Happy Reading!
.
.
.Fazwan merebahkan dirinya diatas kasur empuknya. Matanya mengarah ke langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih, yang terlihat tanpa noda. Tiba-tiba, bayangan wajah Isha yang tersenyum senang kembali berkelebat di wajahnya, membuat telinganya kembali memerah. Malu.
"Gue ini kenapa sih?!" tanyanya pada diri sendiri. "Sesuka itu ya gue ke Isha sampai jantung gue kayak gak sehat gini?" Ia terus berdialog dengan hatinya.
"Tapi sumpah," Fazwan bangkit dari baring, "senyumnya Isha manis banget kayak gulaaaa!" Kini lelaki tegap di sekolah itu kembali berguling salah tingkah di kasur, memeluk guling, menendang-nendang selimut seperti orang kesurupan.
Fazwan tahu dia sudah gila hanya dengan melihat senyuman Isha dari dekat. Awalnya memang ia akan menitipkan hadiah ulang tahun itu pada Rakha, tapi, entah kenapa dia berubah pikiran.
Dengan dia menemui Isha langsung, mungkin Isha akan mengenalnya dari sana. Dan mereka bisa mengenal satu sama lain lebih dalam. Fazwan mencoba memberanikan diri datang ke sekolah Isha dan menunggu Isha sampai cewek itu keluar gerbang.
Awalnya Fazwan ragu, bagaimana kalau Isha keluar bersama Jaki-Jaki itu? Kata Rakha mereka satu sekolah dan Isha menyukainya. Tapi, ah sudahlah, Jaki dan Isha belum berpacaran, Fazwan masih ada ruang.
Tak disangka ternyata hari ini menjadi hari paling menyenangkan bagi Fazwan. Dia akhirnya bisa berkenalan langsung dengan perempuan yang awalnya dia sukai dalam diam. Semua penantiannya selama ini terbayar lunas, Fazwan berhasil berteman dengan Isha.
Langit sudah gelap, hampir menuju hitam. Fazwan rasa dia harus segera tidur agar Bunda tidak memarahinya karena tidur larut malam.
-Keesokkan paginya, setelah berpamitan pada keluarganya yang masih sarapan, Fazwan melangkah santai menuju sekolahnya yang tidak jauh dari rumahnya itu. Hanya beberapa meter saja, gerbang sekolahnya sudah terpampang jelas di sebrang jalan.
"Itukan..."
Langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis tengah duduk di halte bis dengan kepala yang tertunduk dalam. Dari rambut yang sedikit kecoklatan dan tas berwarna pink itu, Fazwan bisa mengenali siapa gadis itu. Ia mendekati halte dan memanggilnya.
"Ishara?" panggil Fazwan ragu. "Ishara Anshula?" panggilnya lagi lebih keras, mungkin dia tidak mendengar karena kendaraan yang berlalu lalang.
"Eh, hai." Isha mendongkak dan tersenyum tipis kearah Fazwan.
"Kamu kenapa? Kok murung gitu?" tanya Fazwan sambil duduk di samping Isha.
Isha dibuat heran, matanya sedikit melotot saat Fazwan berada di dekatnya sekarang. Wajah Fazwan dua kali lipat lebih cerah, lebih menawan dibandingkan kemarin. Lelaki itu terlihat sangat ceria dan memiliki banyak aura positif.
"Isha? Are you okay?" tanya Fazwan sekali lagi.
"A-aku...a-aku oke, kok...hehehe," katanya terbata. "Kamu...kenapa gak nyebrang aja? Kenapa malah samperin aku?" tanya Isha, sedikit demi sedikit dia menggeser tempat duduknya. Ada perasaan aneh yang bergejolak tepat di hatinya saat ini.
"Kamu beneran gak apa-apa?" Alih-alih menjawab pertanyaannya, Fazwan masih berfokus menatap Isha tepat di matanya, dan tidak memperdulikan pertanyaan yang Isha gunakan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Aku gapapa, Fazwan, aku oke!" Kini dengan sunggingan senyum lebih lebar, Isha menjawab.
Setelah itu, barulah Fazwan memundurkan badannya dan mengangguk. "Aku mau nyebrang tadinya, cuma lihat kamu disini lagi nunduk aja, jadi aku samperin, siapa tau kamu lagi kenapa-napa," jelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Teen FictionIni tentang cerita Ishara Anshula dan Fazwan Shankara yang bisa disebut Amerta karena kisah cinta yang abadi sampai akhir hayat. Ishara Anshula adalah seorang gadis ceria, sementara Fazwan adalah pemuda yang aktif dan sedikit posesif. Kisah cinta k...