Didalam sebuah hutan di wilayah utara, tampak seekor kuda tengah berlari mengejar seekor rusa. Diatas punggung kuda tersebut terdapat seorang wanita yang telah siap dengan busur dan anak panahnya, ia kemudian membidik sasarannya dan menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan anak panahnya.
Saat si rusa berbelok, ia langsung menyerongkan sedikit tubuhnya dan melepaskan anak panahnya. Panah itu melesat cepat seperti sebuah peluru yang ditembak keluar dari badan pistol, mengenai bagian perut si rusa. Hewan tersebut ambruk bersamaan dengan wanita itu menarik tali agar kuda tunggangannya berhenti.
Rombongannya kemudian ikut berhenti setelah beberapa saat mengikuti jejaknya, "Bawa rusa itu ke tempat tinggal para prajurit. Aku yakin mereka akan senang memakan daging rusa panggang sebagai imbalan atas kerja keras mereka menghentikan pemberontakan di kota Lavezia."
"Baik Duchess.."
Beberapa orang kemudian turun dari kuda mereka, mengikatkan tali dan balok kayu untuk memudahkan mereka membawa rusa tersebut.
"Duchess, ada surat untuk anda."
Perempuan itu kemudian turun dari kudanya untuk mengambil surat dari sang penerima surat, mengudarkan seutas tali yang mengikat gulungan itu dan melebarkan gulungan kertas tersebut.
"Ini tulisan ayah, putriku Deolina aku meminta kepadamu untuk segera pulang dari kegiatan berburumu di hutan. Seseorang telah menunggu dan ada hal penting yang harus kita diskusikan, sekarang." Wanita itu kemudian menggulung kembali kertas tersebut dan menyerahkannya kepada si penerima surat.
Ia memerintahkan pasukannya untuk bertolak balik ke mansion, atas arahan Duke Argalia Van Blaidmores.
******
Suara sepatu besi yang beradu dengan lantai bergema di setiap sudut lorong, orang-orang banyak membungkuk ketika berpapasan dengan perempuan tersebut.
Deolina Rosela Blaidmores, putri sulung dari Duke Argalia itu langsung mengarahkan langkahnya menuju ruangan dimana ayahnya sering menjamu tamu. Ia berhenti didepan pintu kayu Ebony yang tertutup rapat, menghela nafas beratnya sebelum mengetuk pintu.
Tok! Tok!
"Masuklah."
Deolina memutar kenop pintu tersebut dan mendorongnya kedalam, semula ia tidak akan menyangka tamu yang datang akan membuatnya sedikit tidak nyaman.
"Hormat saya kepada ayah, apa yang membuat ayah buru-buru menyuruh saya untuk pu–lang." Deolina berhenti sejenak diambang pintu setelah mengetahui siapa yang ayahnya jamu.
"S-Solomon? Ayah mengapa pria ini ada disini bersama– Duke Roderson? Duchess Hilaria?"
Kedua pasangan itu tersenyum lembut kepada Deolina, sedangkan anak mereka melayangkan tatapan tajam kepadanya.
"Duduklah disisiku Deolina." Ucap Duke Argalia kepada putrinya.
"B-baik ayah." Deolina kemudian berjalan ke arah sisi sang ayah dan duduk di sofa yang ayahnya minta untuk ia berada disitu.
"Baiklah, karena Deolina sudah hadir mari kita lanjutkan diskusi kita tentang perjodohan keduanya."
Mata Deolina sekilas melebar, terkejut akan keputusan ayahnya untuk menjodohkannya dengan Solomon.
Solomon Odelia Alkanor, pria yang telah menjadi rivalnya sejak tujuh tahun yang lalu. Pertemuan pertamanya ialah sejak dirinya dan Solomon dipasangkan sebagai pasangan sparing oleh guru berpedang mereka. Semenjak keduanya mendapatkan nilai seri dari sang guru, mereka berdua akhirnya terus berlatih demi mengalahkan satu sama lain hingga sekarang. Hingga saat ini, mereka masih terus berlomba untuk melihat seberapa tangguh mereka dalam mempertahankan wilayah yang telah diwarisi oleh ayah mereka kepada kedua belah pihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Rivals Get Married
FantasySeorang duke berhati dingin harus pasrah dengan kemauan kedua orangtuanya untuk berjodoh dengan rival di masa remajanya. Sang Duke berpikir bahwa ia tidak mungkin mencintai seseorang yang menjadi pesaingnya untuk mendapatkan gelar kehormatan dari ra...