[01]: Like Teacher like Student.

98 13 1
                                    

Di pagi hari yang cerah dan berawan itu, seluruh siswa di Sma Prestasi Bangsa (SPB) berkumpul dan berbaris rapi di lapangan upacara. Upacara bendera hari Senin? Salah, ini hari rabu bukan hari Senin.

Jadi, namanya upacara bendera hari rabu-plak!

Maksudnya, hari rabu ini sekolah ini akan menyambut hangat kedatangan empat orang siswa pertukaran pelajar dari sekolah Sma London ke sini. Dua hari yang lalu juga sekolah SPB ini baru mengirimkan empat orang siswa pertukaran pelajar ke Sma di London sana, dan sekarang sudah saatnya bagi mereka untuk menyambut kedatangan empat orang siswa bule setelah membuang empat orang siswa dekil.

Udara terasa lebih segar pagi ini karena si hensem dan si byutipul yang menjadi pemandangannya. Bening-bening sama cakep-cakep cuy, jadi semangat buat caper.

Caper, caper, cakep lu? Dasar zamet dekil.

Matahari sedikit lebih moncong ke atas, menyinari ratusan siswa dan belasan guru di atas lapangan sana. Kepsek mulai mengatakan kata-kata sambutan dan memperkenalkan empat orang siswa bule di sampingnya pada para opet di hadapannya yang sudah seperti human haus belaian.

"Para siswa-siswi yang bapak sayangi dan banggakan, hari ini siswa pertukaran pelajar dari luar negeri dengan sekolah kita sudah datang." Katanya dengan mikrofon pengeras suara, hingga suaranya bisa terdengar sampai luar lingkungan sekolah.

"KITA UDAH TAU, PAK!!" Kata para siswa menjawab ucapan Si pak kepsek dengan keras.

Kepsek di sana menahan diri agar tidak membantai mereka, memang siswa durhaka. Lagian tuh kespek, itu empat siswa pertukaran pelajar sudah di pajang di samping kirinya, masih saja basi basa. Sudah tahu siswa jaman sekarang itu sedikit kurang ajar, maklum gen z.

"Baiklah, sekarang kita kenali mereka berempat." Pak Kepsek menatap siswa bule di sampingnya, senyumnya begitu lebar dan ramah lingkungan. Bagaimana tidak lebar coba? Berdiri berdampingan dengan perawan geulis. "Son, please introduce yourself."

"Okay," Mengambil mikrofon di tangan Pak kepsek dengan sopan, Siswa bule berjenis kelamin betina itu tersenyum ramah menatap para siswa di hadapannya. "Hai, Nama saya Bella Sapphire. Senang bertemu dengan kalian, Guys."

Para siswa jantan bersorak kegirangan menyambut perkenalannya. Suaranya Bella lembut sekali seperti kain sutra, jadi makin cinta.

"UHUY, NENG BELLA!!"

"KIW, KIW!"

"MANIS BANGET SIH, JADI WIFE AA, YOK?"

Kira-kira seperti itulah seruan sekumpulan opet di depan sana.

Senyum Pak kepsek langsung fake smile mendengar perkenalan bule tersebut yang menggunakan bahasa lokal dengan lumayan fasih, dia bisa berbahasa Indonesia ternyata ... Bule bangsat.

Ternyata, Pak Kepsek juga gen z.

Like Teacher like Student.

Lalu Bella menyerahkan mikrofon tersebut ke teman di sampingnya yang juga sama berjenis kelamin betina.

"Hai, saya Velly Rebell, salam kenal." Katanya dengan singkat, senyum singkat dan segalanya begitu singkat. Singkat, padat dan bangsat. Untung cakep lu.

Tapi meskipun begitu jutek, para lelaki penghibur di hadapannya sana berteriak heboh.

"JUTEK TETAPI TIDAK JAMET!!"

"AKU PADAMU, NENG VELI!"

"SARANGEKK!!"

"LOPE YOU!"

Para siswa perempuan semakin julid dan sinis saja.

"BERISIK, BEBAN!!!!"

Para siswa laki-laki langsung mingkem, sungkem dan sujud karena serangan dari the power of calon emak-emak. Ampun sepuh sewalow and sapu.

Velly menyerahkan mikrofon tersebut ke orang di sampingnya, yang ini berjenis kelamin jantan ya.

"Hallo teman-teman, saya Arion Smith, saya harap kita bisa menjadi teman yang baik kedepannya." Begitu lembut, ramah, sopan dan hangat. Para siswa perempuan merasa lemah, letih, lesu, leleus dan lunglai mendengar suaranya itu.

"Aduh~ aa, lembut sekali suaramu ituhh!"

"Eneng gak kuat, aa terlalu lembut untuk eneng yang begitu ugal-ugalan!"

"Kita ke KUA langsung aja, yuk!"

Dan lain sebagainya.

Seluruh Siswa laki-laki balas menyoraki para siswa perempuan yang begitu hebohnya saat yang hensem-hensem memperkenalkan dirinya. Dasar wanita, tidak pernah ngaca.

"APA?!!"

Mendengar sentakan itu dari para siswa perempuan, mereka kembali diam dan tidak bersuara lagi. Wanita memang selalu menang.

Haruskah mereka berubah menjadi banci agar menang melawan wanita?

Mari abaikan para banci itu.

Arion tersenyum hangat dan kemudian memberikan mikrofonnya ke teman di sampingnya yang dari tadi memejamkan matanya karena malas dan muak mendengarkan ocehan-ocehan human di sekelilingnya. Benar-benar merepotkan.

Membuka matanya, Dia menerima mikrofon tersebut, "Gue Narendra."

Kemudian mengembalikan mikrofon tersebut kepada Arion lagi, dan kembali memejamkan matanya lagi. Males, pengen beli Jupiter.

Hening selama beberapa saat sebelum kericuhan yang sudah berada di tingkat stadium akhir di mulai.

"AAAAAAHHHH!! PUNYA GUE! PUNYA GUE!"

"AYANG NAREN, WIL YU MER MI? HARUS MAU POKOKNYA!!"

"THIS IS MY TYPE!!"

"AYOK KITA NIKAH, PENGHULUNYA UDAH ADA DI RUMAH KATA BAPAK AKU!!"

Begitu ricuh sekali, suara burung-burung serta suara Husky pun sepertinya akan kalah oleh para siswa betina di sana.

Guru-guru sudah menegur para siswa-siswinya beberapa kali, namun mereka sudah lelah dan membiarkan saja para monyet ragunan itu ribut. Biarkan saja lah, jangan buang-buang nafas kita untuk mengurusi anak orang.

Lagian juga, ini ortunya kemana coba? Anak-anaknya di terlantarkan begini. Kan jadi kita yang repot.

"DIAM KALIAN!" Nah loh, Pak ketos sudah ngamuk kan. Baru beneran mingkem lu semua, para guru termasuk Pak kepsek bahkan sampai ikutan diam dengan patuh.

Ampun pada leluhur.

Aulian Dewata adalah nama Sang ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah atau di singkat jadi OSIS, Si pawangnya Sma Prestasi Bangsa. Jika Aulian sudah menggeram, maka lebih baik kalian diam atau nanti phan that kalian di pecut oleh petunjuk kayu sepanjang satu meter yang selalu setia di genggaman tangannya Pak ketos.

Sekolah ini di luar satelit sekali.

Ketiga bule di sana sedikit terkejut namun juga tertarik untuk mengenal lebih dalam mengenai Sma Prestasi Bangsa ini. Narendra abai dan tetap memejamkan matanya dengan tangan terlipat di depan dada, kepalanya sedikit menunduk.

Sekolah aneh, kira-kira seperti itulah yang ada di pikiran Narendra si pemalas dan si pendingin ruangan.

Yeah, mari berdoa untuk keselamatan kewarasan mereka berempat selama enam bulan di sini. Semoga pas kembali ke tempat asalnya, kewarasan mereka masih bisa di selamatkan oleh psikiater ter-handal.

Semoga saja.

N for ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang