Bagian 4: Obrolan Di Jalanan

43 5 0
                                    

Happy reading!
.
.
.

Peristiwa hari ulang tahun hanya terjadi satu hari sekali dalam setahun, dan Isha tidak ingin membuat hari ulang tahunnya rusak. Hari ini, tanggal 10 Oktober dia berulang tahun yang ke 15 tahun. Isha ingin ulang tahunnya kali ini berbeda dengan ulang tahun sebelumnya.

Isha ingin bahagia, tanpa ada lara sedikitpun di hari ini. Tapi agaknya, baru saja bangun tidur, wajah cantik itu sudah cemberut, bahkan sebelum matahari menampakkan cahayanya.

Isha mendapat kabar bahwa Mamanya pergi ke Bandung tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya. Katanya ada suatu pekerjaan yang tidak bisa beliau gantikan pada siapapun. Mamanya juga mengucapkan selamat ulang tahun lewat voice note dia juga berjanji akan pulang sebelum jam sembilan malam.

Ah sial, pikir Isha. Dia ingin seluruh keluarganya berkumpul di hari ulang tahunnya. Rencananya, dia akan mengajak Mama, Rakha dan kedua kakak perempuannya mengunjungi pusara ayahnya untuk merayakan hari ulang tahun bersama disana. Tapi semua orang seakan tidak peduli. Mamanya pergi mendadak, Rakha bilang dia akan pergi futsal, dan kedua kakaknya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Isha melangkah lemas menuju halte bus yang akan membawanya ke sekolah. Wajahnya tidak ada gairah sama sekali, tidak ceria, tidak ada senyum, dan tidak ada kegembiraan. Hingga tanpa sadar, ia tertabrak oleh seseorang dari arah belakang, membuat Isha hampir saja terdorong ke depan.

"Aduh!" pekik Isha.

Ia menyingkapkan rambut panjangnya dan menatap mata seseorang yang menabraknya tadi. Dia laki-laki, berseragam berbeda dengannya. Isha pikir dia sedang berhadapan dengan malaikat, karena laki-laki di hadapannya sekarang sangatlah memikat hati!

"E-eh..maaf ya! Gak sengaja!" katanya cepat. "Kamu gapapa, kan?" tanya cowok itu.

Sekejap Isha terpesona karena tutur lembut laki-laki itu. Namun pada akhirnya, dia tersenyum canggung, "gapapa kok, hehe," balas Isha.

Cowok itu tersenyum simpul, dan Isha seakan familiar dengan senyum manis itu. Jutaan memori di otaknya seakan tersingkir saat dia menyadari bahwa yang ada di hadapannya ini adalah kapten basket yang dulu pernah dia datangi sekolahnya.

"Eh, bentar, kamu...kapten futsal SMP Angkasa, kan?" tanya Isha.

Cowok itu tersenyum sumringah, tiba-tiba saja. "Iya, kamu masih ingat aku?" tanyanya tidak percaya.

"Ingat dong! Kamu paling jago main futsalnya waktu itu, sekolah aku sampai kalah, kereeeen!" Isha belum pernah seterbuka ini pada orang asing, tapi pada orang di hadapannya, Isha bisa mengacungkan dua jempol.

Fazwan Shankara nama cowok itu.

Kalau kata orang, pucuk di cinta ulam pun tiba. Berhari-hari dia tidak bertemu dengan Isha, dan sekarang, mereka bertemu dan BAHAGIANYA Fazwan, akhirnya mereka bisa kembali mengobrol seperti ini. Dan poin plusnya, Isha memujinya! Itu adalah hal baru bagi seorang Fazwan.

"Hehe, makasih, biasa aja padahal." Fazwan terkekeh pelan, salting.

Jangan bertanya ada berapa banyak kupu-kupu yang kini berterbangan di perut Fazwan. Banyak sekali! Fazwan harus menahan denyut jantungnya agar tidak terdengar oleh Isha dengan jarak sedekat ini.

"Kamu mau berangkat sekolah?" tanya Isha.

"Ah, iya nih, sorry ya, aku buru-buru tadi, jadi nabrak kamu, deh," jelas Fazwan kembali meminta maaf.

"Iya, santai, aku gapapa kok." Isha tersenyum, dan itu membuat Fazwan kembali ingin jungkir balik.

Isha benar-benar membuatnya layaknya kanebo yang terlalu lama di jemur, kering, kaku. Fazwan belum pernah sedekat ini dengan Isha, dia hanya mengandalkan kebetulan saat Tuhan mempertemukannya dengan Isha. Dan kali ini, Tuhan benar-benar mempertemukannya dengan Isha sampai sedekat ini.

"Telinga kamu kok merah? Salting?" tanya Isha sambil memiringkan kepalanya lucu.

Mata Fazwan melotot sempurna. Dengan segera dia memegang kedua telinganya lalu tertawa sumbang. "Ahahaha, engga, apaan sih. Telinga aku kalau kena panas emang kayak gini, sensitif."

"Ooh, gitu..." Isha hanya mengangguk mengerti, tangannya terangkat guna melihat jam tangan yang melingkar di lengan kirinya.

"Udah mau jam 7, aku duluan ya," pamit Isha. "Kamu pakai bis juga?" tanyanya.

"Ah, engga, sekolah aku dekat kok dari sini. Iya, silakan, maaf ya buat tadi," ujar Fazwan lagi.

Isha mengangguk, lalu tanpa berkata-kata lagi, dia langsung berlari mengejar bus. Rambut coklatnya bergoyang kesana kemari terbawa angin pagi. Tas pink dengan gantungan boneka beruang berwarna pink itu, akan selalu Fazwan ingat sampai kapanpun.

"ISHA!" panggil Fazwan, dia teringat sesuatu.

Isha yang akan naik satu langkah lagi, menengokkan kepalanya saat mendengar Fazwan meneriaki namanya, seakan menjawab 'apa?'

Fazwan tersenyum, "SELAMAT ULANG TAHUN YANG KELIMA BELAS YA!" teriak Fazwan. Lalu laki-laki itu segera berlari, menahan rasa malunya.

Sementara itu Isha terkejut. Darimana dia tahu namanya? Darimana dia tahu hari ini Isha ulang tahun? Bukankah mereka baru bertemu hari ini? Isha bahkan lupa namanya. Dia tidak menyebutkan nama tadi.

"Neng, mau jadi naik gak?" tanya sopir bis, membuat Isha menengok kaget.

"Mau, Pak. Maaf." ujar Isha dengan senyuman canggung karena kini para penumpang yang lain tengah menatapnya tak sabar.

Isha mencari jok kosong lalu duduk di sana. Pikirannya masih melayang pada cowok yang dia temui tadi.

"Namanya siapa ya? Kalau gak salah, ada F F nya gitu...Fazza? Fauzan? Eh siapa sihh?!" Isha frustasi sendiri. "Ah udahlah, nanti aku tanya Rakha, dia pasti tau."
-
Dimaafkan sedikit-sedikit up nya, hehe, biar kerasa PDKT antara Isha sama Fazwan nya, wkwk.
Jangan lupa bintangnya! 🤗⭐

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang