Happy reading!
.
.
."Can i be a subtitute?" ucap Fazwan pelan, matanya mengarah tepat di mata coklat Isha yang terang terkena sinar matahari.
Isha terdiam. Bukan karena dia tidak mengerti bahasanya, Isha tidak bodoh-bodoh amat, dia mengerti apa yang Fazwan katakan. Dia diam karena tahu apa arti dari perkataan Fazwan.
(Bisakah saya menjadi pengganti?)
Lama keduanya disergap keheningan. Fazwan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Isha, seakan dunia berpusat pada netra coklat terang itu.
"Aku...gak tau..." jawab Isha sambil mengalihkan pandangannya ke depan, tak ingin terlihat gugup.
Fazwan mendesah kecewa, tanpa dia sadari dia sudah menyatakan perasaannya walaupun tidak secara langsung. Dan keraguan di mata Isha menjawab segalanya, bahwa Isha masih belum siap untuk kembali menerima orang lain. Fazwan kecewa, tapi Fazwan akan coba mengerti kalau Isha juga butuh waktu.
"Maaf ya, Fazwan." Isha berkata lagi, membuat Fazwan tersenyum kecil.
"Its okay, aku ngerti kok, gak harus semua hal cepat dapat pengganti," balas Fazwan, membuat Isha juga tersenyum.
"Oh iya," Fazwan menyambung percakapan setelah beberapa lama hening. "kamu mau lanjut kemana habis ini?" tanyanya.
Sekali lagi, walaupun Fazwan sudah tahu semua hal tentang Isha dari Rakha, tapi dia ingin memastikan langsung dari Isha. Tak apa, itung-itung agar Isha tidak curiga kalau ternyata Fazwan mengetahui segala tentangnya.
Isha terdiam sebentar. Dia mengingat lagi artikel yang dia baca bahwa Fazwan adalah anak bungsu dari pemilik SMA Tadara, Agas Shankara. Sekolah yang katanya mahal, tapi kalau untuk anak yatim, piatu, dan berprestasi ada beasiswanya.
"Rencananya sih, ke SMA Tadara. Itu juga kalau keterima," jawab Isha sedikit pesimis.
"SMA Tadara?" tanya Fazwan.
"Iya, SMA Tadara. Yang pemiliknya ayahmu, kan?" kata Isha.
Isha berkata sekenanya, yang tanpa sadar membuat Fazwan mengernyit bingung. Sedetik kemudian dia sadar bahwa dia sudah keceplosan, kalau begini sih, dia bisa ketahuan stalking Fazwan dan keluarganya.
"Tau darimana? Aku kan belum pernah cerita kalau ayahku pemilik sekolah itu?" Fazwan mengernyitkan dahi bingung.
Tuhkan, kata Isha juga apa. Matilah dia sekarang! "Yaaa, aku denger dari cerita temen-temenku yang mau kesana juga," jelas Isha berbohong.
Fazwan menemukan sesuatu yang baru. Sedikit menggeser tempat duduknya ke dekat Isha, ada sesuatu yang menarik, pikirnya.
"Terus, kok kamu tahu aku anak dari pemilik sekolah itu? Kan aku belum pernah cerita tentang keluargaku?" Jeda sejenak, "Kamu stalking?"
"ENGGA!" elaknya cepat. "Ya-yaa aku juga tahu silsilah keluargamu dari temen-temenku," jawabnya terbata. Fazwan ini seperti sengaja ingin membuat Isha mati kutu.
Pipi Isha memerah, kulit putihnya menyembulkan rona pink yang sangat gemas di mata Fazwan, membuat lelaki itu tertawa. "Hahaha, oke-okee, aku percayaa," ujarnya.
"Kalau begitu, kita bakalan satu sekolah," sambung Fazwan setelah puas tertawa.
"Ya terus?" jawab Isha jutek.
"Yaa kita bakalan sering ketemu," jawab Fazwan.
"Bukannya SMA itu sistemnya asrama? Cewek cowok misah, kan? Gak mungkin lah kita sering ketemu," ungkap Isha.
"Ya itu kan malam, kalau siang sampai sore, di sekolah, belajar, bonusnya ketemu kamu," goda Fazwan.
"Apaan sih, gombalmu itu udah basi! Gak akan mempan di aku!" ujar Isha dengan wajah bete dibuat-buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMERTA
Ficção AdolescenteIni tentang cerita Ishara Anshula dan Fazwan Shankara yang bisa disebut Amerta karena kisah cinta yang abadi sampai akhir hayat. Ishara Anshula adalah seorang gadis ceria, sementara Fazwan adalah pemuda yang aktif dan sedikit posesif. Kisah cinta k...