34.

19 4 4
                                    

HAPPY READING!
.
.
.
"NANANA"

ᕦ⁠༼⁠✩⁠ل͜ᕦ⁠༼⁠✩⁠ل͜⁠✩⁠༽⁠ᕤ

Wisuda Neithen sudah mendapatkan waktu. Kabar itu membuat Nara mengurungkan niatnya untuk memberitahu Neithen soal pernikahan. Kemarin malam Neithen lebih antusias untuk mengabari Nara mengenai hal itu, sehingga Nara mengalihkan niatnya.

"Emang kamu mau ngomong apa? Kok, kayaknya berat banget buat ngomong?" Neithen mengamati Nara, menunggu apa yang akan gadis itu katakan.

"Mm ... happy birthday! Semoga lo bisa mendapatkan beasiswa itu," ucap Nara.

"Ngomong itu doang? Kirain mau ngomong yang penting banget. Kalau gitu lebih penting yang mau saya omongin sama kamu."

"Ngomong apaan?"

"Akhir bulan ini saya wisuda."

Akhir bulan. Itu artinya satu Minggu menuju pernikahan Nara dan Nesta. Nara rasa satu Minggu sebelum acara tidak begitu lambat untuk memberitahu Neithen. Jika ia memberitahunya sekarang, Neithen tidak akan mendapatkan semangat untuk wisuda. Hal yang tidak Nara inginkan pun bisa saja terjadi.

Dengan demikian untuk dua Minggu ke depan Nara harus bisa mencari alasan. Bagaimanapun jangan sampai Neithen tahu dari orang lain sebelum Nara memberitahunya. Itu akan sangat lebih burik.

Tidak adanya kabar buruk dari Nara, membuat Neithen cukup tenang. Ia dan Varen berencana untuk menemui Nesta dan mengajaknya berkumpul sebelum nanti memiliki kehidupan yang berbeda.

Tepatnya pukul dua sore mereka bergerak menuju rumah Nesta. Sebelumnya sudah ada komunikasi lewat telepon dan Nesta menerima ajakannya. Seperti biasa Varen menjadi driver yang siap mengantar jemput semua temannya. Padahal, yang lebih pantas itu Nesta, karena dia anak dari seorang politikus dengan kekayaan yang pasti melimpah ruah. Namun Varen yang menjadi anak kesayangan papa dan nenek, lebih mendapat kebebasan dalam bermain bersama teman. Sementara Neithen, adalah bagian kecil yang selalu ada di antara mereka karena sifat baiknya.

Rencana mereka hari ini adalah bermain sepakbola. Sudah lama mereka meninggalkan hobi karena kasus Nesta yang sempat membuat persahabatan mereka renggang. Selain itu mereka juga disibukkan dengan tugas masing-masing. Sekarang adalah waktunya bersantai, saat yang tepat untuk mereka berkumpul, menikmati kembali kebersamaan layaknya awal bersahabat dulu.

"Udah lama kita nggak kumpul, tiba-tiba lo mau nikah aja. Nikah sama siapa lo?" Varen bertanya.

Mereka pemanasan santai sambil menikmati kebersamaan yang sebenarnya sangat mereka rindukan. Bercanda di pinggir lapangan sebelum tanding, itu sangat mengesankan.

"Lo berdua tenang aja. Ini kejutan buat kalian," kata Nesta.

Lagi-lagi Neithen khawatir mengenai Nara. Bagaimana jika benar gadis yang akan menikah dengan Nesta adalah Nara? Tapi untuk apa mereka merahasiakan ini?

"Sok kejutan lo!" Varen memang cukup polos, tak sedikitpun berpikir jauh. "Eh, jangan-jangan lo nikah sama Mpok Gazel lagi? Kalo beneran sih gua juga terkejut," Varen menambahkan, menyampaikan isi pikirannya yang konyol itu.

Neithen hanya tertawa. Sementara Nesta langsung menyahut, "Enak aja lo!"

"Tapi masih sama anak kampus, kan? Atau lo ada cewek lain?" Varen masih dengan rasa penasarannya.

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang