[07]: Pak Donat dan siswa-siswa biadabnya.

67 11 1
                                    

Istirahat pertama sudah berlalu, seluruh siswa kembali belajar di dalam kelas. Berharap istirahat kedua segera tiba dan membebaskan mereka dari siksaan materi pelajaran.

Sma Prestasi Bangsa ini sekolah elit, siswanya juga pintar-pintar dan berprestasi seperti nama sekolahnya. Tapi mereka itu anak-anak yang tengil, pentolan kantin, dekil.

Selain dari otaknya yang cerdas, yang lainnya tergantung kepercayaan masing-masing.

Penampilan para siswa di SPB ini seperti preman pasar, gayanya sok-sokan. Mau pria ataupun wanita, mereka sama saja. Kepsek dan para guru sudah menyerah dan melemparkan tanggung jawab itu pada Pak Ketos, Aulian.

Pantas saja Aulian tempramental, Orang modelan siswanya kaya gitu semua.

Jam pelajaran ketiga ini kelas XI-6 di buat puyeng setengah mati karena guru matematika bagian kelas mereka hari ini adalah Pak Donat, guru matematika yang terkenal killer dan horor.

Nama aslinya bukan Donat tapi Doni, Donat adalah julukan yang di berikan oleh seluruh siswa di SPB ini karena perutnya yang buncit. Wajahnya garang, kedua alisnya tidak pernah tidak menukik tajam ke depan. Bibirnya masam dengan kumis baplang.

Membuat siapapun merasa ngeri juga geli di saat bersamaan.

CTAS!

"PERHATIKAN KE DEPAN! JANGAN BERMAIN-MAIN!"

Suara melengking dengan pecutan penggaris kayu panjang dan tebal di papan tulis membuat semua siswa di kelas XI-6 itu diam dengan patuh menatap ke depan, bahkan empat siswa bule di sana juga ikutan diam dan patuh.

Sial, ini mah seperti tengah ujian kemiliteran.

Mereka berempat merasa jika guru yang satu ini mirip dengan guru bahasa Indonesia di sekolah mereka, sama-sama garang, sama-sama buncit lagi. Bedanya guru di sekolah mereka tidak memiliki kumis baplang, hanya memiliki janggut panjang.

Jadi, mereka merasa seperti tengah bersekolah di sekolah mereka di London. Sepertinya, mereka tidak akan merasa tidak betah.

Gurunya sama, banyak yang unik juga.

Ternyata begini rasanya menjadi siswa pertukaran pelajar, bisa merasakan dan mengenal hal-hal baru.

'Lumayan.' Batin Narendra lalu menatap, melamun ke depan. Antara memperhatikan pelajaran dan merindukan seseorang. 'Lama banget istirahat keduanya.'

"Seperti yang sudah bapak jelaskan tadi mengenai bilangan kompleks. Bisa kalian ulangi lagi Apa itu bilang kompleks?" Tanya Pak Doni pada mereka semua.

Yang di jajaran kedua, siswa pria di bangku ke tiga mengangkat tangannya dan menjawab dengan lancar serta benar. "Bilangan kompleks adalah jenis bilangan yang terdiri dari dua bilangan, yakin bilangan real dan bilangan imajiner."

"Tepat sekali." Ujar Pak Doni seraya menatap bangga siswa itu, "Bagus, Siswa Cakra."

Cakra-Cakrawala Keana, dia ketua kelas di kelas XI-6 ini, pria manis dengan mulut pahit dan pedas. Dia mengeluarkan ekspresi angkuh pada teman-temannya, dan mengibaskan rambutnya ke belakang. Berpuas diri.

Para siswa menatap julid ketua kelas mereka itu. Apaan sih, songong banget, bocah prik.

"Sama-sama, Pak Donat." Kata Cakrawala dengan senyuman manisnya yang terlihat tengil.

Para siswa tertawa ngakak mendengar itu.

Pak Doni yang semula bangga pun jadi, bangsat, pengen nampol si cakra.

Oke, sabar, sabar, nanti kumis baplang nya rontok.

"Bapak sudah memberikan contoh latihan soal di papan tulis, apakah ada yang tidak di pahami?" Tanya Pak Doni, menatap siswanya. Lalu tatapannya tertuju pada empat siswa pertukaran pelajar di ujung sana. "Apakah ada yang kalian tidak pahami?"

"Kami paham, Pak Donat." Jawab Bella dan Arion bersamaan, Velly dan Narendra hanya mengangguk singkat serta malas. Tapi mereka berdua memperhatikan dengan seksama ke depan sana.

Bagaimanapun juga, pelajaran matematika adalah pelajaran favorit kedua Narendra dan Velly.

"Pfft!-" Para siswa menahan tawa mendengarnya, Pak Donat. Badjingan tuh bule, di kira nama Pak Donat itu beneran Pak Donat, padahal Doni. Tak apalah, biarkan saja.

Pak Doni menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan, sabar. "Nama saya Doni, bukan Donat."

"But dia memanggil anda 'Pak Donat'?" Bella menunjuk Cakrawala dan menatap Pak Doni dengan heran.

"Cakra itu anaknya sedikit kurang ajar, So kamu jangan mengikuti kesesatannya itu, yah." Ujar Pak Doni dengan sabar, tersenyum.

"Oke, Pak Donat!" Seru Bella dengan antusias dan sengaja. Sepertinya seru jika mempermainkan guru satu ini, lucu.

Seluruh siswa di kelas itu tertawa kencang di buatnya. Bagus nih, calon anggota baru.

Sabar, sabar- mati aja lu semua sono! Kira-kira seperti itulah jeritan kesabaran Pak Donat-Doni.

"Baiklah jika kalian semua sudah mengerti mengenai Bilangan Kompleks ini. Bapak selanjutnya akan memberikan kalian latihan soal, silahkan siapkan buku dan alat tulis kalian." Pak Doni kemudian berbalik menghadap papan tulis dan mulai menuliskan soal-soal matematika yang tersulit, tersusah, terrudet dan terlainnya untuk para siswa jahanam di belakangnya.

Bodo amat, stres, stres, dah.

Pak Doni ini meskipun killer dan Horor, itu hanya membuat seluruh siswa di sekolah ini takut namun masih saja suka menggoda dan menjahili Guru matematika satu ini. Lucu aja gitu jika melihat kumis baplang nya tersebut bergetar karena kesal.

Berbeda halnya dengan Aulian, para siswa tidak ada yang berani menggoda ataupun menjahili Pak Ketos satu ini. Karena apa? Karena takut di pecut oleh telunjuk kayu kecil milik Pak Ketos. Kecil-kecil, itu telunjuk kayu seperti memiliki listrik dan bara api jika menyentuh kulit phan that mereka. Meninggalkan bekas untuk seminggu ke depan.

Senjata keramat Pak Ketos lebih horor daripada wajah garang Pak Donat.

Mereka mengerjakan soal-soal yang di berikan oleh Pak Doni dengan tekun dan damai. Meskipun mereka tengil dan brandal, tapi mereka itu pintar-pintar, apalagi jika menyangkut masa depan.

Ini sekolah elit dan terdidik, selain dekil dan tengil, seluruh siswa-siswinya tidak ada yang gagal. Mereka semua berprestasi juga berfungsi untuk bangsa. Mereka yang lulusan SPB ini sudah sukses dan berhasil. SPB ini adalah sekolah menengah atas yang paling di minati oleh banyak pelajar dan orang tua pelajar.

Semuanya ingin yang terbaik untuk masa depan.

Begitupun Narendra dan kawan-kawan, meksipun ugal-ugalan.

Jam pelajaran matematika sudah berakhir, setelah memberikan nilai pada mereka, Pak Doni memberikan pekerjaan rumah seperti biasa lalu pamit pergi undur diri sebelum perut buncitnya di elus-elus oleh tangan-tangan biadab mereka semua.

Dan mendengarkan perkataan-perkataan jahil mereka yang seperti;

"Cepet lahir ya dedek bagong."

"Pasti berat ya Pak bawa beban nasi uduk, rendang, mie ayam, bakso, sate, gorengan, seblak, pentol, kupat tahu, soto, dll."

"Kalo di colok bakal kempes gak, Pak?"

"Udah berapa bulan ini, Pak?"

"Kalo kembar pasti jenis kelaminnya banci sama bencong."

"Ada nih buat kurban taun depan."

"Sehat-sehat ya bapak dan bayinya."

Benar-benar biadab.

N for ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang