepaskan dan melangkah maju.
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta di balik pertemanan
Actionada seseorang yang ber inisial i yang sedang dekat dengan h, dan tiba tida sahabat si i datang yang bernama FAJAR, dan diam diam si h dan FAJAR sedang pacaran tanpa di ketahui i