Prolog: N for Z

136 20 0
                                    

King Morgan Narendra, pemuda bule blasteran London-Cianjur, agak lain sekali ya blasteran-nya itu. Tidak kok, meskipun blasteran-nya agak lain dari yang lain tapi penampilannya duplikat Daddy-nya, di mulai dari wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang atletis.

Beuh, idaman para janda sekali.

Tidak nyambung sekali.

Oke, lanjut.

Dia mirip Emaknya hanya dua persen, warna iris mata sama warna rambutnya saja. Cokelat dan hitam. Sunda pride sekali, iyalah orang Emaknya juga orang Indonesia keturunan sunda.

Makanya Si Narendra blasteran London-Cianjur.

Warna Kulitnya tidak terlalu putih, tidak terlalu gelap. Pas untuk ukuran seorang pria jantan yang maskulin lah. Namun masih memiliki guratan sedikit kekanakan karena usianya yang masih terbilang cukup muda, 18 tahun, baru kelas dua sma.

Masih bocah bau tapi tampilannya udah kek duren duren di luar sana. Cih.. lope yu.

Daddy dan Emaknya itu menikah jauh sebelum dirinya lahir, makanya Narendra tidak tahu kenapa Emaknya bisa menikah dengan tua bangka itu, jika saja dirinya sudah lahir maka pernikahan itu akan Narendra boom agar Emaknya yang cantik jelita tidak menikah dengan pria tua bangka menyebalkan bernama Edward King itu.

Heh, pentolan pete, kalo mak bapak lu gak kawin, lu kagak bakalan ada di bumi ini. Ngadi-ngadi emang lu, kocak.

Emaknya bernama Nining Sekar King, dia wanita yang begitu cantik dan indah dan keren dan beautiful dan pretty dan A goddess dan Perfect dan Gorgeous dan very very good of everything. Emaknya adalah yang paling perfect dan Daddy-nya adalah yang paling jelek.

Si paling bucin Emak.

Anak emak.

Oke, lanjut.

Si Narendra Narendra ini sikap dan sifatnya selalu berubah-ubah, tidak menentu, acak, abstrak. Kadang seperti Daddy-nya; dingin, datar and cool. Kadang juga seperti Emaknya; hangat, bergelombang and amburadul.

Like Emak and Dad like son. Seperti itulah keturunan.

Narendra ini, dia tinggal di tempat kelahirannya, Inggris-London, bersama dengan kedua orangtuanya. Tidak pernah sekalipun bepergian atau jalan-jalan keliling dunia meskipun kekayaan Daddy-nya segede dosa Edward, alasannya itu simpel dan membuat Edward bersyukur.

Pemuda blasteran itu pemalas, untuk hanya sekedar berjalan ke halaman depan rumahnya saja dia menggunakan sekuter. Edward bersyukur duitnya tidak hangus dilahap bocah bau itu.

Tapi memang pada dasarnya hidup itu suka mencari masalah dengan hidup kita, Narendra di pilih oleh guru di sekolahnya untuk menjadi seorang pertukaran pelajar ke negara lain.

Ingin menolak mentah-mentah tapi negara tempatnya menjalani pertukaran pelajar itu negara tempat kelahiran Emaknya, Indonesia dan di kota Cianjur pula. Alhasil, Narendra hanya bisa pasrah karena tidak ingin membuat Sang Emak sedih karena dirinya menolak untuk mengenal negara kelahirannya itu.

Dirinya tidak ingin menjadi maling motor- eh, maling kundang. Narendra hanya bisa menguatkan diri di negara beriklim panas itu selama enam bulan ini.

Pertukaran pelajar itu menjengkelkan dan merepotkan.

Setidaknya itulah yang selalu di pikirkan oleh King Morgan Narendra, pria bule tersebut sebelum bertemu dengan Zia Azalia, seorang wanita gemuk penjaga kantin sekolah di negara yang terkenal akan surga dunia itu.

. . . .

Zia Azalia, wanita gemuk berambut pendek dan bertubuh pendek juga, Indonesia tulen. Ibunya menghilang entah kemana dan ayahnya sudah tiada saat dirinya masih bersekolah menengah pertama, semenjak itu dia memilih untuk tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas dan lebih memilih untuk bekerja keras demi keberlangsungan hidupnya di dunia ini.

Dunia memang suka tidak adil. Kejam.

Dari pagi sampai malam, dirinya tidak henti-hentinya terus bekerja keras. Mengabaikan cacian, makian dan hinaan dari mulut para beban negara itu. Perutnya lebih penting dari pada orang-orang tidak penting.

Tapi dia wanita yang kuat, wanita yang hebat. Walaupun di rundung oleh celaan dan cercaan, entah karena bentuk tubuhnya lah, entah karena kehidupannya lah, entah karena apalah. Zia tidak meladeninya, dan hanya tersenyum saja melihatnya.

Dirinya sudah kebal terhadap bisa ular seperti itu, selama bertahun-tahun hidup dalam lingkungan yang toxic, itu hanyalah angin lalu baginya. Cukup rasakan saja dan kemudian abaikan. Biarkan itu datang dan pergi dengan sendirinya. Tidak perlu repot-repot untuk mengurusi.

Tapi kadang juga rasa sakit selalu timbul di dadanya, tapi Zia sudah dewasa, usianya sudah 22, lebih baik jangan hiraukan saja. Itu hanyalah perasaan melankolis yang dramatis sesaat.

Lanjutkan saja hidup ini.

Hingga pemuda itu datang dan dengan ugal-ugalan membuat hidupnya sedikit berubah-ubah, seperti bunglon yang suka berubah-ubah warna.

"Hey, Fat."

"Iya?"

"Love you,"

"Tahunya dua ribuan, Jang."

Love you dan tahu memang beda jauh.

Para penonton hanya bisa menggelengkan kepalanya masing-masing menyaksikan Pemuda bule dan Wanita gemuk yang tengah pdkt-an itu.

N for ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang