Bagian 8: Can I Be A Subtitute

15 4 1
                                    

Note: sebelum baca mending dengerin dulu lagunya, biar kerasa feel-nya 🤏.
.
Happy reading!
.
.
.

Enam bulan kemudian....

Seorang perempuan berdiri di depan cermin toilet sekolahnya dengan perasaan sendu. Hatinya seperti diombang-ambing perasaan tak tentu, ada sakit, senang, sedih, dan kecewa yang kian membesar dihatinya.

Perempuan itu memakai kebaya berwarna soft pink, makeup tipis, dan rambut yang digelung seperti tuan putri. Ya, dia memang tuan putri.

Tuan putri yang dighosting.

Ishara Anshula masih saja menunggu kepulangan Jaki Fabian yang entah kemana perginya. Hari ini hari wisuda mereka, Isha berharap ada Jaki disini, untuk berfoto bersama dan memberikannya buket bunga. Tapi, tidak, kini Jaki tidak datang, lelaki itu berbohong.

Dia tidak menangis, hanya kecewa.

"Kenapa sih gue harus sesedih ini?"

Hingga pada akhirnya, Isha menyadari bahwa dirinya terlalu berlebihan menyikapi kepergian Jaki yang terkesan tiba-tiba. Jaki belum jadi siapapun di hidupnya, hanya sebagai teman dekat yang Isha suka. Sementara itu Jaki? Dia murni menganggap Isha teman.

"Gue berlebihan ya?" ujarnya pada diri sendiri. "Laki-laki kan bukan cuma Jaki aja, masih ada--" kalimatnya terpotong saat ponselnya menyala, menandakan ada pesan masuk.

Saat dilihat, senyumnya mengembang. "masih ada Fazwan," sambungnya.

Cowok yang berbeda sekolah dengannya itu mengirimkan sebuah pesan ucapan dan katanya akan memberinya sebuah hadiah.

Senyumnya semakin lebar, debaran jantungnya kian menggila, Fazwan manis sekali, pikirnya.

"Sha?"

Suara Rasywa terdengar memanggilnya dari belakang, membuat Isha seketika menetralkan wajahnya yang memerah dan membalikkan badan menghadap Rasywa yang juga sama cantiknya.

"Lo dari tadi disini? Yaelah gue cari-cari, Sha," dengus Rasywa tak habis pikir sambil berkacak pinggang.

Si lawan bicara hanya menyengir lebar, membuat Rasywa makin sebal. "Udah ah, ayo, acaranya sebentar lagi mau di mulai!" ajak Rasywa sambil menarik tangan Isha keluar dari toilet.
-
Acara demi acara perpisahan kelas 9 akhirnya berakhir. Isha tidak sabar ingin segera pulang ke rumah, mengganti baju yang menurutnya sangat geli, dan membersihkan makeup nya. Dia ingin tidur.

"Gue pulang duluan ya, Ras," pamitnya pada Rasywa yang masih berfoto ria dengan teman yang lain.

"Kok langsung pulang? Lo gak mau have fun dulu sama yang lain?" tanya Rasywa.

Isha berdecak, "udah kemaren pas coret-coret baju putih itu, apa si namanya, ah udahlah, gue ngantuk, duluan ya!" Isha melambaikan satu tangannya dan berjalan menuju parkiran, sudah ada sang mama yang menunggu disana.

"Ayo, Ma, pulang," kata Isha.

Mama sedang menggulir layar ponselnya menengadah melihat anak tengahnya datang dengan langkah lesu. "Kamu kok wajahnya gak bersemangat gitu? Kan hari ini kamu lulus, seneng dong!" kata Mama, sambil menarik kedua ujung bibir Isha agar membentuk senyuman.

Tiba-tiba saja, air mata Isha menetes, membuat Mama bingung. "Kok nangis? Kamu gak seneng kamu lulus? Mau sekolah disini lagi, iya?" tanya Mama.

Isha menggeleng.

"Terus kenapa nangis?" tanyanya lagi.

"Mama pasti kecewa ya nilai Isha kecil banget? Isha gak masuk tiga besar, gak tau rangking berapa. Isha malu sama Mama, selama ini, Mama mati-matian kerja biar Isha pinter, tapi Isha malah jadi anak yang bodoh. Maaf ya, Ma, Isha segini adanya."

AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang